Festival

2K 279 154
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Rate M; contents will appear sooner or later.

CANON. After 4th Shinobi War. Blank Period.

.

思い出

.

"Hinata, Sasuke, malam ini Gaara mengajak makan malam di rumahnya. Aku akan ke sana dari sekarang. Pukul enam sore nanti kalian menyusul. Nah, aku pergi dulu, ittekimasu,"

"Ha'i. Itterasshai, Shikamaru-kun,"

Tidak ada suara lain selain debaman pintu. Hari-hari memang seperti ini. Mereka bertiga terlibat dalam satu misi tapi berjalan sendiri-sendiri.

Hinata bangkit dari kursinya, mengangkat semua peralatan makan ketiganya dan melanjutkan kegiatan beres-beresnya yang lain. Tiga hari ini ia lebih merasa seperti seorang maid yang melayani dua tuan mudanya. Tapi ia tidak ambil pusing, ia menyukai pekerjaan rumah tangga dari pada melakukan misi berbahaya.

Hinata tidak berniat keluar penginapan hari ini, mengingat sebelum petang ia harus bersiap ke undangan makan malam, lagipula hari ini terasa semakin dingin. Jadilah ia menghabiskan waktunya kembali tenggelam dalam tulisan. Kali ini sebuah cerita fiksi romansa yang kembali ia pilih. Mungkin untuk sebagian orang, ini hanya karya tidak jelas dan menggelikan. Tapi Hinata menyukainya. Setidaknya itu membantunya berkhayal menjadi pemeran utama wanita yang mendapatkan pria idamannya dan hidup bahagia.

Naruto-kun...

Terkadang Hinata merasa lelah. Sampai kapan ia harus menyimpan rasa itu? Sampai kapan ia harus menunggu Naruto agar bisa berhenti melihat Sakura dan mulai melihatnya?

Senyum pahit Hinata mengisyaratkan bahwa dirinya sendiri pun sanksi akan ada kejadian semanis itu dalam hidupnya.

"Kenapa baca buku semacam itu?"

Sebuah suara menarik Hinata dari lamunannya, amethystnya bergerak cepat menoleh ke sumber suara. Sasuke terduduk di kursi hadapannya, tubuhnya bersandar dengan kedua tangannya beristirahat di lengan kursi.

"M-memangnya kenapa?" tanya Hinata sembari memperhatikan satu onyx yang sedari tadi menatapnya.

"Kau berharap Naruto melakukan hal-hal manis itu padamu?"

Matanya sedikit melebar, jantungnya sedikit berdegup kencang. Hinata tersenyum, lalu ia menunduk dalam-dalam, menyembunyikan wajahnya yang memanas.

Hinata menggeleng lemah, tentu ia tidak boleh terang-terangan, "S-se-senyuman N-Naruto-kun sudah cukup.. L-lebih m-manis dari i-ini,"

Tangannya terangkat ke depan dada, jari telunjuknya bermain, bersentuhan dan memutar satu sama lain.

"D-dia sangat b-baik pada si-siapapun,"

Kepalanya kembali terangkat, seulas senyum tipis menghiasi wajah merahnya.

Rentetan kalimat tentang Naruto Naruto dan Naruto memenuhi pendengaran Sasuke.

Seakan Sasuke lupa kalau Hinata ini gadis pendiam. Karena menurut Sasuke, yang ada dihadapannya adalah gadis belia yang sedang mabuk kasmaran dengan cara yang sangat bodoh dan berisik.

Ia tidak peduli dengan segala kebaikan dan kehangatan Naruto yang Hinata agungkan, tapi ia kesal melihat Hinata menceritakan si bodoh dengan mata lavendernya berbinar, mulutnya yang tidak berhenti bergerak, semburat merah di pipi chubby, bibir merah muda yang terlihat menggoda, kedua jemarinya yang bermain di depan dada bes—

Sasuke menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikirannya yang agak melewati batas.

Tunggu. Lagipula kenapa Sasuke mengajak Hinata berbincang terlebih dahulu? Bukankah ia sangat menghindari spesies gadis pemalu dan aneh seperti ini?

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang