Chapter 7. Arson Brown dan Pintu Dunia Sihir

5 1 0
                                    


***

Kening Tuan Brown bertaut, melihat tingkah Xander. Hari ini toko tidak begitu ramai. Xander seharusnya bisa bersantai. Namun, sejak tadi lelaki berjanggut coklat tebal itu melihatnya gelisah.

Hampir sepuluh kali Xander mondar-mandir layaknya setrikaan. Sesekali pemuda itu berhenti dan menatap ke arah Tuan Brown, lalu kembali melangkah. Seperti itu, berulang-ulang.

Pak Brown yang mengamati sikapnya pun akhirnya merasa terganggu dengan tingkah Xander.

"Hei, Nak. Apa yang kau lakukan? Jika ada yang ingin kau katakan, kemarilah!" Tuan Brown melambaikan tangan memanggil Xander untuk mendekat.

"A-aku ... Sebenarnya--," Xander menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tingkahnya begitu aneh. Tuan Brown menaikkan alisnya karena keheranan.

Lelaki kecil itu mengamati Xander, keningnya berkerut melihat tangan Xander yang bergerak gelisah. Seperti ingin meraih sesuatu dalam kantong celananya kemudian tak jadi.

"Kau ingin berbicara? Bicaralah!" Xander mendengar hal itu kemudian memberanikan diri. Dirogohnya saku celana jeans-nya sebelah kiri. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dan menyodorkan hal itu kepada Tuan Brown.

"Ng ... bisakah kau membaca tulisan yang ada di dalamnya, Tuan Brown?" ujar Xander ragu-ragu. "Itu seperti tulisan dari negara lain."

Horrison Brown kemudian mengambil perkamen lusuh dari tangan Xander. Ada gurat terkejut terpeta di wajahnya.

"Hei, Nak. Dari mana kau dapat perkamen ini?" sahut Tuan Brown dengan pandangan menyelidik.

"Jangan salah paham, Tuan Brown. Aku tak mencurinya. Itu aku dapatkan di ruang bawah tanah rumahku," sungut Xander yang tak terima dengan tatapan mengintimidasi dari Tuan Brown.

"Whoa! Perkamen tua! Apa tulisan di dalamnya?" sahut Bellatrix yang tiba-tiba saja hadir diantara mereka.

Tangan Bellatrix dengan cepat meraih perkamen yang ada di tangan Tuan Brown. Matanya membulat demi membaca tulisan di dalamnya.

"Dari mana kau mendapatkan ini, Xander? Apa kau tau? Di dalamnya ada semacam mantra!" pekik Bellatrix membuat kedua orang di depannya melongo takjub.

"Kau bisa membacanya?" tanya Xander keheranan.

"A-apa? Oh, ya. Aku suka hal berbau sihir. Tulisan ini adalah tulisan yang sangat kuno. Sedikit-sedikit aku mempelajarinya." Bellatrix menyimpan perkamen itu di atas meja.

"Aku tak bisa menjelaskan begitu detail, Nak. Tetapi aku punya seseorang yang bisa membantumu. Kalau kau yakin, datanglah kesini jam tujuh besok malam."

***

Xander memindai jam tangan yang melilit di pergelangan tangan kirinya. Pukul setengah tujuh malam. Udara malam musim panas sangatlah dingin. Ia merapatkan jaket tebal dengan banyak bulu di bagian lehernya.

Lampu-lampu jalanan kota Grenfield telah menyala. Suasana kota kecil ini sedikit legang. Lampu depan Brown's Gallery juga telah menyala. Xander menggosok kedua tangannya. Ia tak sabar menanti Tuan Brown yang keluar dari tokonya.

Lelaki tua bertubuh kecil itu memang mengatakan kalau Xander harus menunggu di depan toko hingga ia memanggilnya. Sebuah tepukan di bahu mengejutkan Xander. Akibatnya tubuh Xander sedikit menjengit.

Xander menoleh ke samping kanan tubuhnya. Dilihatnya seorang gadis seusianya dengan rambut merah menyala terkikik geli.

"Kau datang?" tanya Xander, ia menatap takjub penampilan gadis di sebelahnya. Jaket kulit dan celana panjang kulit senada berwarna hitam. Rambut yang dikuncir kuda. Bella terlihat menjadi gadis yang kuat.

Heart of Reinheart (The Galatyn Sword)~(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang