Episode 8

96 13 2
                                    

.
.
.
.
Elsa membawa ketiga teman teman mereka untuk berkeliling istana hera dan penthouse. Sesekali ia menunjukkan foto fotonya bersama bunda, kakek dan lainnya.

"Kami tadi berfoto di lift loh. Lihat ini sa" ucap seli menunjukkan beberapa foto di ponselnya.

"Astagaa.. pantes lama" balas elsa.

Raib ali dan seli hanya nyengir pelan saat mendengar elsa dan kelakuan absurd mereka di lift tadi.

"Jadikan foto foto ini nyata sel, jangan cuman sekedar jepret" ucap elsa yang langsung mengambil polaroidnya.

Seli segera mengaktifkan bluetoothnya dan elsa mengoperasikan polaroidnya. Tidak lama kemudian beberapa foto tercetak.

"Wahh" seru seli senang mengambil lembaran itu dan sesekali meniupnya.

Kini elsa meraih kamera polaroid di dalam lacinnya dan berselfie ria dengan seli.

"Aakkk kiyowohh" seru seli saat melihat polaroid itu jadi

Elsa hanya tertawa kecil.

"Heh kalian sibuk berdua saja hah?!" Ucap ali kesal karena dua sahabatnya tidak memperdulikannya.

Kini ali mengeluarkan handphonenya untuk berselfie dengan elsa, raib dan seli. Foto demi foto tercetak.

"Bentar" ucap elsa pelan karena merasa kurang puas dengan hasil foto mereka.

"Mbak dina, bisa fotoin kami sebentar?" Ucap elsa pada salah satu pelayan dirumahnya. Lebih tepatnya kepala pelayan disini.

Mbak dina yang merasa dipanggil oleh putri majikannya segera meninggalkan dapur dan menghadap elsa.

"Iya non" ucap mbak dina

Elsa menyerahkan handphone ali pada mbak dina. Kini mereka berempat berfoto ria dengan berbagai gaya dengam background langit biru cerah serta pemandangan bawah kota.

Banyak lembar polaroid tercetak, ali elsa, raib dan seli mengambil satu satu foto yang mereka inginkan. Ali terlihat malas sebenarnya untuk urusan foto. Ada sesuatu yang menghantui pikirannya.

Ia lebih sering memperhatikan ruangan di seberang ruang tamu itu. Sebuah ruangan yang tidak elsa tunjukkan pada raib seli dan dirinnya.

"Itu ruangan apa sa" ucap ali karena tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Ruang kerja bunda" jawab elsa santai.

"Ada apa didalamnya sa?" Tanya ali lagi

"Baiklah.. ayo kita masuk" ucap elsa pasrah karena ali terus bertannya. Si biang kerok itu jika penasaran pasti dan selalu seperti ini.

"Alii gasopan" celetuk raib

"Emang boleh sa?" Tanya seli menatap elsa didepannya.

"Eh, ini bukan ruang kerja yang seperti di film film yang tegang banyak rahasia dan lainnya.ga kok" ucap elsa tau isi pikiran seli dan raib.

Elsa berjalan ke arah pintu ruang kerja milik bundannya. Ia cukup sering dan bahkan tiap hari selalu masuk kesana. Bunda juga mengizinkan. Ali raib dan seli mengikuti dibelakang elsa untuk masuk kedalam.

Elsa benar, ruangan ini tidak seperti ruang kerja pada umumnya. Lihatlah ruangan ini sangat nyaman dan enak dipandang, berbagai lukisan terjajar rapi dan beberapa kanvas lengkap dengan kuas serta pewarna lain terpampang di sana.

Ruangan ini memiliki jendela transparan besar seperti yang ada pada ruang tamu,menampilkan seluruh kota diluar sana. Bukan hanya lukisan jajaran buku seperti perpustakaan menghiasi ruangan itu.

AldebaransTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang