11.

463 66 21
                                    

Firasat gue tentang hujan selalu benar, ini sudah pukul tujuh malam dan hujan belum juga berhenti, bahkan derasnya masih sama seperti tadi sore. Gue juga nggak perlu menggunakan air conditioner, karena hujan membuat suhu kamar gue dingin.

Gue memerhatikan rintik hujan yang turun dan beberapa bulir yang memnuhi jendela gue sambil meneguk coklat hangat yang baru saja gue seduh.

Aga jadi datang nggak ya?

Dulu kalau hujan turun, dia akan menyempatkan main ke kost gue, hanya untuk menemani gue melamun ditemani suara hujan, lalu dia dengan kopi panas dan gue dengan coklat.

Aga

19.20

Ay, aku agak telat kesana

Jam sembilan ya.

Disini hujan.

Okay

Hati-hati ya, jalanan licin

Aga

19.25

Udah seduh coklat?

Udah habis segelas:D

Aga

19.30

Okay.

Sejujurnya gue nggak serileks ini. Adrenalin gue sedang terpacu dan aliran darah gue rasanya mengalir sangat cepat. Bagaimana sih kedatangan orang yang sudah lama nggak menginjakkan kaki di sini, lalu dengan enteng minta izin untuk datang. Gue juga nggak mengerti dengan diri gue sendiri yang mudah luluh sekaligus plin-plan. Usaha move on gue selama satu tahun ini memang gagal total sepertinya.

Dan gue teringat ingin masak sesuatu jika Aga datang. Kebetulan sedang hujan, sepertinya sesuatu yang berkuah dan hangat cocok juga. Apa ya? Mie instan? Bosan banget dan terlalu mainstream. Sapo mie? Nggak ada bahan-bahannya.

Karena kemampuan masak gue juga belum meningkat banyak, jadi gue nggak punya stock menu di otak. Sekaligus bahan-bahan makanan juga sudah menipis. Gue langsung menuju ke dapur yang melekat dengan samping kamar mandi. Isi kulkas gue juga kosong, hanya ada sebungkus jamur champignon, sisa gue uji coba membuat pizza ala-ala. Oh- ada kuah kaldu ayam yang bunda kirim juga belum habis, dan satu kotak susu full cream sisa setengah, untung belum basi.

Sup Jamur Champignon juga kayaknya ide bagus. Lumayan kan gue terlihat seperti chef di cafe terkenal.

Untuk masalah masak-memasak gue memang agak lambat, nggak bisa cepat seperti orang-orang. Untuk memotong jamur saja gue butuh waktu lima belas menit!

Meskipun begitu gue kali ini ingin effort nggak melihat mencontek dari youtube. Semuanya benar-benar gue lakukan dari apa yang gue ingat di buku resep. Gue juga nggak tahu berapa takaran bumbu yang harus gue masukkan, semuanya menggunakan insting. Berkali-kali gue mencicipi agar rasanya pas, lalu gue menuangkan susu full cream agar soupnya terasa creamy dan gurih. Seharusnya dilengkapi garlic toast, tapi gue nggak punya roti.

Gue menuangkan soup jamur ke dalam dua mangkuk dan masing-masing gue hias dengan sisa jamur yang gue tumis sedikit.

Dan suara ketukan pintu terdengar dua kali. Gue mencuci tangan dahulu, lalu membenarkan rambut gue yang sudah nggak karuan, dan segera berlari kecil menuju pintu.

Aga berdiri di luar dengan baju sedikit basah dan senyum lebar yang masih sanggup dia sematkan padahal sudah berbelas jam kerja.

"Boleh masuk?"

heroine of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang