Princess - Chapter 6.1

403 31 0
                                    

________________________________
____________________

C6.1 : She Consultant

____________________
________________________________

Playlist : Lauv ft. Julia Michaels - There's No Way

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Langit biru cerah tak berawan adalah hal yang sangat biasa di California. Namun meskipun begitu, aku tidak pernah bosan untuk sekadar mendongak menatapnya selama sesaat setiap hari.

Saat ini aku sedang berada di pinggir lapangan voli, duduk bersebelahan dengan Emily di kursi pantai. Kacamata hitam menghalangi sinar matahari langsung ke mataku sementara aku memperhatikan permainan.

Franz dan Romeo berada di tim yang berbeda dari Jonathan dan Rafael dengan dua junior dan satu sophomore di masing-masing tim. Semuanya bermain santai namun penuh perhitungan. Pertunjukkan yang menyenangkan untuk disaksikan para freshmen saat demo ekskul besok.

Aku menyesap es kopiku perlahan, menoleh pada dua laki-laki yang memasuki area lapangan. Navhaniel dan Rhysand. Keduanya mengenakan kacamata hitam, melangkah setenang kucing dengan arogansi yang kental. Memikat.

"Mereka seperti kutub magnet yang berbeda." Ujar Emily tiba-tiba. Ternyata dia juga ikut menatap pada Navhaniel dan Rhysand dari balik kacamata hitamnya. "Menarik setiap gadis yang mereka lewati dengan daya tarik masing-masing."

Tidak ada yang salah dari apa yang dikatakan Emily barusan. Kubiarkan mataku menatap mereka sesaat lebih lama sebelum membuang pandangan—kembali ke permainan. Andai saja gadis-gadis itu tahu bahwa mereka sangat menyebalkan.

Tanpa peringatan seseorang menyambar es kopiku hingga membuatku sontak menoleh padanya. Aku tidak terlalu kaget saat mendapati Rhysand sedang meminumnya. Sudah bukan hal baru lagi bagiku jika si pangeran ini bertindak semaunya.

"Menyingkir. Kau menghalangi matahari." Aku berujar ketus.

Rhysand mengangkat sebelah alisnya, tersenyum miring. "Kalau aku tidak mau, apa yang akan kau lakukan?"

Dari ujung mataku, aku dapat melihat Navhaniel hanya diam memperhatikanku dan Rhysand. Kedua tangannya di masukkan ke saku. Ketenangan sunyi memancar darinya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini hingga bibirnya membentuk garis tipis.

Seharusya cara ini tidak lagi berhasil. Sudah terlalu lama untuknya masih berpengaruh. Tetapi aku akan mencoba peruntunganku, tersenyum pada Rhysand. "Bisakah kau menyingkir?" Pintaku dengan nada yang jauh lebih lembut.

Butuh beberapa saat hingga akhirnya Rhysand benar-benar menyingkir dan duduk di kursi pantai di sebelahku. Tidak masalah asalkan dia tidak menggangguku. Aku juga tidak mau peduli. Aku kembali memperhatikan permainan setelah mendapati Navhaniel sudah duduk di sebelah Emily.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang