Chapter 56 - 57 ♗

752 110 24
                                    

"Ukh..."

Frey memegang kepala dengan kedua tangannya. "Ini tidak pernah berakhir. Semua kertas omong kosong ini. Aku ingin membakar mereka semua saja."

Rengekan Frey membuat Valias termenung. Sesuatu membuat matanya tiba-tiba berkabut. Dan di saat itu dia secara tanpa bisa dicegah teringat pada keributan konyol yang pernah terjadi di antara dua teman di masa kuliahnya.

"Aku akan membakar bangunan universitas kita! Benar-benar tidak berguna!"

"Jangan khawatir. Kakakku pengacara. Kau pasti tidak akan dibela."

"Kalau begitu aku akan bunuh diri!"

"Mayatmu akan dibuang ke sungai dan kubiarkan dimakan hiu."

"Tidak ada hiu di sungai!"

"Kupikir kita sedang berlomba menciptakan omong kosong. Dalam hal ini, selamat. Tidak ada yang menang."

Valias tanpa sadar tersenyum. Frey menyadarinya dan langsung mengernyit.

"Apa yang lucu?"

"Ya? Tidak."

Valias mengalihkan dirinya sendiri dengan membaca beberapa kertas di atas meja Frey. Berkomentar kemudian. "Mereka memiliki ide-ide yang menarik."

"Membuat peledak, memasang perhiasan pada dinding perbatasan," Frey menghela napas. "Omong kosong yang tidak pernah berakhir."

"Yang Mulia berpikir mereka sudah mulai membuat apa yang mereka tuliskan di sini?"

"Bagaimana dengan yang kau sebut senjata api waktu itu? Belum ada yang menyebut soal itu sebelumnya. Tapi mereka membuatnya." Frey memasang muka jelek.

Valias mengambil kertas lain.

Spontan berceletuk. "Hayden kerajaan yang damai."

"Benar. Tidak ada laporan kejahatan. Tidak ada laporan tuduhan pelanggaran peraturan. Damai sekali," ucap Frey sarkas. Valias tersenyum.

"Yah... tidak begitu buruk."

Frey menaikkan alis.

"Kau berpikir begitu?"

"Hal buruk akan muncul dengan sendirinya. Tidak perlu terlalu khawatir." Valias meringankan suaranya. Membuat bola matanya menelusuri barisan kata yang ada di kertas di tangannya. "Dan jika saya pikir-pikir lagi, Anda benar. Kita tidak perlu terlalu berburu-buru."

Frey mengerjap sebelum mencibir. "Kau bilang begitu tapi kau tetap akan pergi."

"Tidak ada salahnya," tanggap Valias acuh.

Frey memperhatikan Valias sebelum bertanya.

"Kau menerima pesan dari dewa lagi?"

Valias mengangkat dagunya. Melihat Frey yang melihat ke arahnya. Matanya tajam. Ingin tahu apa yang akan menjadi jawaban Valias.

"Saya tidak pernah menerima pesan dewa."

Frey melebarkan mata. Mengernyit kemudian.

"Apa?"

"Saat itu saya bohong."

Frey mengerjap. "Kau ..... bohong?"

"Hm." Valias mengangguk.

Frey mengerutkan kening. "Lalu?"

"Lalu apa?"

"Lalu bagaimana kau tau??" Frey bertanya tidak terima. Bentuk wajahnya sudah tidak bisa dideskripsikan lagi.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now