Bab 65

551 61 4
                                    

Ting!

jalan merpati putih, disitu apartemen baru Arga, kayaknya kita harus datang kesana deh, tapi lu duluan nanti gue Ama layla nyusul.

selesai membaca pesan dari Adrian, Rafli segera menuju tempat itu, ia juga membawa buku sejarah lagi tak lupa dark coklat kesukaan Arga, entah alasan apa, tapi ingin sekali Rafli memperbaiki hubungannya dengan Arga, masalah utama yang dulu mengganggu mereka, kini telah usai, mereka bisa bersatu lagi.

tapi, sukar, apalagi ketika Arga sudah menjadi milik orang lain.

sampai disana, Rafli tak langsung menemui Arga, ia harus menunggu kedatangan Layla dan Adrian, namun mereka tak kunjung tiba, Uda hampir satu jam lebih Rafli berada di parkiran, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri lebih dulu.

keamanan apartemen ini lebih ketat dibanding sebelumnya, didepan apartemen itu saja dijaga oleh tiga orang,

"saya mau bertemu Damar sama Arga" ucap Rafli.

"baik sebentar, kita hubungi pak damar dulu" selagi menunggu, Rafli melihat dari jauh kedatang Layla dan Adrian yang melangkah menghampirinya.
"sama siapa lagi, mas?" tanya bodyguard itu.

"Rafli, Adrian, dan Layla"

"baik, kata pak damar, kalau mau nanti malam saja, sekalian makan malam, untuk sekarang pak damar masih dikantor"

"arganya?" potong Layla.

"saya tidak tau"

"saya ibunya! biarkan saya masuk untuk bertemu dengan anak saya!"

"maaf Bu, kita tidak bisa mengijinkan ibu masuk!"

dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, sepanjang jalan pulang, Layla merutuki damar, ia bersumpah serapah,

"sabar sayang, kamu tau kita ga akan sanggup hadapi Damar berdua, kamu tau itu kan? yang musti kita pikirkan lebih utama itu cara menyadarkan Rafli kalau damar itu ga cocok buat Arga"

"kamu benar mas"

sedangkan Rafli,

kenapa mereka ngebet buat aku pastiin Arga bahagia apa tidak? sedangkan sebelumnya aku uda tau Arga bahagia apa tidak, dia sehat, badannya berisi, dia selalu tersenyum, itu bentuk Arga bahagia, kenapa aku harus mengganggunya lagi?

jujur, Rafli merindukannya, kalau sudah seperti ini, Rafli akan melipir ketempat yang biasanya ia datangi bersama Arga, danau.

sudah habis beberapa kerikil ditangan Rafli, setiap kerikil yang terlempar, ada nama Arga yang ia harap ikut tenggelam bersama batu itu, agar ia mampu melupakan Arga seutuhnya, sepertinya dibalik pohon beringin besar itu ada seseorang yang ikut melempar batu, Rafli tak cukup penasaran, ia memilih diam sampai bahu seseorang itu mengingatkan dirinya akan bahu milik Arga.

dan benar saja, saat bahu itu berbalik, Rafli bisa mengenali bentuk wajahnya, sedikit lebih berisi tapi tak butuh tebakan lagi, kalau itu emang lah Arga, Rafli ternganga tak percaya, dan langsung menghampiri Arga.

"Arga!" panggil Rafli.

Arga menoleh, matanya langsung melirik beberapa penjaga yang mengawasi nya, "kamu ngapain disini?"

"aku kangen kamu! kamu bahagia sama damar?"

Arga meneguk kasar salivanya, "kita uda ga ada apa apa lagi, kamu ga berhak kangen, dan asal kamu tau, aku bahagiaaa banget sama mas Damar"

"tapi izinin aku buat ngomong lagi sama kamu, pls, aku mau kita kelarin masalah kita, aku janji abis itu aku ga akan ganggu kamu lagi, aku mau pergi ke canada"

"apa sih, yang mau kamu bahas lagi mas?"

"ga disini, aku mau kita ketemuan tapi ga disini"

"catat nomor aku" titah Arga, sembari melirik aman ke arah penjaga.

*****

"mas, kenapa kita pindah lagi?"

Damar tak menggubris Arga, ia terlalu sibuk dengan ponselnya, dan hal itu membuat Arga kesal,
"aku ada janji sama temen aku nanti malam, aku mau izin pergi" Arga juga terlihat acuh, ia melenggang pergi tanpa memikirkan tanggapan Damar.

tapi ternyata, Damar bangkit dan menjambak rambut Arga, "sama siapa?"

"kamu ga harus tau kan?"

"SAMA SIAPA?"

"lepas mas sakit" rintih Arga karena jambakan Damar semakin kuat, bahkan lebih kuat lagi hingga membuat Arga jatuh kebelakang.

"seorang anjing' tau menghargai majikannya!" ucap Damar sembari berlalu,

"tapi aku bukan anjing, aku itu pacar mu mas!".
Damar acuh membiarkan Arga meracau karna sikapnya.

penjagaan semakin ketat, namun, Arga tak kuasa menahan perasaannya lagi, ia ingin sekali bertemu dengan Rafli, ia ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganggunya, ide Arga pun muncul, ia memasukkan serbuk obat tidur di minuman para penjaga, dan alhasil, dia berhasil keluar.

Arga lupa, bahwa didalam jam tangannya terdapat sebuah alat pelacak, kemanapun Arga pergi, Damar bisa melihatnya, sejauh kemana kakinya melangkah, ia akan pulang ketangan Damar.

Damar tersenyum penuh licik, membiarkan kelinci itu kabur untuk sementara waktu, membiarkan ia memenuhi hasratnya, berjumpa dengan sang kekasih lama, setelah itu, Damar akan menjamin Arga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Layla dulu.

"Dejavu bukan?" Damar tersenyum sinis.




STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang