bab 64

518 67 1
                                    

seminggu kemudian.

Rafli sudah mempersiapkan kepindahannya ke Canada untuk menempuh pendidikan lagi disana, atau dengan kata lain mencari ketenangan di tempat yang baru, dengan orang yang baru tanpa meninggalkan masalah apapun disini.

semua sudah siap, mulai; apartemen, berkas-berkas, universitas mana yang akan ia tempuh untuk melanjutkan S2 nya, tinggal satu hal lagi—

"mas, halo, dimana?"

"dirumah, sama Layla, kenapa raf" jawab Adrian dari sebrang sana.

"aku uda siap, aku mau ketemuan sama mba Layla!"

"oke, kita tunggu!"

sebelumnya, masalah perceraian selesai, sudah ada persetujuan dari Layla, tapi Layla masih diselimuti oleh ribuan pertanyaan kenapa Rafli menceraikannya, kata Adrian, tak ada orang ketiga dalam masalah rumah tangga mereka, jadi siapa pemilik paper bag army itu?

dan hari ini, Layla mendapatkan kabar, bahwa Rafli sudah berani menemuinya, dan akan menjelaskan semuanya padanya, sekalian perpisahan.

Rafli sudah berada di depan rumah Layla—rumah yang dulu mereka tempati kini ia hibahkan kepada Layla, sebagai tanda minta maafnya, kini Rafli masih didalam mobil dengan nafas terengah, tubuh mengerjap, beribu ekspresi menghiasi pikirannya, mungkin saja Layla akan terkesiap sembari menghindar dari nya, atau menamparnya karna menyembunyikan masalah seberat ini, atau paling parah, Layla jijik dengan status sexual Rafli dan anaknya.

Rafli memicingkan matanya, menghilangkan grogi yang menjalar ditubuhnya, menarik nafasnya dalam-dalam, dan berusaha setenang mungkin, ia harus menerima apapun jawaban dari Layla, ia harus ikhlas.
.
.
.
.
.

"lu udah hampir setengah jam disini raf, dan lu ga ngomong sepatah katapun loh" kesal Adrian, adiknya terduduk diam dengan menunduk.

"kek orang tolol tau ga lu! ngomong raf!"
Layla, menyentuh bahu Adrian, untuk tidak mengatakan apapun lagi, dia masih bisa menunggu Rafli siap.

"gini aja deh, gue aja yang ngomong!" potong Adrian, kesabarannya pun ikut habis.

Rafli mendongak, ia menatap nanar Adrian, "ga ada yang nyuruh mas ikut campur masalah aku kan? mas ga ngerasain jadi aku, jadi mas bisa ngolok-ngolokin aku tolol, bodoh, idiot, mas ga di posisi aku!" hampir saja bola mata Rafli keluar karena melotot kearah Adrian.

Adrian bungkam, ia sadar salah, ia diam tak menjawab apapun lagi.
" I told u mas, aku beda! beda dari kalian,  kisah cinta kalian ga serumit aku" Rafli menoleh ke arah Layla,
"selamat mba, karna uda nemuin orang yang sayang sama mba, yang bisa balas perasaan mba, bisa bikin mba bahagia, maaf banget, orang itu bukan aku, lagi dan lagi karna aku beda"

"beda, maksudnya?"

"aku gay, aku ga bisa ada rasa sama mba, aku uda buka hati tapi tetap aja, aku malah nyakitin mba, itu alasan aku ga pernah mau tidur seranjang sama mba, dan 2 tahun ga pernah nyentuh mba sama sekali, padahal status kita suami istri, aku yang salah, aku jahat, aku bodoh, akuu disini yang jahat, akuuu—

Rafli tak mampu membendung lagi air matanya, "aku ga bisa bilang dari awal, karna mba tulus nikah sama aku, mungkin aku bisa berubah karena ketulusan mba, tapi nyatanya tetap ga bisa, dan aku terlalu pengecut untuk jujur ke mama sama papa kalau anaknya gay"

"jadi aku mohon sama mba, maafin aku!" sambungnya lagi.

Layla tertegun mendengar penuturan panjang dari Rafli, anak ini jarang sekali berbicara, sekali bicara semua keluar, dan mungkin inilah keluh kesahnya, Layla hargai kejujuran Rafli, ia perlahan mendekat dan memeluk Rafli.

"aku paham, aku maafin kamu, jangan bilang kamu jahat, kamu sama tertekannya kayak aku, kamu baik ga apa-apain aku, kamu juga hebat Uda mau jujur walau baru sama kami, aku ngerti karena anak aku juga sama kayak kamu, udah, sekarang, stop mikir yang aneh aneh, kamu harus fokus sama pendidikan kamu, mau lanjut S2 kan? kejar itu"

"mba serius maafin aku?"

"jangan sampe aku berubah pikiran lohh"

"jangan mba, makasih uda ngertiin aku"  Rafli membalas pelukan Layla, suasana tegang dan mencekam dirumah itu mulai mencair, masalah Rafli perlahan mulai berkurang.
.
.
.
"jadi pemilik paper bag army itu siapa? Arga?" tanya Layla setelah Rafli menceritakan hubungannya dengan Arga.

Rafli mengangguk.

"kamu masih ada rasa, sama Arga?" tanya Layla, "jujur lebih baik loh raf!"

Rafli mengangguk lagi, "tapi dia Uda bahagia sama Damar"

"itu tujuan kita sekarang!" tandas Layla," kamu masih ada seminggu lagi kan?"

"ha? iya mba, tapi tujuan maksudnya?" Rafli heran.

" kita harus pastikan Arga bahagia apa engga sama Damar, hanya itu"

"baik"

padahal itu hanya alibi Layla dan Adrian, agar Rafli melihat dengan kepala matanya sendiri bahwa Arga dalam bahaya, selagi dia masih berada di dekapan damar, dan mungkin saja, Arga sudah memiliki banyak lebam ditubuhnya sekarang...

mereka harus cepat bertindak, sebelum sesuatu yang tidak-tidak terjadi pad Arga.




STEP FATHERWhere stories live. Discover now