50. Perkelahian

225 25 0
                                    

Yeaayy, double up untuk hari ini😁.

•°•°•°•

Ara dan Revan kompak menoleh ke arah Karin, "Dimana?" Tanya Revan, bingung. Kenapa harus ditempat lain?

"Tempat yang jauh dari sini, tempat yang mungkin akan membuat kalian nyaman."

Lama termenung, suasana masih hening, Revan dan Ara belum benar-benar mencerna ucapan Karin, mereka benar-benar belum mengerti apa yang dimaksud dengan tempat jauh, dan tempat yang akan membuatnya nyaman?

"Dimana itu, Ma?" Revan kembali bertanya.

"Kalian akan menikah di Bali, tempat nenek Revan. Agar tidak ada yang mengacaukannya. Apa kalian mau?"

Revan mengangguk sebagai jawaban, lagipula ia juga butuh ketenangan untuk masa depannya nanti. Tak lama terbesit dipikiran sekelebat bayangan tentang masa depannya nanti, bagaimana hidupnya dan Ara berjalan seperti suami istri pada umumnya. Gambaran setelah anak mereka lahir, dan bagaimana manjanya Ara ketika merengek minta dibelikan ini itu saat ngidam nanti. Membayangkan saja membuat Revan tersenyum.

"Kamu tinggal disini aja dulu sementara, buat tenangin diri dulu, ya?" Revan menatap manik mata coklat wanita muda itu.

Ara mengangguk sebagai jawaban.

•°•°•°•

Sudah lebih dari dua Minggu Ara tidak masuk sekolah, hal ini tentu saja memunculkan beribu-ribu pertanyaan dikotak para warga sekolah. Belum lagi cekcok yang terjadi antar Azyla, Rendy, Zaiko dan Alzam. Benar-benar mustahil seorang Alzam bisa ikut adu mulut. Padahal sikapnya tergambarkan sangat dingin dan sedikit sulit berinteraksi dengan orang disekitarnya. Tapi entah kenapa kali ini Alzam tertarik untuk adu mulut. Mungkin karena itu menyangkut Ara. Oh iya, ngomong-ngomong laki-laki itu sedang mencoba mendapatkan Ara, tapi entah bagaimana hasilnya nanti, kita lihat kedepannya.

"Mungkin Ara capek, karena selalu diinjak-injak sama geng jametnya Airin, dijulidin sama gosip-gosip yang dibuat Viana," ujar Zaiko meyakinkan, bukan hanya Ara korbannya. Tapi sudah banyak. Apalagi tulisan yang disebarkan Viana itu kelewat pedas, dan perlakuan Airin juga kelewat sadis.

"Bener juga sih." Rendy mengiyakan, " Tapi gue nggak mau ambil kesimpulan sendiri, gue takut jatuhnya malah fitnah," ujarnya. Good job, boy!

"Fitnah apanya sih?! Lo nggak inget pedesnya kata-kata yang Viana rangkai cuma karena Ara disamperin sama omnya Revan? Itu jelas bukti men, Lo juga nggak inget pas Ara cerita kalau dia pernah kelahi sama Airin di deket toilet? Dan lo masih bilang ini cuma fitnah?!" Sekarang Alzam bersuara, ia sudah kehabisan kesabaran menghadapi sikap Rendy yang menurutnya terlalu menye-menye dalam menyikapi sebuah keadaan.

"Ya enggak, maksudnya ntar Ara ada alasan lain kenapa dia nggak masuk belakangan ini. Ara juga nggak pernah takut sama cibiran semua orang tentang. Sama Airin juga dia biasa aja, takut enggak." Kali ini Zaiko dan Azyla mengangguk. Kecuali Alzam, ia tetap ingin membuat kesimpulan bahwa Ara memang sudah lelah menghadapi Airin dan komplotannya itu.

"Yess, kali ini emang bener sama yang Rendy omongin, kesimpulan kamu tadi juga nggak masuk di akal. Lagian Ara itu kuat, nggak mungkin kan dia capek cuma gara-gara masalah Airin. Mungkin kali ini masalahnya benar-benar serius," kalimat yang barusan Azyla ucapkan, membuat Alzam sedikit goyah.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang