33

24.2K 2.2K 392
                                    

Hehehe...Bersiap kawan-kawan😀


Sudah hampir lima jam Jeno menunggu di depan ruangan operasi sendirian. Iya, sendirian. Keluarganya pamit pulang dulu, begitu juga dengan Jisung. Anaknya itu dibawa pulang oleh Ayah Siwon dan Mama Yoona, katanya tidak baik jika Jisung terlalu lama berada di lingkungan rumah sakit.

Sudah lima jam menunggu, tapi tak ada tanda-tanda operasi akan selesai. Jeno rasanya lelah sekali, ia juga belum makan sejak tadi siang. Padahal ini sudah jam 9 malam.

Jeno hampir tertidur kalau saja lampu ruangan operasi dimatikan tanda operasi sudah selesai. Serta tak lama pintu dibuka menampilkan dokter yang melakukan tindakan operasi pada Jaemin.

"Dokter, gimana istri sama anak saya? Mereka selamat kan, Dok?" tanya Jeno terburu-buru.

"Anak bapak selamat. Jenis kelaminnya laki-laki dengan berat 2000 gram. Karena anak bapak lahir prematur dan beratnya juga terlalu kecil untuk ukuran bayi baru lahir, jadi harus dirawat intensif di ruang NICU terlebih dahulu untuk beberapa jam ke depan." jawab si dokter menjelaskan membuat Jeno merasa sedikit lega.

"Terus gimana dengan istri saya? Istri saya selamat kan, Dok?" tanya Jeno lagi. Ia tidak bisa lega sepenuhnya jika belum mendengar kabar tentang Jaemin. Apakah belahan jiwanya itu selamat atau mungkin tidak?

"Istri bapak....














































































...istri bapak berhasil selamat. Ia sudah berhasil melewati masa kritisnya, sekarang kita hanya perlu menunggunya sadar dari pengaruh obat bius."

Jeno menghela napas lega. Punggung dan bahunya yang sedari tadi seperti dibebani beras puluhan karung kini terasa sangat enteng dan ringan mendengar kalau Jaemin dan anak keduanya selamat.

"Makasih, dokter. Makasih banyak," ucap Jeno sembari membungkuk 90° pada si dokter.

"Tidak usah seperti itu, Pak. Itu sudah menjadi tugas saya sebagai seorang dokter," balas si Dokter merasa tidak enak. "Pasien akan segera kami pindahkan ke ruang rawat. Setelah itu barulah bapak dan keluarga yang lain bisa menjenguk pasien."

.

.

.

Sudah pukul 2 pagi dan Jeno baru selesai membeli makanan di kantin rumah sakit yang untungnya buka 24 jam. Niatnya Jeno ingin makan di kantin, tapi ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk makanannya dibungkus saja agar ia bisa makan di ruang rawat Jaemin. Jeno tidak mau saat Jaemin sadarkan diri tapi ia malah tidak ada di samping istrinya itu.

Jeno memakan makanannya di sofa sambil sesekali menatap ke arah Jaemin yang masih terpejam.

Setelah selesai makan Jeno kembali duduk di dekat ranjang yang ditiduri Jaemin. Ia genggam tangan istrinya yang tak dipasangi infus lalu mengarahkan tangan itu ke pipinya.

"Sayang, aku kangen banget sama kamu. Kamu nggak mau bangun hm? Kamu nggak mau liat anak kedua kita? Dia udah lahir loh, dia laki-laki. Kata orang-orang dia mirip banget sama aku. Tapi aku belum kasih dia nama, aku mau nunggu kamu sadar dulu. Jadi ayo dong kamu bangun. Jisung juga udah kangen sama Bunanya."

Jeno terus mengoceh menceritakan apa yang ia lalui hari ini pada Jaemin yang pada dasarnya tidak dapat mendengar ucapannya sembari terus menggenggam tangan istrinya dengan erat sambil sesekali ia kecupi tangan lentik itu.

"Na kamu tau? Jisung tadi main sama Chenle kan, terus mukanya keliatan sumringah banget. Apa jangan-jangan mereka jodoh ya? Kamu bisa bayangin nggak sih kalau ternyata di masa depan anak kita berjodoh sama anaknya Haechan?" Jeno terkekeh membayangkan jika apa yang ia bicarakan barusan benar terjadi.

HATE TO BE LOVE (Nomin)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang