Chapter 11. Lari!

2 0 0
                                    

***

Xander berdiri di atas undakan tanah. Ia mengamati puing-puing kastil Dinsmore. Bangunan kasil tinggal sebagian saja yang berdiri kokoh. Selebihnya tinggal batu yang tak berbentuk. Tanaman menjalar dengan bunga yang cantik memenuhi bangunan dan menutupi jalan.

Xander tiba di sebuah ruangan dalam kastil, ia terlihat berdiri terdiam. Setelahnya tampak ia melihat kearah langit-langit ruangan. Di atas terdapat sebuah lubang besar, yang membuat cahaya matahari masuk leluasa. Kilasan cahaya hijau, merah dan biru berpendar melintas di kepalanya. Potongan-potongan adegan dimana ayah dan ibunya bertarung mulai terbangun dalam dirinya.

Kakinya kemudian melangkah ke sebelah luar kastil. Pemuda itu menyibak rimbunan bunga white clemetis yang berwarna putih dan beraroma segar. Sekelebat wajah seorang wanita berambut pirang emas melintas di kepalanya. Sosok itu tersenyum manis memperlihatkan sebuah lesung pipi yang cantik di sebelah kiri.

"White Clemetis, ini bunga kesukaan ibumu. Kami bertiga; aku, ayah dan ibumu sering minum teh di tempat ini." Xander berbalik mendengar suara yang datang dari belakangnya.

"Kau ... baik-baik saja?" sahut Bella yang tiba bersama Alderic. Mereka berdiri di samping Xander. Pemuda itu hanya mengangguk dan beranjak pergi.

"Aku mengkhawatirkan anak itu, Tuan Alderic," keluh Bellatrix.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan anak itu, Andrea," ujar Alderic yang mensejajarkan dirinya dengan Andrea.

"Sejak kapan kau tau ini aku?" Andrea mengernyit heran.

"Kau tak bisa membohongiku dengan samaranmu, Andrea." Alderic berjalan menyusul Xander. "Ngomong-ngomong, kau terlihat imut dengan samaranmu sebagai Bella."

Bellatrix atau Andrea mendelik tak senang mendengar ucapan Alderic. Lelaki tua itu menjauh dengan suara tawa yang terdengar.

Pemuda itu kemudian melangkah ke arah danau yang terletak di sisi barat kastil. Aroma bunga soapworth bercampur rempah tercium olehnya. Bunga rambat yang sekarang tumbuh liar itu mengingatkannya kepada seorang lelaki gagah beralis tebal dengan tatapan setajam elang dengan iris mata yang hijau cemerlang.

Pemuda itu mendekatkan wajahnya ke arah air danau. Bayangan dirinya tampak jelas dari pantulan air. Mata hijau yang dimilikinya adalah milik lelaki itu. Mata hijau milik ayahnya, Barayev Reinheart.

Air danau yang jernih kebiruan tiba-tiba berubah menjadi hitam. Xander terlonjak melihat sepasang mata berwarna merah Semerah darah menatapnya dari bawah danau.

Pemuda itu segera beringsut mundur menjauhi tepi danau. Sebuah bayangan berwarna hitam melompat ke arahnya, sosok itu meluncur dengan kedua tangan yang ingin mencengkram. Jari-jari tangan yang kurus serupa tengkorak sangat mengerikan. Makhluk itu mencekram leher Xander.

"Simullus Protekta!"

Suara Alderic membahana disusul dengan cahaya putih kebiruan yang membuat sosok hitam itu terpental jauh.

"Ayo kita pergi dari sini, Xander!"

Belum sempat Xander menjawab, Alderic kemudian meraih lengan Xander untuk segera berdiri. Alderic berlari setengah menyeret Xander bersamanya. Bellatrix tampak berlari di depan mereka.

"Ayo cepat! Sadows akan segera berkumpul! Waktu kita tidak banyak!"

"Horprix Teleport!"

Alderic merapal mantra disebuah cermin besar yang berada dalam kastil Dinsmore. Sebuah lorong waktu terbuka. Dengan tergesa, mereka segera masuk ke dalam cermin yang menghubungkan mereka kembali ke Benteng Horprix.

Heart of Reinheart (The Galatyn Sword)~(SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now