Heiress - Chapter 26.1

151 11 0
                                    

________________________________
____________________

C26.1 : Stone Cold

____________________
________________________________

Playlist : Ariana Grande - Dangerous Woman

Playlist : Ariana Grande - Dangerous Woman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Bagai anak kecil, namun diharapkan untuk bersikap dewasa. Begitulah kutipan atau bisa disebut pernyataan yang seringkali kubaca maupun dengar. Namun sebagai remaja itu sendiri, aku tidak terlalu menyetujuinya.

Memang benar bahwa aku seringkali diperlakukan seolah aku adalah anak kecil yang rapuh. Aku juga selalu disalahpahami. Tetapi diharapkan untuk bersikap dewasa? Aku rasa siapapun tidak perlu lagi mengharapkan sesuatu yang sudah ada dalam diriku.

Berbanding terbalik dengan Coach Aiden yang marah-marah mengadu layaknya anak kecil yang kalah permainan, aku duduk diam. Napasku teratur, sesekali menatap keluar jendela besar di hadapanku, melewati kursi besar yang diduduki Mister Hudson—menikmati pemandangan butiran-butiran putih salju berjatuhan.

"Jadi seberapa parah kondisi hidungmu, Coach Aiden?" Tanya Mister Hudson setelah Coach Aiden selesai berceloteh.

"Tulangnya retak." Coach Mattew, guru olahraga senior, yang sedari tadi berdiri di sisi kanan meja Mister Hudson, menjawab santai.

"Baiklah." Mister Hudson menghela napas, menatapku dan Coach Aiden bergantian. "Kusimpulkan dari ceritamu, Nona Clarke menolak pembelajaran yang kau berikan, setelah itu membuat keributan dengan mengajak temannya mengobrol padahal mereka sedang bermain basket. Setelah itu, kau menegurnya, tetapi Nona Clarke malah—"

"Benar, Sir." Potong Coach Aiden.

Aku berusaha menahan kekehanku sekuat tenaga, mengalihkan pandanganku pada apapun yang ada di dalam ruangan kepala sekolah bertema kayu hangat ini. Mungkinkah Coach Aiden takut atas sebutan yang akan diberikan Mister Hudson tentang seranganku padanya? Ya, kalaupun Mister Hudson akan mengatakannya secara halus, tetap saja itu berarti bahwa aku menghajarnya.

"Lalu," Coach Mattew menatapku. "bagaimana dari sudut pandangmu, Skyla? Kau tidak mengatakan apapun sejak aku menghampiri kalian di lapangan basket."

Tadi, beberapa saat setelah aku menonjok hidung Coach Aiden, tiba-tiba Coach Mattew sudah berdiri di antara kami. Matanya hangatnya menatapku terkejut. Dan lagi-lagi berbeda dengan Coach Aiden, aku hanya diam. Tidak berniat menjelaskan apapun. Hingga akhirnya Coach Mattew memutuskan untuk membawa perkara ini ke kepala sekolah.

"Dari sudut pandangnya, dia pasti tidak bersalah sama sekali. Dia boleh bersikap seenaknya karena dia merasa hebat. Gadis kaya yang populer." Kata Coach Aiden sinis. Membuatku menoleh padanya yang berdiri di sisi kiri meja Mister Hudson, menatap wajahnya yang menyedihkan. "Apa kau tahu Bianca? Jordyn? Daniela? Nadia?" Tanyanya. "Mereka populer, cantik, keluarga mereka berkuasa, tetapi mereka tidak pernah bersikap seenaknya. Tidak sepertimu, mereka tidak pernah membantah."

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang