Shīkurettorōru (Part 04)

1.7K 178 69
                                    

Naruto ©️ Masashi Kishimoto
Rate M; contents will appear sooner or later.
CANON. After 4th Shinobi War. Blank Period.

思い出

Naruto melangkahkan kakinya perlahan, dengan sekujur tubuh yang gemetar ia mencoba menggapai wanita surai merah di dekatnya. Tangannya semakin terulur saat jarak antara mereka semakin menipis, sampai tujuannya tercapai; Naruto ingin memeluk ibunya.

"K-Kaa-chan?"

Sapphire birunya sudah bersembunyi di balik kelopak matanya yang tergenang air mata kesedihan bercampur dengan kabahagiaan, berebut berjatuhan membasahi wajahnya.

Naruto yang memeluk ibunya dari belakang, hanya bisa menyembunyikan wajahnya di bahu sang ibu, menghirup aroma menenangkan yang selama ini tidak pernah ia rasakan.

Kushina hanya terdiam, begitu pula dua sahabatnya yang memandang terkejut. Namun itu semua tidak berlangsung lama, saat sebuah kunai melesat cepat ke arah Naruto.

Dengan kesadaran Naruto yang hanya tersisa setengah, Sasuke dengan sigap menarik tubuh Naruto menjauh. Namun pria itu hanya diam, ia menyingkirkan tangan Sasuke yang masih bertengger di bahunya.

"Serangan seperti itu tidak akan melukaiku," Sasuke memilih mengabaikan sahabat bodohnya, sampai kedua mata berbeda pupilnya membulat, tepatnya karena melihat bocah bermasker berambut perak berdiri di depan Kushina sambil memegang kunai. Mereka semua terdiam, termasuk bocah perak yang sangat mereka kenal.

Dan dengan segala kewarasan dan pengendalian diri yang masih Sasuke punya, ia sedikit membungkuk, "Maaf, kau mirip ibunya temanku. Dia salah mengira. Kami permisi," Sasuke berujar ke arah tiga wanita bersama dua anak bawah umur itu, kemudian diikuti Hinata yang juga membungkuk dengan raut wajah tidak beda jauh dengan Naruto, serta Naruto yang Sasuke paksa untuk membungkuk.

"Ayo, hime," suara berat Sasuke kembali menggema, pelan namun cukup untuk didengar Hinata. Dengan air mata yang masih berjatuhan, ia mengikuti Sasuke yang berjalan sembari menarik Naruto. Mereka bertiga berjalan tanpa henti dengan pikiran masing-masing yang melayang ke peristiwa yang barusan terjadi.

Ibu masih hidup.

Sebuah fakta yang cukup mengejutkan sekaligus menyakitkan. Setidaknya misi kali ini membawa secercah kebahagian bagi mereka.

Langit sudah berwarna oranye, mentari sudah kembali ke pelukan semesta, menyisakan sedikit sinar bagi bumi saat senja. Ketiga shinobi itu hanya berdiri diam di perbatasan hutan, siapapun masih enggan membahas hal itu diantara mereka.

Naruto sudah berhenti menangis, ia hanya duduk bersandar di batang pohon dengan tatapan nanar. Sasuke yakin hanya tubuhnya yang berada di sini, pikirannya entah kemana.

Keadaan Hinata tidak jauh berbeda, tubuhnya masih sesekali bergetar berkat sisa tangis yang membuat dadanya sesak. Tangan Sasuke sudah sedari awal melingkar di bahu sang gadis, mengusapnya berulang kali mencoba menyalurkan ketenangan.

Pria itu bukannya tidak terkejut, ia sama terkejutnya dengan Naruto dan Hinata, bahkan lebih, karena bukan hanya ibunya, melainkan anikinya. Tapi ia berusaha mengeraskan hatinya demi misi.

Lunar sudah merangkak naik perlahan, cahaya jingga itu kini mulai berganti dengan cahaya temaram yang cukup menenangkan mereka. Suara Naruto pecah, terdengar seperti menahan tangis, namun ia tetap melanjutkan untaian kata demi kata.

"Y-yang tadi itu..."

"..."

"Sa-Sasuke. Kau lihat... Kaa-chan kita semua ma-masih hidup..."

MemoriesWhere stories live. Discover now