34.

406 49 2
                                    

Hari ini adalah hari pindahan Ayunda ke Surabaya. Diantar dengan ayah, bunda, Dimas, dan Aga menggunakan mobil milik ayah. Perjalanan ke Surabaya nggak memakan waktu cukup lama. Hanya butuh waktu kurang dari dua jam lewat tol.

Aga yang menyetir, ayah duduk di kursi depan samping Aga. Di tengah bunda dan Ayu. Sedangkan Dimas di belakang dan sepanjang perjalanan tidur pulas.

Mereka sengaja berangkat agak sore, karena paginya mereka menghabiskan waktu dulu di Malang. Ayu juga sempat mengajak Aga untuk jalan keliling sekitar jalan di rumahnya. Kata Bunda, sayang kalau dilewatkan. Karena suasana lingkungan rumah mereka masih tergolong sejuk dan hijau.

Akhirnya Ayu dan Aga menghabiskan satu jam berjalan kaki keliling, sambil bergandengan tangan.

Aga memarkirkan mobil di parkiran apartemen. Mereka semua turun membantu Ayunda membawakan barang. Oh iya, tadi dia sudah sempat tanya ke Shella kira-kira kapan barang Ayunda sampai, Shella bilang hari ini kemungkinan sampai, walaupun agak malam, atau bisa jadi besok.

"Apartemen ukuran studio ya kak?" Ucap Bunda begitu mereka masuk ke dalam apartemen Ayunda yang masih kosong.

"Iya bun, ini direkomendasi sama temen Ayu."

Aga ikut melihat-lihat ke sekitar. Nggak lupa dia ke kamar mandi, wastafel, dan tempat cuci piring untuk memastikan keadaan airnya. Air nggak kotor dan tekanannya pas. Lalu, dia mengecek saklar lampu, semuanya berfungsi. Pintu menuju balkon yang dibuka dengan cara geser, aman nggak macet.

Pokoknya Aga sampai memerhatikan semua sisi dan benda-benda yang ada di sini, memastikan Ayunda agar hidup dengan nyaman.

Ayunda masih mengobrol dengan bunda dan ayah, Aga duduk di sebelah Ayu, mencoba untuk masuk ke dalam obrolan mereka.

Intinya, keluarga Ayu bisa mengunjungi Ayu seminggu sekali atau Ayu bisa pulang ke Malang menggunakan kereta. Ayu bilang, semoga banyak kesempatan agar bisa mengunjungi mereka di Malang lagi.

Nggak kerasa, waktu yang mereka habiskan untuk bercengkrama. Ayah dan bunda pamit pulang, begitu juga dengan Dimas.

"Nak Aga menginap dimana?" Tanya ayah.

Ayu memandang Aga dan ayah bergantian. Sedikit takut ayah akan salah sangka dengan Aga. Karena bagaimanapun orangtuanya pasti khawatir karena Aga dan Ayunda belum menikah.

"Saya nginep di hotel deket sini om." Jawab Aga dengan nada tenang.

"Oh ya sudah, pulang ke Jakarta kapan?"

"Besok, Om."

"Hati-hati ya." ayahnya menepuk pundak Aga. Aga hanya bisa menundukkan badannya berkali-kali.

"Pamit pulang ya, Kak." Bunda dan ayah bergantian memeluk Ayunda, merestui Ayu yang beberapa hari lagi memulai hari menjadi mahasiswa magister.

Dari yang Aga lihat, Ayu berusaha menahan tangis melihat orangtuanya pergi, tapi gadis itu selalu menahan air matanya agar nggak jatuh.

Kini di apartemen hanya ada Aga dan Ayunda berdua.

Mereka duduk berdekatan. Kali ini Aga yang nggak rela untuk berpamitan dengan Ayu. Rasanya sangat berat.

"Kamu udah booking hotel?" tanya Ayunda nggak berani menoleh ke Aga.

"Belum. Aku booking sekarang aja?"

Ayunda nggak menjawab. Kepalanya masih tertunduk dalam, nggak ingin Aga pergi dulu.

"Nggak usah." Sambar Ayu singkat. "Tidur di sini aja."

Aga menoleh ke kasur Ayunda. Melihat ukurannya yang sebenarnya muat untuk berdua, tapi masih terlalu kecil. Eh— Aga mikir apa sih, dia pasti akan tidur di bawah kok seperti biasa.

heroine of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang