32

22.8K 2.2K 90
                                    

Yakin pengen Jaemin sama adik bayinya selamat? :)


Setelah keluar dari ruangan dokter, Jeno pergi begitu saja ke rooftop untuk menenangkan diri. Ia bahkan tak mengindahkan teriakan Jisung yang memanggil-manggil namanya.

Jeno menundukan kepalanya, wajahnya ia tutup menggunakan telapak tangan. Tapi tak berapa lama, sebuah usapan mampir di kepalanya membuat Jeno mengangkat kembali kepalanya untuk melihat si pelaku.

"Papa," ucap Jeno pelan.

Papa Donghae tersenyum hangat dengan tangan yang masih aktif mengusap kepala Jeno dengan sayang. "Papa cariin ke mana-mana, taunya kamu ada di sini. Kasihan itu Jisung nangis terus pengen sama Ayahnya."

Bukannya menjawab, Jeno malah kembali menunduk sembari memainkan jari-jarinya. Melihat itu Papa Donghae menempatkan dirinya untuk duduk di sebelah Jeno, lalu menarik kepala sang anak ke dalam dekapannya.

"Kalau mau nangis, nangis aja. Biar kamu lega. Sini nangis sambil dipeluk Papa."

Setelahnya tangisan Jeno pecah. Rooftop yang memang sepi dipenuhi oleh suara tangisannya. Sedangkan Papa Donghae sendiri hanya bisa mengusap kepala hingga punggung lebar sang anak untuk membuatnya lebih tenang.

Lima menit kemudian Jeno lebih dulu melepaskan pelukannya. Ia sudah tidak menangis tapi masih sedikit sesenggukan. Mata sipitnya juga terlihat sedikit sembab.

"Udah nangisnya?" tanya Papa Donghae.

"Udah, Pa. Maaf," balas Jeno.

"Kok minta maaf? Nggak apa-apa, Nak. Sesekali kita perlu nangis buat menumpahkan emosi. Nangis nggak ngebuat kamu kelihatan lemah kok. Its okay." Papa Donghae menepuk-nepuk bahu Jeno. "Sekarang kita turun yuk. Jisung nyari kamu tuh dari tadi."

Jeno mengangguk. Jangan karena ia terlalu sedih akan musibah ini, ia jadi melupakan Jisung yang masih sangat kecil dan masih sangat membutuhkan perhatian darinya.

.

.

.

"Hiks~Buna. Ayah, mau liat Buna. Huhu~"

Jisung daritadi terus-terusan menangis, padahal ia sudah berada di gendongan Ayahnya. Balita itu ingin bertemu Bunanya.

"Ssttt cup cup. Sabar ya, Nak. Nanti kita ketemu Buna ya," ucap Jeno berusaha menenangkan Jisung.

"Bunaaa... Hiks~ mau Buna!"

"Eh gimana kalo kita ke supermarket? Nanti kita beli jajanan yang banyak. Gimana?" tawar Jeno dengan harapan agar tangis Jisung berhenti.

Seketika tangis Jisung berhenti, si balita beralih untuk mendongak dan menatap sang Ayah dengan mata sembabnya, "Tapi kita beli jelly ya, Ayah?"

Jeno dengan senyuman bulan sabitnya mengangguk, "Iya, Sayang. Kita beli jelly, beli ice cream, beli semua yang Icung pengen. Mau?"

"Mau, Ayah!"

"Tapi Jisung nggak boleh nangis. Sini lap dulu air matanya." Jeno mengambil tissu dari dalam kantong celananya lalu mengelap wajah Jisung yang basah karena air mata. "Nah, kalau gini kan ganteng anak Ayah. Ayo sayang, kita beli jajan!"

Sebelum pergi ia sempat berpesan pada kedua orangtua dan mertuanya, "Nanti kalau ada sesuatu yang terjadi sama Nana, cepet cepet kabarin aku ya."

"Eh btw, Jen."

Jeno kembali membalikan badam begitu Ayah Siwon memanggil namanya. "Apa, Yah?"

"Tolong beliin nasi padang dong. Lauknya pake--

HATE TO BE LOVE (Nomin)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang