6. Find Me

417 98 15
                                    

"I found me, myself, but I didn't even know who I am..." – unknown.



***



"ANNAAA!!!"


Begitu Anna menutup matanya, ia bisa mendengar seseorang di sampingnya berteriak memanggil namanya. Tangannya masih mencengkeram sabuk pengaman yang melindungi tubuhnya dengan kencang. Mobil berguncang beberapa kali, meluncur tak terkendali dengan suara decitan yang terdengar begitu memekakkan telinga.

Anna benar-benar ketakutan. Sepintas bayangan itu muncul di kepalanya.


Posisinya sama, Anna duduk di samping kursi kemudi. Di sampingnya ada seseorang – entah siapa Anna tidak bisa melihatnya dengan jelas. Mobil yang mereka naiki juga sama kehilangan kendali, sepertinya remnya blong. Anna berteriak, berusaha membantu orang di sampingnya walaupun hasilnya nihil.

Mobil mereka berputar di jalanan, Anna merasakan orang itu menahan tubuhnya dengan merentangkan sebelah lengannya di depan Anna. Yang bisa Anna lakukan hanyalah menutup matanya, ia tidak berani melihat karena ketakutan. Tangannya yang bebas menyentuh perutnya, sepertinya itu refleks.

Guncangan itu berlangsung cukup lama, selanjutnya mobil membentur bahu jalan dan terhempas ke sembarang arah. Kedua orang di dalam mobil sudah penuh luka. Anna masih memiliki sisa kesadaran. Ia membuka matanya dan seketika rasa sakit di kepala menyambutnya. Ia mengerang, samar-samar bisa melihat orang di sampingnya.

Rambutnya yang hitam panjang tak lagi rapi dan ada noda darah di beberapa bagiannya. Anna tidak bisa melihat wajahnya karena posisinya yang memunggunginya. Namun dari pakaiannya, Anna tahu jika dia adalah seorang gadis, sama seperti dirinya.

Anna mencoba untuk menggapainya, mulutnya terbuka hendak mengucapkan sebuah nama. Sayangnya tak ada yang keluar dari bibirnya. Tangannya hanya menggapai-gapai di udara sebelum akhirnya kesadarannya perlahan hilang.


Mobil sudah berhenti berguncang. Merasa keadaan sudah aman, Anna membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah khawatir Jevan. Lelaki itu berada sangat dekat dengannya, sebelah tangannya direntangkan di depan tubuh Anna. Seketika Anna merasa deja vu.

Dada Anna bergerak naik turun. Kejadian barusan benar-benar membuatnya ketakutan.

Tersadar akan tindakannya, Jevan segera menjauhkan diri dari Anna. Ia membuang muka.

"Lo mau bunuh gue?!!"

Anna berteriak, menatap Jevan dengan tajam. Napasnya masih terengah-engah dan bayangan akan kematian yang hampir di depan mata membuat Anna ngeri. Sudah berapa kali ia hampir di ambang kematian?

"Maaf. Gue nggak fokus nyetir." Jevan mencicit, ada ketulusan dalam suaranya. Anggap saja Jevan sedang banyak pikiran yang mengganggunya hingga ia tidak sadar ada sepeda motor dari arah yang berlainan melaju dengan kencang.

Anna tak menjawab. Ia masih berusaha mengendalikan diri. Namun ketakutan itu seolah-olah menari-nari di depan matanya, mengejeknya dan menertawakannya. Ia tidak mengerti, kenapa ia harus menghadapi semua ini?

Perasaan itu membuat hatinya berkecamuk. Ia seperti seseorang yang sendirian di dunia ini, tak tahu harus kemana. Dan pikiran itu membuat pertahannya runtuh. Anna menangis, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

You in MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora