Chapter 6. Ruang Rahasia

5 1 0
                                    


***
Xander menghela napas berkali-kali. Sudah seminggu dia tinggal di rumah. Dia merasa sudah sehat. Sangat sehat. Akan tetapi, ibu Anne tak membiarkannya melangkah keluar sedikitpun dari rumah.

Anne memperhatikan tingkah Xander yang hanya mengaduk serealnyadalam mangkuk menjadi bentuk lingkaran. Wajah anak angkatnya terlihat menekuk dan bosan.

Anne sebenarnya sangat ingin mengizinkan Xander untuk sekedar bermain di halaman rumah. tetapi jumlah makhluk kegelapan yang semakin banyak berkeliaran di sekitar rumah membuat wanita berambut kelabu itu menjadi khawatir.

"Makanlah dengan benar Xander," ucap Anne sembari meletakkan jus jeruk hangat di hadapan anak angkatnya.

"Bu, Ini sudah lebih seminggu. Aku merasa sangat sehat. Biarkan aku kembali bekerja di toko Pak Horrison, ya?" Xander menatap Anne dengan tatapan penuh permohonan. Wanita yang sejak kecil merawatnya itu menghela napas berat.

"Baiklah, besok kau bisa pergi ke Brown's Galery."

"Benarkah? Terima kasih, Bu!" sahut Xander riang.

"Oiya, hari ini aku mau mengunjungi Bibi Julia. Tetaplah di rumah hingga aku kembali," ujar Anne sembari menatap Xander dengan tajam.

Lelaki muda itu hanya menaikkan jempolnya dan mengangguk. Sehari lagi berada di rumah tak jadi soal menurutnya.

Selepas kepergian Anne ke rumah sahabatnya. Xander memilih untuk duduk di sofa merah ruang tengah rumah. Ia berjanji untuk tetap tinggal di rumah sampai Anne datang. Suasana rumah sedikit sepi.

Xander juga heran, sejak pagi ia tak melihat kucing jingga peliharaan ibu angkatnya. Biasanya kucing itu akan mengekorinya kemanapun dirinya pergi.

Xander yang bosan kemudian berjalan mengelilingi rumah Anne. Ia baru mengadari bahwa banyak bagian dari rumah yang tidak pernah dilihatnya. Dahulu rumah ini sangat ramai akan anak-anak panti sehingga riuma ini dibuat mirip dengan kastil yang memiliki banyak kamar tidur.
Saat melewati ruang perpustakaan, Xander mendengar suara yang mencurigakan. Ia membuka pintu ruang perpustakaan pribadi Anne yang tertutup. Saat melihat ke dalam, tak dilihatnya siapapun.

Xander melangkah masuk, entah mengapa hatinya sangat tertarik masuk ke dalam ruang pribadi ibu angkatnya itu.

"Meong!" Xander terlonjak ketika mendengar suara kucing mengeong. Keningnya bertaut, ia berpikir suara itu mungkin berasal dari Buffy, kucing jingga kesayangan ibunya.

Akan tetapi, ketika Xander melihat ke segala pejuru ruangan. Ia tak melihat keberadaan kucing jingga itu. Matanya kemudian tertumbuk pada sebuah buku bersampul hijau yang terbuka di atas meja baca di sudut ruangan.

Ia seakan mengenali buku itu. Xander akhirnya memilih untuk mendekati buku itu.

"Bukankah ini buku yang di beli oleh Bella di toko Pak Horrison? Apa Bella mengenal bu Anne?" begitu banyak tanya yang terlintas dalam kepala Xander.

Xander kemudian membalik buku bersampul hijau itu, terlihat olehnya gambar pedang dengan batu mirah delima di tegahnya. Pedang Galatyn yang ditulis oleh Vladimir Volk. Tangannya meraba sampul buku hijau itu. Tiba-tiba ingatan tentang sosok hitam berjubah kembali melintas di pikirannya. Kepalanya kembali berdenyut, rasanya sakit sekali. Xander kemudian menutup buku itu, ia berlari keluar ruangan perpustakaan dan menutup pintunya.
Keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia bersandar di dinding untuk menetralkan perasaannya. Wajah pemuda itu terlihat pias, putih bagaikan melihat hantu. Ia kemudian meraba dadanya, merasakan detak jantungnya yang terasa tidak normal. Entah mengapa ia sangat tidak nyaman setiap kali menyentuh buku tentang pedang itu.

Setelah merasa agak baikan Xander kemudian kembali menerusklan langkahnya, kali ini dia berjalan terus menuju sisi barat rumah. ia sampai di jendela besar yang memperlihatkan pemandangan hutan terlarang. Dai mengidik, entah mengapa ia tak terlalu suka dengan hutan terlarang. Melihatnya saja seperti mengandung sihir yang jahat. Xander memilih untuk kembali ke ruang tengah rumahnya.

Saat kembali, tak sengaja ia melihat sebuah ruangan sedikit terbuka. Ruangan yang berada diantara jendela barat dan ruangan perpustakaan. Xander sedikit heran. Ia tak melihat ada ruangan saat melewatinya tadi. Ia berpikir untuk mengabaikan saja, tetapi dilain sisi rasa penasarannya memerintahkan untuk memeriksa ruangan tersebut.

Akhirnya ia memeriksa ruangan itu. Ia membuka pintu yang tak terkunci itu. Tak ada ruangan seperti pikiran Xander sebelumnya. Pintu itu adalah sebuah anak tangga yang mengarak ke bawah rumah. ada rasa takut di hati Xander untuk menuruni tangga itu, terpikir olehnya akan makhluk tak kasat mata yang bisa saja muncul dari bawah tanah. Rasa penasaran yang bergelayut di benaknya membuat ia memilih untuk tetap memeriksa apa yang ada di bawah sana.

Xander lalu menuruni anak tangga itu satu persatu. Perlahan ia berjalan, setiap ia menuruni anak tangga, tiba-tiba lampu yang berada di dinding akan menyala. Ajaib. Itu pikir Xander. Seakan-akan dia memang telah ditunggu untuk ke bawah sana.

Kaki Xander kemudian berhenti pada anak tangga terakhir. Sekarang ia berada dalam sebuah ruangan yang sepertinya dijadikan gudang oleh ibu angkatnya. Tak ada apapun yang menarik menurutnya.ruangan ini hanya terdapat rak-rak yang menempel di dinding ruangan dan berisi segala macam perkakas yang terlihat sangat tua dan berdebu. Ia akhirnya memilih untuk kembali ke atas. Saat ingin berbalik. Tiba-tiba sebuah kotak kayu berukuran seperti kotak sepatu terjatuh dari rak sisi sebelah kanan Xander.

Xander terkejut. Tak mungkin kotak yang berada paling atas bisa terjatuh sendiri. Dari dalam kotak terselip sebuah lengan pakaian bayi berwarna biru navy. Xander mendekat ke arah kotak kayu.

"Rasa penasaran akan membunuhmu anak muda," gumam Xander menggelengkan kepalanya.

Ia tak percaya seakan ada yang terus memanggilnya untuk memeriksa dengan teliti kotak kayu itu.
Xander berjongkok di depan kotak kayu yang sedikit terbuka. Ia kemudian membukanya lebih lebar.

Di dalamnya hanya terdapat satu stel pakaian anak kecil berumur dua tahunan. Ia berpikir mungkin saja pakaian yang dimiliki salah satu anak panti terdahulu. Xander yang memasukkan lagi baju itu kedalam kotak, tanpa sengaja matanya membaca di bawah lengan baju tertulis Xander.

Apakah ini adalah bajunya? Mungkin baju yang ia kenakan saat pertama kali datang ke rumah panti ini. Ibu angkatnya memang sudah menceritakan padanya bahwa ia ditemukan oleh seorang lelaki tua di jalanan ketika bada di kota Grendfield berlangsung.

Saat ingin kembali memasukkan baju kecil itu, secarik perkamen usang terjatuh dari balik celana.
Sebuah tulisan yang sangat asing di mata Xander. Ia tak tau apa isi perkamen itu. Xander berfikir jika tulisan ini adalah tulisan yang berasal dari negara lain sehingga ia tak bisa membacanya. Dengan cepat ia memasukkan perkamen itu ke sakunya. Xander tersenyum ia merasa seakan menemukan peta harta karun.

Mungkin aku bisa membawanya ke pak tua Horrison besok. Aku yakin ia bisa membacanya dan memberitahukan aku apa isinya, pikir Xander.

Setelah memasukkan kembali baju dan merapikannya lagi ke atas rak. Xander kemudian kembali menaiki tangga dengan sedikit berlari. Saat menutup pintu ruangan ke bawah tanah. Seekor kucing jingga muncul dari balik ruang perpustakaan. Mata kucing itu sedikit menyipit, ia mengawasi gerak-gerik Xander yang menghilang di lorong ruang tengah.

TBC

Heart of Reinheart (The Galatyn Sword)~(SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now