Crazy Mission : Bom Masalah

1.5K 240 15
                                    


Disini Rose sekarang.


Diruangan serba putih. Kamar rawat milik sang Ibu tercintanya.

Rose tersenyum tipis, lalu mengganti Bunga layu yang ada di nakas, dengan bunga yang baru dan tentunya masih segar.

Setelah selesai mengganti bunga, Rose berjalan mendekat ke arah ranjang sang Ibu. Ia tarik sebuah bangku yang ada di sana.

Digenggamnya tangan yang sudah menunjukkan urat urat, serta keriput. Menandakan bahwa sang Ibu sudah berumur tua.

"Bundaa." Panggil Rose manja. Dia genggam telapak tangan Ibunya, terus dia cium cium.

"Bunda bunda. Bunda tau gak? Kemarin Rose ngejalanin misi sengklek tau."

"Bunda mau tau gak misi sengklek nya apa? Misi nya tuh gak ngotak banget tau Bun."

"Masa iya! Rose harus ngancurin pernikahan orang."

"Tapi Bun, yang lebih sengkleknya lagi! Rose mau aja lagi nerima misi sengklek itu."

Rose memajukan bibirnya, terlihat imut. "Ya abis, uang pesangon Rose dicopet Bun. Gak beradab emang kang copetnya. Udah tau uang pesangon nya buat bayar kontrakan, sama perawatan Bunda. Eh si anying dia malah nyopet pesangon Rose coba!"

"Rose masih gak terima intinya!  Gak ada adab tu pencopet. Eh gak ding, yang lebih gak adab itu koruptor udah tau duit buat rakyat, masih aja di embat. Asu memang." Funfact Rose ini salah satu pengkritik isu isu terkait pemerintahan loh.

Pokoknya Rose tuh ngikutin bener-bener isu-isu atau masalah terkait pemerintahan.

Rose lebih di tim pengkritik.

Oke, balik lagi ke Rose yang sekarang lagi senyum manis ke arah Bundanya yang masih setia nutup mata hampir satu tahun yang lalu.

"Bundaa."

"Bunda gak cape apa tidur terus?" Suara Rose mulai bergetar, otaknya tanpa sengaja' memutar kilas balik, kebersamaan nya dengan sang Bunda tercinta.

Hanya mereka berdua. Tanpa sosok ayah.

Karna bagi Rose, Ayah nya adalah definisi pria brengsek.

"Bun." Tangan Rose bergerak untuk mengusap kening Bundanya.

"J-jangan nyerah ya?" Satu tetes air mata menjebol pertahanan yang Rose buat

"Jangan tinggalin Rose."

Rose membawa dirinya untuk memeluk tubuh sang Bunda yang terbaring di ranjang. Lalu setelah nya ia kecup punggung tangan sang Bunda yang sedari tadi ia genggam.

"Rose takut sendirian Bunda."

"B-bunda bangun yuk? Rose k-kangen Bunda."

"Tunggu sebentar lagi ya Bun? Rose bakal cari pendonor yang mau ngdonorin jantung nya buat Bunda."

"Sebentar lagi Bunda. Bunda janji ya sama Rose?"

"Kalo Bunda gak bakal nyerah. Oke?"

Rose harus menelan pil pahit nya. Seberapa panjang ia berbicara Bundanya pasti tetap tak akan merespon semua perkataan nya.

Rose tahu itu.

Tapi hanya ini, yang menjadi obat rindu Rose, bila ia rindu dengan sang Bunda.

Ia akan bercerita tentang apa saja peristiwa yang telah ia alami, baik itu buruk ataupun bahagia.

Terus bercerita, hingga akhirnya ia menangis dan tertidur sembari menggenggam tangan sang Bunda.

•••

Jaehyun masuk ke kamarnya, pelan pelan. Gak mau ngusik Rose yang udah tidur nyaman disana.

Jaehyun ngehela nafasnya.

Dia jalan pelan ke ujung ranjang. Dia duduk disana. Ngeremes pelan rambutnya, sebelum helaan nafas penuh akan rasa prustasi keluar dari mulut Jaehyun.

Jaehyun tatap langit langit dinding kamarnya.

Masalah emang selalu dateng tanpa di undang.

Bikin pening pala orang aja ya, ck ck ck masalah masalah. Masalah banget hidupnya.

Setelah puas  tatap langit-langit dinding. Jaehyun ngeluarin handphone Apple nya.

Belum ada jawaban dari pesan yang udah ngebuat Jaehyun kalang kabut malam ini.

Jaehyun takut.

Takut, kalau dia beneran ngehamilin orang itu.

Akhirnya Jaehyun nyerah.

Dia sekarang udah ngerebahin badannya di samping, badan Rose yang tidur munggungin dia.

Jaehyun hirup nafasnya dalam dalam, terus dia mulai nutup kelopak matanya.

"Selamat malam."

"Tuhan, terimakasih untuk hari ini."

•••

Pagi sudah menyapa Bumi.

Di apartemen, ada sedikit keributan antara Jaehyun sama Rose.

Mereka terlibat cekcok.

Jaehyun yang ngelarang Rose buat pergi, dan Rose yang tetep keukeuh pengen pergi.

Jaehyun narik tangan Rose, sampe Rose mundur ke belakang. Terus Jaehyun ngelangkah ngedeket pintu.

Dia berdiri disana. Ngehalau Rose supaya gak pergi.

"Minggir."

"Gak."

"Saya bilang minggir Mas!"

"Tapi saya gak mau Rose!" Kata Jaehyun yang kepalang prustasi.

Rose ngedecak kesel. "Saya mau pergi."

"Pergi kemana?"

"Jual diri."

Damn.

Rasa bersalah langsung ngejalar ke relung hati Jaehyun. "Rose. Saya minta maaf."

"Semalam saya lepas kendali." Jaehyun nundukin kepalanya, ucapannya perlahan memelan di setiap katanya.

"Gak peduli. Mas mending minggir deh! Saya mau pergi!" Rose udah ngedorong dorong badan Jaehyun, supaya gak ngehalangin pintu keluar apartement.

Walaupun badannya udah kena gebuk puluhan kali, badan Jaehyun tetep ngehalangin pintu keluar. Ngebuat Rose ngedecak kesel.

"Mas!"

"Minggir! Saya mau ketemu orang Mas!" Emosi Rose. Jaehyun malah megang tangannya sambil gelengin kepalanya.

"Jangan pergi. Saya,"

"Saya butuh kamu."

"Saya,"

"Saya bingung Rose." Kata Jaehyun pelan.

"Saya takut." Jaehyun natap Rose tepat di manik matanya.

"Sewaktu-waktu, bom itu bakal meledak Rose."

Rose nampilin raut wajah bingung. "Bom apa  si Mas?" Rose gak ngerti.

"Mas mau jadi teroris ya?!"

Jaehyun ngeggelengin kepalanya, dia semakin erat megang tangan Rose. "Bukan."

"Bom masalah."

"Maksudnya?" Rose bener bener gak ngerti sama omongan Jaehyun.

Otaknya gak nyampe, apa maksud Jaehyun tentang Bom itu.




TBC

 ❝Crazy Mission❞Where stories live. Discover now