bab 26

1.7K 121 3
                                    

berita buruk

..

Wangi mint begitu menyengat, hingga perlahan membuka kelopak matanya dan takjub, ketika takdir langsung menyuguhkan pemandangan indah di hadapannya, wajah seseorang yang tengah tertidur pulas, dan masih memeluknya erat.

Arga sedikit menggerakkan tubuhnya, namun sepertinya, sang kekasih tak ingin melepasnya, bahkan, makin erat, dan tiba-tiba saja mengecup cepat dahi Arga.

Arga terkesiap, lantas memundurkan kepalanya, alisnya terangkat sebelah, mengira mas Rafli masih tertidur pulas, ternyata sudah lebih dulu bangun darinya.

"Kayak pengantin baru aja" celetuk Arga.

Mas Rafli terkekeh, "emang pengantin baru, tapi belum lepas segel!"

Arga menyenggol bahu mas Rafli, "nanti, tunggu aku siap"

Mas Rafli mengangguk, lalu menatap lekat Arga, remaja itu membalas tatapannya, wajah mereka semakin dekat dengan bergantian Arga yang mengecup mesra bibir mas Rafli, tak kaget seperti dirinya, mas Rafli malah membalas ciuman Arga, tapi Arga, malah menarik mundur wajahnya, katanya,
"Mas, aku belum gosok gigi, malu"

"Alah, kayak sama siapa aja!"

"Mas, kita sarapan apa?" Tanya Arga.

"Maunya sarapan kamu" kembali menciumi leher Arga.

"Mesum banget ihh"
tawa mereka renyah.

Ini weekend pertama Arga sekaligus bersama pacar pertamanya, iya beneran!

Selama 16 tahun hidup, belom pernah sekalipun Arga merasa dicintai atau mencintai, tak ada satupun orang yang menyita perhatiannya, tak ada yang sanggup menolehkan wajahnya, ia terlalu fokus pada kesendiriannya tanpa sadar si anak kesepian pun butuh perhatian.

Pada akhirnya, Tuhan maha adil, mengizinkannya untuk mencicipi rasa cinta itu sekarang, bersama orang yang tepat.

Layaknya sepasang pengantin baru, kemanapun Arga melangkah akan ada mas Rafli yang mengikutinya,

"Kamu mau masak apa si?" Tanya heran mas Rafli, ketika melihat Arga mengiris beberapa macam sayuran.

"Mau masak apa yang aku bisa lah, jangan komplain ya, yang penting aku mau berusaha buat mas senang!"

Mas Rafli menarik sudut bibirnya, bahagia sekali jika bisa tinggal bersama orang yang kita cinta, lantas, memeluk pinggul Arga, sambil menenggelamkan wajahnya di bahu kekasihnya itu.
"Mas beruntung banget punya kamu"

"Apalagi aku mas" balasnya, sambil memasukkan cabai giling ke wajan, asap mengepul, dua sejoli ini sampai mundur kebelakang hingga terbatuk-batuk.

Mereka saling lihat-lihatan, lalu serempak tertawa, tawa mereka sahut-sahutan, Arga kemudian memasukkan beberapa liter air ke wajah, selang beberapa menit kecap dan berbagai macam rempah-rempah.

"mau masak semur ya?" tebak mas Rafli.

Arga mengangguk, masih fokus mengaduk kuah semur itu agar merata, dan lalu tangannya lihai mengecilkan api kompor, kata Arga, "tunggu 5 menit, selesai!"

terlihat Arga menepuk-nepuk kedua tangannya, tanda kegiatan memasaknya selesai, mas Rafli sontak membalikkan badan Arga, menghadapnya.

Arga termangu, deru nafas mas Rafli terdengar begitu kuat sampai terasa ke mulutnya, lalu kedua tangan mas Rafli bergeser cepat kearah bokong Arga, menggerayangi tumpuan tubuh bagian atas itu.

sesekali menepuknya gemas, atau meremasnya.

bohong jika Arga tak terpancing, ia sudah merasakan tegangan kuat di bagian bawahnya, selain milik mas Rafli yang mengeras ternyata kepunyaannya pun ikut mengeras.

"Sekarang uda siap ga?" tanya mas Rafli dengan wajah menggoda.

Arga ragu ragu menjawab, tapi kalau hasratnya tidak tersalurkan, maka, hanya akan ada sesal yang teramat dalam, sungguh, hasrat yang tak tersalurkan itu menimbulkan dampak negatif.

"gimana sayang?" mas Rafli bertanya lagi, Arga secepatnya mengangguk, lalu mencium bibir mas Rafli, kemudian menggigit bibir bawah mas Rafli.

mereka cukup lama berpagut lidah, hingga gesekan membuat tegangan di bagian bawah semakin meningkat, ingin sekali rasanya menembus dubur milik Arga, tapi, batas waktu semur itu sudah lebih dari dua menit hingga Arga menghentikan keintiman mereka.

takut semur itu gosong.

"mas, lanjut kapan-kapan lagi ya, aku dah lapar jadi ga fokus!"

"kok gitu?" ia masih merasakan deru nafas mas Rafli.

"lapar, emangnya mas ga lapar?"

mas Rafli melirik semur itu, ia menyapu bibir atasnya, sepertinya enak, mereka memilih makan siang dari pada melanjutkan adegan intim tadi.

disela-sela mereka makan, mas Rafli mengatakan hal yang belum sempat ia katakan semalam,
"Mas punya dua berita buruk, kamu mau dengar yang mana dulu?"

Arga menggerutu kesal, yang namanya berita buruk akan lebih jika tak didengar, " ga dua-duanya mas!"

mas Rafli terkekeh, "Senin besok, sidang kedua kamu!"

"besok?"

"iya seminggu sebelum ujian nasional, pak Bandi ambis mau keluarin kamu dari sekolah kalau ga bikin kamu ga lulus"

Arga mulai mengeram tangannya, emosinya ikut memuncak, ia tak habis pikir melihat seorang guru yang jauh dari etika seorang guru.

"doain saja, kita bisa memenangkan sidang itu, kamu cukup fokus untuk ujian nasional, hanya itu!"

Arga mengangguk paham, "berita buruk kedua?"

"saya harus usahain kamu lulus, kamu juga harus niat, karna kalau kamu ga lulus saya ga akan bisa bantu kamu disana"

"kenapa?"

"saya cuman setahun ngajar di sekolah, saya mau nempuh s2 di Canada, makanya saya harap kamu serius ujiannya biar kam-"

"mas mau ninggalin saya?" bibir Arga bergetar mengucapnya.

"bukan gitu, ta-

Arga tersenyum simpul, ia menyembunyikan sakitnya, tangisnya, ia tak mau menghalangi seseorang yang ingin mengejar mimpinya, demi masa depan ia rela melepas mas Rafli.

baru saja bahagia, sekarang di lempar ke jurang lagi

mas Rafli menyentuh tangan Arga, mengusap lembut punggung tangan itu, lalu mengecupnya, "jangan khawatir, saya akan pegang teguh cinta kita"

Arga mengangguk paham, baginya, berita buruk kedua lebih menyiksa dibanding berita sidangnya besok, ia rela melepas tapi apa ia sanggup menahan rindu dengan segitu lamanya, kekasihnya itu tak sebentar di sana.

lelehan bening ingin sekali tumpah, ia tak sanggup membayangkan sebesar apa rindunya nanti, tapi, sebisa mungkin Arga tak membiarkan air itu jatuh, apalagi dihadapan mas Rafli.

"saya sayang sama kamu"

"saya ju-juga ma-mas" kalimat nya terbata.

"kalau sudah selesai makan, saya bisa antar kamu pulang? kamu juga harus mempersiapkan diri kamu besok!"

lagi-lagi ia mengangguk paham, hidup ini benar-benar bagaikan roller coaster, yang susah ditebak, bagaimana alurnya setelah masa duka, apa bahagia? atau duka yang berpanjangan?





STEP FATHERWhere stories live. Discover now