39.

405 45 3
                                    

23.05

Kepala Ayu terasa berputar-putar saat bangun dari tidurnya. Barang-barang yang tadi masih beserakan di lantai, sudah Ayu masukkan semua ke dalam koper. Karena Ayu pikir ia akan kembali ke Surabaya secepat mungkin. Setelah menangis cukup lama setelah pertengkaran dengan Aga tadi, Ayu langsung menghubungi mbak Ina. Ayu bilang pada mbak Ina bahwa Ayu ingin kembali ke Surabaya sekarang juga.

"Loh, kamu kan baru sampe Bali, Yu."

"Iya. Aku mau balik aja."

"Kamu lagi berantem ya sama pacar kamu? Suara kamu juga agak aneh gitu, Yu."

"Nggak berantem."

"Nggak berantem kok kayak habis nangis? Ayo cerita sama aku Yu ada apa?"

Setelahnya sambungan suara dengan mbak Ina terputus, handphone Ayu sudah mati total. Isi kepalanya terlalu ruwet untuk Ayu berpikir apa yang harus ia lakukan setelahnya. Jadi lah, Ayu setelah menangis memutuskan mandi dan tidur. Mungkin besok ia akan keluar untuk membeli charger untuk ponselnya dan siang ia akan balik ke Surabaya.

Perut Ayu juga sudah berbunyi. Ia sangat lapar. Memang belum makan apa-apa sejak ia sampai di hotel tadi. Seharusnya jam delapan tadi ia dan Aga makan di restoran dekat hotel. Tapi, dengan situasi mereka yang masih dingin seperti ini, semuanya batal. Ayu mengacaukan rencana Aga. Ia merasa bersalah sebenarnya.

Kedua tangan Ayu mengusap wajahnya kasar. Dia berdiri untuk mengambil snack yang ia bawa dari apartemen. Dia memilih pringles untuk mengganjal perut. Tiba-tiba terpikir apakah Aga sudah makan? Atau jangan-jangan Aga sudah kembali ke Jakarta? Meninggalkan Ayu sendiri.

Ayu sebenarnya berniat untuk meminta maaf, tapi Ayu masih sangat takut dengan Aga. Perkataan Aga barusan yang membuat perasaan Ayu perih. Ayu tahu dia memang sangat ceroboh, tapi Ayu nggak suka saat Aga menudingnya seperti anak kecil. Nada bicara Aga yang cukup dingin dan mencekam. Aga yang berkata dia bisa saja tidak bertemu Ayu bahkan sepuluh tahun ke depan. Air mata Ayu jatuh lagi, lalu ia usap secara kasar dengan kelima jarinya.

Suara pintu diketuk terdengar, Ayu langsung menoleh ke belakang. Menaruh pringles yang belum sempat ia makan ke atas meja televisi.

"Petugas hotel ya?" tebaknya.

Tapi, untuk apa petugas hotel malam-malam kesini.

"Ayunda?" Ayu mendengar suara Aga memanggil dari luar. Ayunda menghentikan langkahnya sebentar.

Seketika ia merasa gugup. Lalu, Ayu menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba lebih berani.

Nggak apa-apa, Ay. Nggak usah takut.

Tangannya membuka knop pintu. Aga sudah berdiri di depan kamar hotelnya, menenteng satu goodie bag dan satu tangannya lagi memegang iPad.

"Boleh masuk?" Tanya Aga dengan suara yang sangat tenang namun bagi Ayu masih terasa mencekam.

Ayu mengangguk pelan. Ia berjalan mendahului Aga, lalu duduk di pinggiran tempat tidur.

Kepala Ayu tertunduk dalam, dia bisa merasakan kasurnya ikut bergoyang ketika Aga ikut duduk di sampingnya.

"Hp kamu mati?" Nada bicara Aga terdengar sangat santai. Ayu membalas dengan anggukan pelan. "Mau dicharge nggak?"

"Nggak ada chargerannya." Jawab Ayu dengan suara sangat pelan, matanya masih tidak berani menatap Aga.

"Tadi aku beli di toko deket sini, ada yang jual ternyata. Sini aku isi dulu."

Aga menyodorkan tangannya, meminta Ayu menyerahkan handphonenya. Ayu langsung memberikan handphonenya pada Aga dan lelaki itu langsung mengisikan daya baterai hp Ayu yang sudah kosong total.

heroine of youOnde histórias criam vida. Descubra agora