Hellowinn 9

15.5K 2.8K 1.3K
                                    

Hi, makasih banyak buat yang masih setia nunggu! Anw, jangan lupa spam komentar dan vote ya!

Hellowinn 9
__________________

Cigarette Lighter

"Ga, nanti kumpul," peringat Licia saat melewati Gardian dan Winnie di lorong kantin, dia menatap sinis pada Winnie sebelum lanjut melangkah lebih dulu.

Gardian tidak menjawab, tidak memberi reaksi apa pun dan tetap menatap lurus ke depan. Winnie bahkan ragu apakah cowok itu mendengarkan. Diam-diam Winnie penasaran 'kumpul' dalam konteks apa yang dimaksud Licia? Apakah ini hanya semacam perkumpulan remaja di suatu kafe mewah? Atau perkumpulan seksual?

Ah, tapi urusan Gardian bukan urusan Winnie. Untuk apa dia peduli.

"Lo." Gardian menunduk pada Winnie yang refleks mendongak padanya. "Ikut," sambung Gardian pendek. Winnie menggeleng singkat dengan tegas. "Itu bukan pertanyaan," kata Gardian lagi, yang artinya dia tidak menerima sebuah; tidak; nggak; gak; enggak; no; naur; nope sekalipun. Jadi, Winnie, harus, ikut.

Tidak mungkin. Winnie tidak akan ikut berkumpul dengan manusia-manusia yang tidak seperti dirinya. Jadi Winnie ingin jadi pemberontak kecil yang keras kepala, tapi bos-nya Gardian di sini. Hingga akhirnya sia-sia. Karena ketika Winnie baru membuka mulut untuk berkata, Gardian sudah menarik dagunya dan cowok itu menunduk. Winnie terkejut, apa lagi mereka masih di dalam gedung sekolah menuju lantai dasar. Yang artinya banyak murid menjadi saksi bagaimana geramnya Gardian yang mencium Winnie supaya Winnie diam.

Gardian sengaja menggigit bibir Winnie supaya cewek itu mengerang ke dalam mulutnya. Kemudian Gardian menjauh, berdiri tegap lagi dengan tenang memperhatikan telinga Winnie yang membara sampai pipi. Saatnya Gardian untuk terkekeh geli seperti biasa, lalu menepuk-nepuk kepala Winnie sampai wajah cewek itu semakin merah antara kesal dan malu.

Sekarang Gardian meraih tangan Winnie untuk digenggam pelan, tanpa menunggu protes lagi dia segera mengajak cewek itu untuk meneruskan langkah kepada motor Gardian yang terparkir di luar gerbang. Tapi Winnie mendadak berhenti melangkah, hal yang menjadikan Gardian spontan berhenti juga, dan melihat ke belakang.

Hal yang membuat bibir Gardian berkedut saat itu adalah karena Winnie tidak berusaha melepaskan genggaman Gardian, meski cewek itu agak kesulitan mengambil ponsel di saku rok. Jadi Gardian yang melakukannya untuk Winnie tanpa berniat macam-macam. Gardian juga yang menjawab telepon, tidak peduli bahwa Winnie sudah melotot padanya. Ini hanya Rieka, Gardian tidak pernah takut.

"Kamu di mana? Archer udah di sini dari tadi, tapi kamu belum sampai rumah juga. Jangan berani macam-macam." Suara Mama Winnie terdengar penuh kekesalan di ujung sana.

"Berisik," kata Gardian singkat dengan nada seakan dia sangat terganggu, sebelum tanpa aba-aba mematikan sambungan dengan kurang ajar. Gardian menyakui ponsel Winnie seolah itu miliknya, masih sambil menatap Winnie lurus-lurus. "Lo nggak pulang," tuturnya kemudian, menyatakan.

“Kenapa?” Winnie bertanya karena Gardian pasti tidak menerima penolakan. Setidaknya Winnie butuh penjelasan kenapa dia tidak boleh pulang, walau sebenarnya dia senang untuk tidak kembali ke rumah.

Gardian menatap Winnie dengan alis berkerut samar, kemudian tatapannya turun pada bibir Winnie sekilas. Dia menyerigai singkat, dan menjilat bibir sebelum menjawab, “Gue pengen macem-macem sama lo.”

Winnie sempat memberi tatapan buruk pada Gardian, tapi tidak sempat lari dari cowok itu. Karena pada detik Winnie ingin pergi, Gardian juga bergerak lebih cepat menarik Winnie dalam gendongan, lalu membuatnya duduk di motor. Winnie harap Gardian tidak sungguhan memaksanya ikut ke perkumpulan aneh bersama teman-teman cowok itu.

HellowinnWhere stories live. Discover now