Hellowinn 25

10.1K 1.6K 1.1K
                                    

Hellowinn 25
________________

Flirtionship

Dengan terlelapnya Winnie malam itu, Gardian berusaha bangkit dari ranjang pelan-pelan sekali agar Winnie tidak bangun. Tapi entah karena Winnie hanya pura-pura tidur, atau memang sangat sensitif sekarang, cewek itu membuka mata kala Gardian belum sungguhan berhasil berdiri. Gardian duduk lagi, refleks mengusap rambut Winnie, dan berkata, "Ambil air hangat sebentar, ya."

Setelah itu Gardian baru sungguhan pergi ke dapur untuk mencari wadah bersih dan beberapa kain waslap baru. Dia mengisi wadah berukuran sedang itu dengan air hangat saat kembali, kini membantu Winnie duduk di tepi ranjang. Sebelum melanjutkan, Gardian mengikat rambut Winnie lebih dulu, lantas mengambil piyama supaya cewek itu bisa berganti nanti.

Di sanalah Gardian memulai, duduk pada kursi menghadap Winnie. Memulai dengan membersihkan lengan Winnie lebih dulu, menggunakan waslap halus yang sudah direndam air hangat. Begitu hati-hati terutama pada bekas jarum infus di lengan dan punggung tangan Winnie. Ah, akhirnya cewek itu sudah sedikit bertenaga dan tidak perlu lagi ke sana kemari dengan tiang infus mengikutinya.

Winnie menyentuh tindik di alis Gardian saat cowok itu membersihkan leher sampai sedikit bagian dadanya, dan Gardian hanya tersenyum kecil. Yang di bibir Gardian juga tampak baru, masih di tempat yang sama, tapi pasti diganti karena sudah pernah dilepas kala cowok itu memerlukan bilas lambung.

"Why? What is it?" tanya Gardian rendah.

"Did it hurt a lot?" Winnie ujungnya juga bertanya. Gardian menggeleng sebagai jawaban. Yah, tentu saja sakit ditindik bukan apa-apa untuk Gardian. "I want it, too."

"Which one?" Pada pertanyaan Gardian kali ini, Winnie tiba-tiba memerah, dan sudah membuka mulut, tapi tidak jadi bicara. Gardian mendengkus geli. "Bukan itu maksudnya. Mau kayak yang di alis, atau di bibir?"

Tapi Winnie tidak pernah menjawab lagi bahkan sampai Gardian selesai membersihkan kaki kiri cewek itu. Mungkin Winnie telanjur malu.

Malam terlewati begitu singkat rasanya, sepanjang waktu itu pula Gardian melihat Winnie tidur, sambil duduk menekuk lutut di lantai yang berlapis karpet. Sebenarnya sangat mengantuk, tapi tidak bisa tidur entah untuk alasan apa lagi kali ini.

Harusnya Winnie tidak perlu masuk sekolah, tapi cewek itu kelewat menggebu-gebu, dan Gardian tidak ingin memaksa. "Sekolahnya aja yang gue pindahin ke sini," tutur Gardian pada Winnie yang keras kepala. Dan cewek itu tetap merengut padanya, jadi tentu Gardian mengalah.

Untung saja mereka satu kelas di siang hari, dan Gardian tidak hadir di sekolah untuk kelas paginya. Dia tidak bilang pada Winnie, cewek itu pasti akan marah kalau tahu.

Ada hal-hal yang membuat Winnie merasa tidak nyaman, janggal, tidak biasanya Gardian hanya diam saat mereka dihadang Archer. Akhirnya cowok itu bisa melihat Winnie lagi setelah disingkirkan oleh Radhan beberapa waktu lalu. Archer membawa bunga mawar yang jelas saja barusan dipetik dari taman sekolah.

Namun, Winnie tahu Gardian tidak ingin Winnie memilih manusia gila seperti Archer. Lantas mengapa kali ini diam? Tidak ada kalimat sok berkuasa seperti dulu, ketika Gardian bersikeras ingin merebut Winnie.

Setelah bosan mendengar omong-kosong Archer, Gardian menyingkirkan cowok itu dari jalannya, dan mengajak Winnie ke kelas karena mereka mulai membuang-buang waktu. Winnie tahu Gardian kesal setengah mati, cowok itu menahannya, terbukti melihat urat-urat leher dan tangan Gardian yang menonjol lebih banyak, tapi genggaman cowok itu tidak terasa sakit sama sekali.

Kemarahan Gardian sepertinya tampak di wajah cowok itu juga, karena salah seorang di kursi belakang langsung menyingkir begitu melihat Gardian ke arahnya. Sisa orang di kursi panjang itu sudah bergeser ngeri sendiri. Barulah Gardian duduk, lantas mengarahkan Winnie untuk duduk di pangkuannya saja.

HellowinnWhere stories live. Discover now