Hellowinn 19

11.5K 1.9K 1K
                                    

Di part ini ada hal-hal yang sangat nggak perlu kalian contoh ya. Jadi bijaklah dalam membaca, sisi gelap cerita ini cukup jadi aksesoris aja.

Hellowinn 19
__________________

Year of Goodbyes

Terlalu gerimis untuk sebuah senja.

Winnie bisa lihat setiap memori mereka di seluruh sudut rumah. Suara tawa yang terdengar seakan mereka sedang mengulang semua kenangan, di saat sebenarnya waktu mereka sudah habis.

Ketika seseorang menghampiri Winnie yang sedang duduk memeluk lutut pada kusen jendela, cewek itu menoleh, dan kontan menyandarkan tubuh ke dada Gardian. Seakan membagi semua beban yang memberatkan bahunya.

Winnie hanya punya Gardian sekarang, dan itu akan menakutinya setiap hari mulai saat ini. Takut jika sewaktu-waktu Gardian juga pergi, tapi Winnie harap semesta tidak akan mencampuri kehidupan mereka.

Dan rasanya masih tidak nyata. Orang yang selama ini menggantikan posisi seorang ibu untuk Winnie, kini sudah tak lagi dapat dipeluk raganya. Sudah menjadi abu yang Winnie larungkan di lautan sana.

"It's just the two of us now," bisik Winnie dengan suara bergetar. Selain masih merasakan hantaman kesedihan, Winnie juga ketakutan bahwa Gardian akan hilang. "Please don't leave me like everyone else."

Dan karena sekarang, Gardian adalah rumah Winnie. Lalu akan ke mana Winnie jika Gardian juga pergi?

Kenangan tentang Gardian seperti ekstasi. Satu-satunya hal yang jadi alasan Winnie untuk tetap bahagia. Winnie tidak peduli lagi siapa yang akan meninggalkannya, asal bukan Gardian. Biarkan mereka tetap di sini, bahkan jika matahari tidak punya alasan untuk mengitari bumi lagi.

Sampai dunia dan seluruh isinya hancur pun, Winnie ingin tetap bersama Gardian, di mana saja mereka berakhir nanti. Segelap apa pun jalan yang mereka bagi.

Gardian menunduk, berusaha melihat langsung ke mata Winnie dengan gerak-gerik seakan cowok itu ingin mengintip seseorang. Winnie sempat melihat cowok itu sebelum menarik t-shirt Gardian untuk menutupi wajahnya, seolah ini pertama kalinya Gardian melihat Winnie menangis.

Suara kekehan geli Gardian satu-satunya yang mampu menjalarkan hangat dari hati ke seluruh dada Winnie yang hampir beku oleh kesedihan. "Jangan ketawa!" kata Winnie sambil memukul dada Gardian, dan suara tangisnya mulai terdengar.

Gardian mengusap-usap belakang kepala Winnie. "Lima menit, ya," ucapnya. "Habis itu gak boleh nangis lagi, nanti gue gigit."

Tanpa sadar pipi Winnie masih sempat merona, walau dia sedang mengeluarkan air mata yang ditahan-tahan. Namun, jauh di dalam hati Winnie sudah merelakan Nanny, beliau tidak perlu merasakan sakit lagi.

Winnie yang di depan Gardian sekarang sedang bersandiwara. Winnie ingin menunjukkan betapa hancur dirinya, supaya Gardian tidak pergi ke mana-mana. Supaya Gardian dapat gambaran bagaimana hancurnya Winnie kalau nanti cowok itu tiba-tiba meninggalkannya.

"Waktunya habis." Gardian memegangi perpotongan ketiak Winnie, menurunkan cewek itu dari jendela dengan senyum kecil. "Gue udah masak, ayo makan sebelum ketahuan Juju."

Kemarin Gardian membawa kucing hitam berumur sekitar tiga bulan, dan menurut Winnie, Juju lebih mirip ulat bulu karena kaki-kaki kucing itu pendek dengan badan gemuk. Wajah Juju selalu mengingatkan Winnie pada Gardian, sebab warna mata mereka sama.

HellowinnМесто, где живут истории. Откройте их для себя