Chapter 10. Asal Usul dan Benteng Dinsmore

3 0 0
                                    


***

Alderic Winskley mengamati secara perkamen yang diberikan Xander padanya. Ia tersentak, tak pernah sedikitpun lelaki tua itu mengetahui ada perkamen sihir yang tersembunyi dan disimpan oleh Anna.

Lelaki berambut hitam agak kelabu itu kemudian memindai setiap orang yang hadir di ruang tengah.
Ia lalu mengeluarkan dua buah kantung uang dari balik jubahnya. Kantung uang itu melesat ke arah Rod dan Arrison, secepat itu pula kedua orang itu menangkapnya. Wajah sumringah terlihat di raut Arrison dan Rod.

"Itu tanda terima kasih untuk kalian. Kalian pulanglah ke tempat asal. Biar aku yang menangani mereka berdua," ujar Alderic kepada Rod dan Arrison.

Arrison dan Rod mengangguk kemudian berbalik melangkah keluar ruangan melalui pintu ganda.

Alderic lalu kembali mengamati kedua remaja yang berada dihadapannya. Dengan cepat Ia lalu mengeluarkan bubuk berwarna putih keperakan dari balik jubahnya, ia kemudian meniup bubuk itu ke arah Bellatrix. Gadis itu seketika tertidur.

"A-apa yang kau lakukan, Tuan?" Xander terlihat khawatir dengan kejadian menimpa Bella.

"Dia hanya tidur, Nak. Aku hanya perlu berbicara denganmu. Berdua," Alderic menegaskan kata terakhir dari ucapannya.

Lelaki berjubah hitam itu kemudian mengajak Xander untuk mengikutinya. Xander kemudian berdiri dan mengikuti langkah Alderic. Pikirannya dipenuhi banyak tanda tanya.

Mereka melewati lorong-lorong kastil yang disinari oleh obor-obor yang menempel di dinding. Hingga akhirnya Alderic berhenti pada sebuah dinding yang terlihat sama dengan dinding sekitarnya. Ia kemudian menempelkan telunjuknya di salah satu undakan yang menonjol.

"Apartumos!"

Seketika dinding itu berubah menjadi sebuah lorong. Alderic melangkah masuk diikuti oleh Xander. Setelah mereka berada dalam lorong. Dinding yang terbuka tiba-tiba tertutup kembali.

Mereka menyusuri lorong hingga sampai pada sebuah ruangan seperti perpustakaan pribadi.
Alderic kemudian memerintahkan Xander untuk duduk di kursi yang berada di depan sebuah meja persegi empat.

Xander hanya menurut saja. Alderic yang melihat hal itu tersenyum. Ia melangkah ke arah sebuah rak berisi banyak buku-buku tua yang bersampul kulit asli.

Pemuda itu menatap takjub sekeliling ruangan, rasanya ia mengenali ruang perpustakaan ini.
Sebuah buku bersampul kulit berwarna hijau diletakkan oleh Alderic di meja. Mata Xander kemudian membulat, ia tercegang. Buku yang dibawa oleh Alderic sama dengan buku yang dibeli oleh Bellatrix di Brown's Gallery beberapa saat yang lalu.

Alderic tersenyum simpul melihat raut wajah Xander. Lelaki tua itu kemudian mengambil perkamen yang diberikan oleh Xander.

Alderic membuka buku yang terlihat tua itu. Hingga sampai di satu halaman. Halaman buku itu tampaknya dirobek oleh seseorang hingga menyisakan hanya setengah halamannya.

Lelaki berkumis tipis itu kemudian meletakkan potongan perkamen itu ke bekas robekan buku. Xander tampak tercegang. Perkamen yang dibawanya cocok dengan bekas robekan pada buku.

Robekan pada kertas seketika tersambung kembali. Seberkas sinar keluar dari arah dalam buku lalu terdengar suara yang bergema.

"Pedang Galatyn adalah pedang dengan jiwa. Darah Reinheart adalah pemilik yang sah, tetapi hanya pemilik jiwa yang murni yang mampu meraihnya."

"Kematian akan datang pada saat yang tepat seperti itu pula awal kejadian manusia menjadi murni. Kematian hanya awal dari semua perjalanan bukan sebuah akhir. Hanya hati yang suci yang dapat kembali."

Heart of Reinheart (The Galatyn Sword)~(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang