CHAPTER 22: THE CONFESSION

364 57 0
                                    

1 AM

Joshua menghentikan mobilnya di halaman gedung apartemen Judith.

"Maaf ya chef, saya jadi ngerepotin," ucap Judith tak enak hati karena Joshua sampai harus mengantarnya pulang. Bahkan ketika sebelumnya, Pria itu memergokinya ketiduran karena kelelahan. 

It’s okay, Lagipula ini juga sudah terlalu larut," Ujar Joshua mengecek jamnya. 

"Makasih Chef, saya duluan--"

"Ah Judith--" tahan Joshua, "Sebentar…"

"Ya?"

"Eum...aku...kepikiran ucapan kamu terus," ucap Joshua.

"Ucapan? Ucapan apa?"

"Tentang...cemburu--" balas Joshua hati-hati, "Aku rasa kamu benar…"

Judith tertunduk memainkan jari jarinya. Ia merasa lebih baik setelah Joshua menemaninya dan mengajarkannya membuat kue. 

Ia sudah mendengar ini dari Sienna sebelumnya. Tapi mendengar hal ini langsung dari Joshua, terasa dua kali lebih menyakitkan baginya. 

“Ah..itu…” gumam Judith tertunduk, tersenyum getir.

“Eum…jadi aku mutusin buat jujur atas perasaanku padanya. But of course, Aku nggak akan pernah bisa ngalahin Pierre, and I hate it even more because He's my best friend--" Ujar Joshua menerawang menatap jalanan sepi di depannya. 

"Pak Pierre--"

“He likes her too,” Sambar Joshua menghela nafas pelan. 

"Dan anda mengalah cuma karena Pak Pierre adalah bos dan sahabat anda?"

Joshua menggeleng pelan,  “Because there is no place for me, untuk Sienna. Mereka teman sekelas saat sekolah dan aku cuma orang baru di hidup Sienna." 

“Ah…maaf..” gumam Judith setelah menyadari jika Sienna menolaknya.

"It's okay! Aku juga udah omongin ini baik-baik ke Sienna, and We're all good..tapi...ada satu hal yang agak ganjel buatku."

"Apa?"

"Menurut kamu, kalau kamu dan Sienna adalah Aku dan Pierre, lalu kalian menyukai satu orang yang sama, apa salah satu dari kalian akan ngalah?" 

Judith terdiam sejenak, lalu menoleh, menatap heran Joshua, "M-Maksud anda?"

"Misalnya..eum...m-misalnya aku suka sama Sienna dan kamu…" Pria itu terdiam sejenak, "Kamu suka sama aku--"

DEG!

Judith sontak membeku di tempatnya kala mendengar ucapan Joshua.

"Lalu aku nyatain perasaanku ke Sienna dan dia nolak aku...menurut kamu, alasan Sienna nolak aku adalah...eum...apa karena dia tahu kamu suka sama aku?" Tanya Joshua menatap Judith dengan seksama.

Judith mencengkram ujung jaketnya. 

Jantungnya berdebar cepat mendengar pertanyaan Joshua yang entah mengapa terasa seperti sindiran baginya. 

"Nggak…" gumam Judith singkat.

"Huh?"

"Kalau itu terjadi sama aku dan Sienna, alasan Sienna nolak anda adalah karena memang Sienna nggak punya perasaan apapun pada anda," ucap Judith tegas.

"H-How do you know?"

"Aku tahu Sienna dengan baik. Ia adalah orang yang apa adanya," ucap Judith.

I see..aku juga berpikir begitu. Kayaknya memang dia nggak punya perasaan yang sama denganku," Ujar Joshua kembali melamun.

Judith terdiam sejenak. Ia mengepalkan tangannya, “Eum. She doesn’t like you,” Gumamnya pelan, “But I do,” Sambungnya.

Joshua sontak menatap Judith tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. 

Awalnya Ia hanya ingin tahu reaksi gadis itu ketika Ia membahas tentang Sienna. Ia tak menyangka jika Judith benar benar akan bicara apa adanya tentang perasaannya padanya.

“Terima kasih banyak udah mau mengajariku malam ini. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengisi posisi Sienna nanti!" Ujar Judith berpamitan sopan sebelum keluar dari dalam mobil milik Joshua.

Joshua terdiam menatap sosok Judith, yang berjalan menjauhi mobilnya hingga sosoknya menghilang masuk ke dalam gedung.

Ia menyandarkan kepalanya pada kursi mobilnya, “What should I do?” 

*** 

Di tempat lain, Pierre mematikan mesin mobilnya setelah mengantar Sienna pulang. 

"Ya Joshua emang gitu. Kalau lagi ada yang ganggu pikirannya, dia bakal sendirian sementara," ucap Pierre ketika Sienna membahas tentang Joshua yang datang ke kitchen malam malam, "Kenapa kamu nanyain Joshua?"

"Ya emang kenapa?"

"Ya cemburu lah!" Sungut Pierre sebal.

Sienna memutar kedua bola matanya dan mendengus sebal, "Ya karena tadi ketemu di lobby hotel.."

"Ah...iya, tadi emang aku ajak dia motong rambut siang tadi sambil lunch. Ternyata dia balik lagi ke hotel," ucap Pierre.

"He confessed to me," balas Sienna melirik Pierre untuk melihat reaksi pria itu.

"Oh..oke," balas pria itu santai hingga kemudian Ia tak sengaja mendapati Sienna menatapnya heran, "What? Ah apa kamu berharap aku bakal marah atau gimana? Nggak lah, aku yakin kok kamu pasti nolak dia."

Sienna menggelengkan kepalanya pelan dan berdecak heran, "Your confidence is out of this world," sindirnya tentang kepercayaan diri Pierre yang tak ada tandingannya.

“Aku cuma lupa kasih tahu Judith karena dia masih ada di dapur pas Chef Josh datang," ucap Sienna khawatir.

“Ya biarin lah…bukannya justru bagus mereka jadi punya teman bicara di dapur?"

“Tsk! Ah udahlah lupain!" Sungut Sienna sebal. “Aku capek! Mau istirahat, bye!" 

Ia hendak turun dari mobil namun tiba tiba Pierre menariknya dan menyentuh wajahnya lalu mengecup lembut pipinya untuk yang kedua kalinya, “OH MY GOD! HEI!" Seru Sienna  menatap Pierre  terkejut.

“Well, I’ve told you, I really want to kiss you tonight,” Ujar pria itu santai sembari mengarahkan tatapannya ke bibir Sienna.

Gadis itu mengangkat kepalan tangannya hingga menghalangi wajahnya dan Pierre. 

"Kamu mau dicium ini?" Ancam Sienna menunjuk kepalan tangannya.

“Hahaha! Okayy! Sorry--" ucap Pierre tertawa.

Sienna lekas keluar dari mobil pria itu secepat kilat. 

Pierre menurunkan  kaca jendela mobilnya, "Nanti aku telpon kalau udah di rumah."

"Nggak usah! Aku udah tidur kayaknya."

Pria itu tertawa pelan, "I'll call you later! Bye!" Ucap pria itu sebelum menjalankan mobilnya melewati Sienna.

Gadis itu terdiam menatap mobil Jeonghan yang bergerak menjauh. Telapak tangannya menyentuh pipinya dimana pria itu mengecupnya tadi. 

Villain [COMPLETE]Where stories live. Discover now