Episode 9

164 15 4
                                    

.
.
.
.
Ali berkali kali mondar mandir menunggu teman gadisnya di parkiran basement istana hera. Gadis itu lama sekali. Apa susahnya membawa sebuah sendok dari lantai seratus istana hera?

Tidak lama kemudian sosok yang ia tunggu sedari tadi telah muncul dengan setelan jacket hitam dengan rambut panjang terurai. Elsa. Gadis itu memang sangat mencolok, memiliki aura yang khas diantara pengunjung lainnya.

"Lamaa banget saa" keluh ali menatapku.

"Maaf ali" ucapku

Aku menoleh kesana kemari dan langsung masuk kedalam ily yang sedari tadi terparkir disana dengan mode hilangnya.

Aku segera mengeluarkan sendok yang telah kubungkus dengan plastik agar tetap steril. Ali mulai mengeluarkan alat alat canggihnya. Ia mengeluarkan sebuah mannekin berbentuk jempol kemudian membawa sendok tersebut kedalam sinar x.

"Hebatt sidik jarinnya utuh saaa" ucap ali tersenyum senang.

Aku menghela napas lega. Yaa.. itu sendok yang bunda pakai saat kami makan es krim beberapa jam yang lalu. Aku sangat penasaran dengan ruangan rahasia didalam ruang kerja bunda. Itu sebabnya aku meminta ali membantuku.

Si biang kerok itu sangat antusias saat aku meminta bantuannya, mungkin dia juga sama penasarannya denganku?

Ali masih sibuk memindahkan sempel sidik jari ke permukaan jempol tiruan itu. Menggelas, memoless dengan alat alat yang aku tidak tahu namannya.

"Sudah jadi" ucapnya kemudian.

"Eh kok cepat?" Balasku menatap ali yang mengacungkan jempol manekin ditangannya.

"Yeah! Ini perkerjaan mudah saa" balas ali

Ali menyerahkan jempol mannequin itu.

"Sekarang semuannya terserah padamu sa" ucap ali padaku.

Aku menatapnya datar kemudian menatap jempol mannekin ini. Apa ini langkah yang benar?

"Jangan terlalu gegabah saa. aku tahu, apapun yang didalam sana bahaya atau tidak kau harus siap dengan segala kemungkinan terburuk" ucap ali padaku.

"Aku sangat bingung ali, setengah dari diriku mulai tidak mempercayai bunda. Tapi aku sangat menyayanginnya, aku sangat menentang apa yang dikatakan avv" ucapku pelan.

"Jangan takut sa, kamu hebat. Aku bahkan sudah mengetahui bahwa kamu berbeda saat hari pertama sekolah. Hanya saja kamu tidak sadar akan kehebetanmu sendiri" ucap ali menatapku.

"Kamu mau ikut aku ali?" Tanyaku.

Ali tersenyum kecil padaku.

"Tidak sekarang saa.. Hoammm" ucapnya sambil menguap lebar.

"Lihat. Aku sudah mengantuk" lanjutnya lagi.

Dasar Ali. Aku tidak tahu apa dia benar mengantuk atau tidak.

"Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa besok disekolah ali" ucapku melambaikan tangan

Ali membalas lambaian tanganku "yeah"

Aku dan ali keluar dari ily. Aku tersenyum ke ali sebentar dan kemudian kembali masuk kedalam istana hera.

Ali memperhatikan tubuh kecil gadis itu yang kian menjauh darinnya.

"Kamu bahkan tidak tahu kekuatan besar apa yang selalu bersamamu" ucap ali pelan menatap elsa yang kini sudah hilang dari pandangannya.
.
.
.
.
.
.
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam. Para pelayan mungkin sudah pulang. Penthouse hanya menyisakan lampu temaram saja.

Kakiku berhenti tepat didepan ruang kerja bunda. Ingin sekali aku membukannya malam ini. Mataku menelisik tajam jauh didalam sana.

Aku sangat penasaran. Apakah ada seseorang didalam ruang rahasia itu atau senjata rahasia, hewan aneh atau hal lainnya.

AldebaransWhere stories live. Discover now