BAGIAN 19

17 10 0
                                    

Sore yang indah ditemani puding buatan Fai. Sambil berselonjor dilantai yang dingin. Bermalas-malasan tanpa memikirkan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran. Nikmat mana lagi yang lebih dari ini.

El menikmati puding coklat buatan Fai sementara Ahra sudah sibuk dengan maskernya. Jika tadinya El pikir Sharga yang meminta Ahra melakuakn ritual semacam luluran, maskeran atau segala bentuk berkaitan dengan wanita. Ternyata tebakannya salah. Ahra melakukan itu atas kemauannya sendiri.

Saat El bertanya, Ahra hanya mengatakan bahwa dia ingin terlihat berbeda dihari pernikahannya nanti. Fai sampai tertawa mendengar alasan Ahra.

"drrrrtttt ddrrrrrtttt" Ponsel Ahra diatas meja bergetar.

"Ada yang telepon" Beritau El.

Ahra menengadahkan tangannya, berniat meminta tolong diambilkan ponselnya. Untuk berbicara, Ahra kesusahan karna masker yang dipakainya mulai mengering. Apalagi, posisinya tengah berbaring. Membuatnya kesulitan menggapai ponselnya. El yang tidak paham dengan maksud Ahra mengernyitkan kening.

Lalu dengan tanpa dosa kembali menikmati pudingnya yang tinggal setengah. Ahra memukul pundak El sedikit lebih keras.

"Awwwwh apa, Ahra? Kau mau apa?" Tanya El bingung.

Ahra membentuk tangannya menjadi kotak. Berharap El bisa menangkap maksudnya. Namun, dasar El yang nalarnya terlalu lama, dia mengabaikan Ahra. Kesal, Ahra bangun dari berbaringnya dan mengambil ponselnya.

"Owh... Kau tadi minta diambilkan ponsel, hehehehhe" Ucap El cengengesan.

Ahra memutar bola matanya jengah. Lalu membaca pesan yang diterimanya.

"Astaga, aku lupa!!!" Teriak Ahra mengabaikan maskernya yang sudah retak dan berceceran jatuh kelantai. El sampai mengelus dadanya karna terkejut mendengar teriakkan Ahra.

"Ada apa? Kau membuatku hampir terkena serangan jantung" Protes El masih mengelus dadanya.

"Aku lupa memberikan undangan pada salah satu guru ditempatku bekerja"

"Bagaimana bisa? Bukankah kau sudah menyebarkan undangannya dua minggu yang lalu?"

"Iya, tinggal satu orang yang belum, waktu itu dia tidak masuk, ingin kutitipkan tapi kesannya tidak sopan"

"Kenapa tidak kau antar kerumahnya?"

"Masalahnya rumahnya jauh, waktu itu aku sempat ingin meminta antar Sharga, tapi dia malah ada pertemuan mendadak diluar kota, jadinya sampai sekarang belum kuberikan undangannya"

"Owh begitu, ya sudah ayo kuantar, kita ketempat Fai dulu, kita pinjam mobil ketempat temanmu itu"

"Kau benar ingin mengantarku?"

El hanya memutar bola matanya jengah. Pertanyaan Ahra sangat tidak membutuhkan jawaban darinya.

"Tapi..."

El mengangkat kedua alisnya bingung."Apalagi?"

"Undangannya ada ditempat Sharga" Ahra menunduk.

"Ya sudah tinggal ambil" Kata El asal.

"Tidak bisa"

"Kenapa tidak bisa?"

"Kau lupa aku tidak boleh bertemu Sharga sampai hari pernikahan, kalau aku ketempatnya..."

"Ah iya juga, bukan tidak mungkin kalian akan bertemu, lalu bagaimana?"

Kedua wanita itu sama-sama terdiam. Sama-sama berfikir.

"Ah aku tau, minta Diaz saja antar undangannya ketempat Fai" Kata El pada akhirnya.

"Benar juga, kenapa tidak terfikirkan ya" Ahra mengotak-atik ponselnya. Tapi dia merengut kecewa.

Love For EleanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang