Chapter 72 ♗

472 79 12
                                    

Sang calon raja di ruangannya melepas penat dan segala tekanan di ruangan sebelumnya dengan mengeluarkan geraman juga erangan nyaring tanpa sedikitpun menahan diri. Tidak perlu khawatir akan ada orang lain yang mendengarnya karena ruangannya merupakan ruangan yang kedap suara. Kedua orang yang turut di ruangan itu pun tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak boleh dilakukan.

Yang ada di dekatnya di sana adalah Kalim dan Uvan. Dua-duanya mempunyai isi pikiran yang sama.

Gerak-gerik Kalim menunjukkan dia memiliki kecemasan. Air wajah khawatir membuatnya hampir tampak pucat.

Dia dengan hati-hati memanggil. "Yang Mulia," dia memaksakan dirinya bertanya meskipun lidahnya kelu, "yang tadi itu, trik membuat jaminan dengan nyawa itu ... apakah itu sungguhan?"

Frey dengan muka cemberut menjawab. "Iya."

Kalim kebingungan. "Bagaimana? Siapa ahli perjanjian itu? Yang Mulia tau?"

"Aku tau." Frey menghela napas. "Memang seperti tidak masuk akal tapi aku sudah diberitahu trik seperti itu sungguhan ada. Aku akan memanfaatkannya."

Uvan menggigit giginya sendiri. "Saya tidak bisa membiarkan itu. Saya akan menjadi pemberi jaminan sebagai gantinya."

"Yah... jika anak itu tidak keberatan aku menggunakan orang lain maka tidak masalah," Frey mengedikkan bahu. "Tapi kau berpikir begitu? Integritasku akan dipertanyakan. Bukankah itu justru tambah buruk?"

Wajah Uvan kelam. "Anda Raja Hayden. Anda tidak bisa mempertaruhkan nyawa Anda. Nasib puluhan juta orang bergantung pada itu."

"Selama aku memegang janjiku maka tidak ada yang perlu ditakutkan," Frey sudah teguh dengan keputusannya.

Valias pun menggunakan metode ini. Remaja itu tidak ragu-ragu, jadi Frey juga tidak akan membiarkan keraguan menghampirinya. Ini jalan yang dia ambil dia akan melalui rintangan apapun yang menghadangnya. Menerobos jika perlu.

Di paviliun kaca istana Valias sedang duduk di bangku taman. Air hangat menjadi satu-satunya yang tersaji di atas meja. Itu permintaan Valias. Dia tersadar dirinya sudah terlalu banyak mengonsumsi gula.

Yang ada di depannya adalah Azna. Akhirnya janji yang dibuat Azna pada Valias terlaksana, namun yang tidak disangkanya adalah pertemuan di paviliun kaca ini tidak akan diisi oleh topik yang menyenangkan.

Valias melihat Azna yang duduk dengan kepala menunduk. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Bisa jadi dia sedang berpikir bagaimana sebaiknya dia bicara padanya. "Tuan Putri." Valias mencoba untuk menjadi yang pertama memanggil lawan bicaranya. Menunjukkan sikap dari seseorang yang siap untuk mendengarkan apapun yang hendak dikatakan orang di depannya, Azna.

Perlahan Azna mulai mengangkat kepalanya. Dia memandang Valias.

"Tuan Muda Valias," dia berkata dengan suara nyaris merintih. "Maaf ini bukan jamuan minum teh yang kujanjikan."

Valias memberikan senyum sederhana. "Bukan masalah, Tuan Putri. Jika ada yang sedang mengganggu Anda saya siap mendengarkan. Saya akan membantu dengan batasan kemampuan saya."

Azna bertanya dengan kesulitan. "Kau, kulihat kau bertambah dekat dengan kakak sulungku. Benar begitu?"

Valias bertanya-tanya bagaimana sebaiknya dia merespons. "Kurang lebih begitu."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang