BAGIAN 28

8 3 0
                                    

Hai..... Ma'af nie author  lama kagak muncul. Author tuh super sibuk dan kagak ada waktu. Mohon bersabar ya yang setia sama cerita ini. Author kagak janji tapi diusahain.

Ma'ap2 jdi puanjang cuap2nya. Okey langsung aja dibaca lanjutan ceritanya.

🌺🌺🌺

Wajah Diaz mengeras dengan gurat kemarahan yang tercetak jelas. Tangannya mengepal, siap melayangkan pukulannya. Mata tajamnya menatap marah pada sosok didepannya. Bukan takut, orang didepannya malah menampilkan seringai penuh ejekan.

Diaz tidak sendiri, ada Sharga dan Aro disampingnya juga beberapa bodyguard yang berdiri dibelakang.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" Akhirnya Diaz bersuara meski tangannya sudah gatal ingin membuat wajah sosok didepannya babak belur.

Bukannya menjawab pertanyaan Diaz, pria didepan Diaz yang tidak lain Roy itu tertawa terbahak-bahak. Sharga dan Aro saling pandang. Seolah saling menanyakan kewarasan pria itu. Lalu setelah beberapa menit tertawa, pria itu melemparkan sebuah frame foto ukuran kecil tepat dikaki Diaz.

Diaz mengernyit saat melihat foto dalam frame itu. Pasalnya Diaz sama sekali tidak mengenal foto siapa itu.

"Apa maksudnya ini?" Bukan Diaz yang bertanya, melainkan Aro.

"Tanyakan itu padanya, apa yang sudah dia lakukan pada gadis didalam foto itu" Roy menunjuk Diaz dengan pisau yang sejak tadi dipegangnya.

Diaz membungkuk, mengambil frame foto itu.

"Gadis yang manis, apa dia kekasihmu?" Tanya Diaz penuh ketenangan.

"Jangan pura-pura baik didepanku, aku muak!!!. Kau harusnya bertanggung jawab atas kematiannya" Jawab Roy sambil berteriak histeris.

"Apa maksudmu? Kenapa aku harus bertanggung jawab, mengenalnya saja aku tidak, kau mungkin salah orang" Diaz masih dengan sikap tenangnya. Namun jangan lupakan wajah dinginnya.

"Berhenti bersikap bodoh, orang-orang sepertimu memang tidak pernah mau mengenal orang-orang seperti adikku, bahkan apapun yang dia lakukan untuk dekat denganmu tidak berarti apapun, kau orang terpandang hanya memikirkan kepentinganmu sendiri"

Roy terisak. Tidak terlihat memang, namun lewat mata berairnya semua orang yang berada ditempat itu tau kalau Roy menyimpan banyak luka. Tersirat rindu mendalam dari suara lirih saat menyebut adiknya.

"Dia hanya gadis belia yang mengidolakan sosokmu, baginya kau adalah segalanya. Lalu semua usahanya kau abaikan, kau patahkan hatinya dan akhirnya dia memilih untuk mengakhiri hidupnya"

"Aku kehilangan adikku satu-satunya, aku hancur kehilangannya bahkan aku harus tersiksa karna depresi lalu kau masih bisa berdiri disini, menghirup udara segar dan tertawa bahagia, aku tidak akan membiarkan hal itu. Kau tidak boleh bahagia, kau harusnya berada ditempat yang sama seperti adikku" Roy menggenggam pisau ditangannya lebih erat.

Semua berjalan begitu cepat dan tidak satupun menyangka pisau yang dipegang Roy memakan korban. Tangan Roy berlumuran darah. Semua orang tercengang tanpa bisa berkata-kata. Seolah terhipnotis, mereka hanya diam. Mematung menyaksikan kejadian yang tidak pernah disangka sebelumnya.

Love For EleanorWhere stories live. Discover now