bab 24

1.7K 116 0
                                    

Sepasang sejoli ini sedang lesehan di pinggir jalan, sembari memesan sate dua piring, memikirkan ide juga butuh asupan, jadi jangan sampai perut kosong, pikir Jaya.

"Aha!" Bak hidayah, Dinda seperti mendapati sebuah petunjuk, Ia lantas berbisik di telinga jaya, dan menjelaskan rencana itu

"Rencana yang bagus" respon Jaya, "tapi berisiko!"

"Berisiko gimana?"

"Ini kita bohong loh, kalau pak Rafli jantungan dengernya gimana?"

Dinda memutar bola matanya malas, "yakan, bohong demi kebaikan mereka juga gapapa!"

Jaya mengedikkan bahunya, dia merespon Dinda masih enggan-engganan, membuat sang kekasih dongkol dengan spontan mencubit paha kanannya.

Jaya meringis, ia tampak mengelus-elus pahanya, katanya, rasa sakit itu membuat perutnya kembali kosong hingga memesan kembali sepiring sate Padang lengkap dengan kerupuknya.

"Mang pedas ya!" Pintanya.

"Ihhhh kok makin kesel sih" Dinda kembali mencubit paha Jaya, tapi kali ini sebelah kiri.

Jaya kembali meringis, "ada apa si sayang?"

"Kamu tuh ga bisa dengerin aku bener-bener ya!"

"Ini uda bener-bener kok, apa coba?"

Melting, puple eyes itu membuat suasana hati Dinda gaduh, dia mau berteriak histeris, tapi sadar ini didepan umum, malu.

"Ahhh lucu banget embul aku" sambil menoel gemas pipi chubby Jaya.

"Kenapa-kenapa coba ulang?"

"Berisiko kamu bilang, tapi mau cara gimana lagi biar bikin mereka akur kalau bukan dari cara yang aku bilang itu, tau ga si, mereka itu saling sayang, saling membutuhkan, untuk jujur dengan hati aja mereka susah, kebanyakan ego!" Tutur Dinda kesal.

Membuat Jaya terkekeh gemas, ia mengacak rambut Dinda, membuat rona pipi Dinda memerah.
"Yauda, kalau itu yang terbaik mari kita lakukan!"

"Baiklah"

****

"Bapak sebagai walinya Arga, kan?" Tanya guru BK memastikan.

Pak Rafli mengangguk yakin, tak perlu ragu untuk memastikan keamanan anak didiknya, lalu guru BK mengingatkan kembali bahwa,

"Sidang kedua akan dilakukan Senin pagi pak, tolong kabarin Arga, pihak pak Bandi sudah menemukan banyak bukti untuk mengeluarkan Arga dari sekolah ini"

Dahi pak Rafli mengernyit, "segitu ambisius nya, pak Bandi mau mengeluarkan anak murid disekolah ini?" Pak Rafli menggelengkan kepalanya, tak menyangka ada guru yang tak bisa menerapkan karakteristik guru yang baik.

Dia langsung sigap mencari pak Bandi, dan akhirnya, menemukan pak Bandi yang tengah bergumul dengan beberapa guru di kantin.

"Pak Bandi!" Pak Rafli memanggil.

"Hem, ada apa?" Ia menjawab dengan ketus.

"Seorang guru tak akan menghakimi anak didiknya, dia menjadi contoh yang baik bukan yang buruk!"

"Lah, ada apa ini?" Lagaknya seperti tak ada masalah saja.

"Pergilah berbenah jangan hanya sibuk melihat keburukan orang lain!"

"Heh!" Bentak pak Bandi lantang, "semua guru juga ga terima kalau ada yang memukulnya, mau itu kalangan murid atau bahkan guru sekalipun!"

"Tau? Pasti ada api kalau ada bara! Siapa yang tak marah jika hidupnya diganggu oleh mulut sampah seperti anda, malu lah anda karena menyerang anak yatim yang jelas-jelas disayang Tuhan, lihat, tuhan akan kalahkan anda dan jatuhkan anda sejatuh-jatuhnya" tutur pak Rafli dongkol.

Tak perduli semua pasang mata melihat keributan itu, intinya, dada pak Rafli sudah lega menuturkan semua yang meresahkan hatinya, dia ingin membersihkan nama Arga hingga tak ada yang men-cap anak itu kotor dan hina.

"Arga, saya yakin, tuhan selalu bersama mu dimanapun langkah mu!" Gumamnya.

Ketika hendak kembali ke ruangannya, dan bergegas pulang, sayup-sayup pak Rafli mendengar seseorang memanggilnya dari belakang, ia menoleh dan melihat Jaya perlahan mendekatinya, seperti sedang tergesa.

"Ada apa Jaya?" Tanyanya heran.

"Anu pak! Arga, tadi ikut tawuran sama anak sekolah lain, terus Arga juga dibawa ke bascamp mereka, kayaknya mau dihabisin pak!"

"Ha?" Raut khawatir terlihat jelas, "dimana bascamp itu?"

"Saya bisa tunjukin pak!"

"Yauda, antar saya kesana, sekarang!"

Jaya mengangguk, dan menuntun guru itu kesana, rencana pada bagian Jaya berhasil.

Scene, beralih ke Dinda, ia tampak mengejar Arga hingga ke simpang tiga menuju rumahnya, Arga mendengar ada yang meneriaki namanya, lalu menoleh dan melihat Dinda mengejarnya, karena takut Dinda akan mengetahui lokasi rumahnya, ia sengaja mengehentikan langkahnya dan lebih dulu mendekati Dinda.

"Ada apa si? Lu ga tau aksi ngebuntutin orang itu salah!" Ia melempar pertanyaan sinis.

"Ga ada halnya tukang buntuti orang, neriakin mangsanya, aneh Lo!"

"Yauda apa?" Males ngeladenin cewek yang ga pernah mau kalah.

"Gue kesini karna Jaya sahabat Lo ya! Kalau bukan mah, ogah! Jaya ikut tawuran dan katanya, dia dibawa ke bascamp anak STM, mau dihabisin, plis Ga, Jaya butuh bantuan Lo sekarang!"

Dahinya mengerut, siapa yang tak khawatir coba di situasi ini? Tak butuh lama, Arga langsung menuju basecamp anak STM itu, juga tak perlu menanyakan dimana lokasi basecamp nya, toh, Arga lebih paham akan hal ini.

Rencana Dinda berhasil, kini dua insan akan dipertemukan lagi oleh takdir, akankah mereka kembali bersatu atau rencana itu gagal? Karna ego mereka masing-masing?

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang