19

36.9K 3.3K 921
                                    

"Kamu......








.....siapa?"

Jaemin membelalakan matanya. Bagaimana bisa Jeno bertanya tentang siapa dirinya?

"Jen, aku istri kamu!" seru Jaemin.

"Istri?" ulang Jeno dengan alis yang menukik tajam. "Saya nggak punya istri, kamu nggak usah halu."

Kaki Jaemin melemas parah. Air matanya kembali mengalir. Mengapa Jeno lupa dengannya?

"Aku istri kamu, Jen. Na Jaemin." tapi Jaemin tak menyerah begitu saja. Ia yakin Jeno pasti bisa mengingatnya. "Aku bahkan lagi hamil anak kamu. Pegang ini!"

Jeno tersentak saat Jaemin menarik pelan tangannya dan mengarahkan ke perut cowo mungil itu yang memang terlihat membuncit seperti sedang mengandung.

"Kamu--AW!"Jeno memekik begitu rasa sakit yang teramat kembali menyerang kepalanya.

Jaemin dan Papa Donghae jelas panik. Lalu dengan cepat si lelaki paling tua yang ada di sana menekan tombol yang berada di samping ranjang untuk memanggil dokter.

Tak lama seorang dokter dan perawat pun datang untuk memeriksa Jeno. Sang dokter meminta Jaemin dan Papa Donghae untuk tunggu di luar terlebih dahulu.

Sesampainya di depan ruangan rawat Jaemin kembali menangis keras. Papa Donghae peka. Langsung saja ia menarik menantu kesayangannya itu ke dalam dekapan sembari sesekali melontarkan kata-kata penenang untuk Jaemin.

"Jeno lupa sama Nana, Pa. Jeno lupa kalo Nana istrinya Jeno. Hiks, Nana harus apa?" Jaemin meremat kaus yang dipakai Papa Donghae dengan erat.

"Ssttt, tenang ya, sayang. Everything will be okay," ucap Papa Donghae seraya mengusap-usap punggung Jaemin dengan lembut.

Tak lama, keluarlah dokter dan perawat tadi dari dalam ruang rawat. Jaemin dengan cepat melepaskan pelukannya pada Papa Donghae dan menanyakan kondisi Jeno pada si dokter.

"Saya sudah suntikan obat pereda nyeri, jadi sekarang keadaan Saudara Jeno sudah baik-baik saja. Oh ya, jangan lupa juga ingatkan ia untuk minum obat secara rutin," ucap sang dokter menjelaskan.

Jaemin mengernyitkan dahinya bingung, "Suami saya nggak hilang ingatan, Dok?"

"Hilang ingatan?" ulang Si Dokter dan dibalas anggukan oleh Jaemin. "Cidera kepala yang dialami Saudara Jeno memang cukup berat, tapi hal itu tidak sampai membuatnya kehilangan ingatan kok."

HAH?!

Sialan, Lee Jeno!

"O-oh kalau gitu, makasih ya, Dok," ucap Jaemin canggung. Dalam hati ia sudah bersiap untuk memaki-maki Jeno.

Si Dokter pun mengangguk seraya tersenyum lalu pergi dari sana.

Setelah Dokter dan perawat itu menghilang dari pandangan, Jaemin dengan bar-bar mendobrak pintu ruang rawat Jeno dengan wajah kesal bukan main..

"LEE JENO!!!"








"Hehehe."

.

.

.

Jeno terkekeh melihat Jaemin yang sedang memotong buah tapi bibirnya dimajukan tanda ia merajuk. Hehe. Jeno kan hanya ingin menjahili Jaemin saja. Walaupun tadi Papa Donghae juga hampir kena serangan jantung sih.

"Ssttt, Na," panggil Jeno dengan nada berbisik.

"DIEM KAMU, JEN!" sungut Jaemin penuh emosi.

Tapi bukannya takut, Jeno malah terkekeh.

HATE TO BE LOVE (Nomin)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang