Chapter 1. Badai di kota Grenfield

33 6 9
                                    


***
Gemuruh guntur saling bersautan, hujan deras disertai angin mengguyur kota Grendfield sejak sore.
Tiba-tiba sebuah guntur besar menghantam tanah di tengah hutan terlarang di pinggir barat kota Grendfield. Membuat sebuah lobang besar dalam tanah serupa kubangan kerbau.

Sosok berjubah hitam tiba-tiba muncul dari balik petir besar yang menghantam tanah beberapa dtik lalu. Tubuh itu memanggul sebuah bungkusan di pundaknya, dia mengamati sekitarnya, setelah memastikan tak ada yang melihat kedatangannya, dia kemudian menjejak tanak dan menghilang, lebih tepatnya berubah menjadi sebuah bola api sebesar bola kasti, kemudian meluncur dengan cepat dalam kegelapan malam.

Bola api itu menuju rumah besar bercat putih dengan jendela besar yang banyak layaknya sebuah kastil. Badai dan hujan yang deras tidak membuat bola api itu padam.

Setelah sampai pada rumah yang di tuju, bola api itu kemudian berubah kembali menjadi sosok berjubah hitam dengan tudung berwarna sama. Sosok itu melangkah memasuki rumah besar bercat putih kusam yang terlihat mengelupas di beberapa bagian.

Rumah itu serupa kastil tua karena memiliki banyak jendela kaca yang besar layaknya museum. Sosok misterius itu kemudian berhenti pada papan yang bertuliskan panti asuhan "Hope". Tangan kanannya memperbaiki letak barang yang dipanggulnya di pundak kanan.

"Hespero Protekta!"

Sosok misterius itu merapalkan semacam matra yang membuat tangan kirinya yang bebas mengeluarkan sinar kebiruan yang berbentuk bola. Ia kemudian melemparkan bola bercahaya biru itu ke atas, bola biru berhenti satu meter di atas atap rumah kemudian berpencar ke semua arah, membentuk perisai bening yang tak terlihat oleh mata orang biasa.

Sosok berjubah itu tersenyum melihat hasil kerjanya sendiri. Ia kemudian melanjutkan langkahnya yang terlihat begitu ringan bahkan sedikit melayang. Di sekeliling tubuh sosok itu ada seakan pelindung tak terlihat sehingga hujan yang deras tidak membuatnya basah kuyup.

***

Kota Grendfield adala kota kecil. Kota itu bagai kota mati saat ini, terlihat mencekam di tengah badai yang berkecamuk, dalam keadaan biasa saja penduduk tak ada yang ingin keluar jika malam mulai menjelang, apalagi ketika ada badai seperti saat ini. Mereka memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah, di depan perapian yang hangat dan mungkin menikmati segelas cokelat yang hangat.

Seperti halnya Anne Rosemary saat ini. Wanita berumur empat puluh dua tahun itu sedang menikmati secangkir cokelat hangat di depan perapian ruang tengah rumahnya. Wanita berambut keemasan itu duduk di samping jendela besar, menatap khawatir ke arah kegelapan hutan di depan sana.

Badai masih mengamuk, listrik kota kecil ini padam, Anne harus menggunakan lilin sebagai penerangan, untungnya perapian sedang meyala sehingga ruangan terlihat lebih jelas. Di atas pangkuannya, seekor kucing berwarna jingga tidur menggelung sekan tak terganggu dengan badai di luar sana.

Anne berjengit ketika sebuah petir besar terlihat dengan suara yang menggelegar memekakkan teliga terlihat membelah lagit badai. Petir itu jatuh ke dalam hutan terlarang yang berada di tepi kota Griendfiled.

" Optimus Cylops ! Tidak mungkin!" pekik Anne saat melihat petir besar yang menghujam ke tengah hutan terlarang. Sejak awal ia yakin jika badai di kota Grenfield saat ini bukan badai biasa. Pemerintah akan mengumumkan kepada warga melalui televisi atau radio jika akan terjadi badai. Tetapi, badai kali ini terjadi tanpa ada pemberitahuan apapun.

Kucing jingga yang sedang tidur tersentak bangun. Ia memandang tak suka ketika Anne nyaris saja menjatuhkannya ketika bangkit dari duduk. Anne berjalan hilir mudik dengan perasaan cemas, sesekali dia menatap ke arah pintu seakan-akan ada seseorang yang akan datang mengunjunginya.

Heart of Reinheart (The Galatyn Sword)~(SUDAH TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt