MWR -11-

9.2K 418 23
                                    

Oy! Oy!
Vote skuy! Nggak bayar kok!
__

"Konstan itu mahal." Jadi buat kalian para pemula nulis atau new writer kayak aku, ayok semangat! Nggak papa yang bacanya dikit, yang penting konstan. Konstan = proses 👍

🌷

"Kenapa pindah?"

Kardus berisi banyak buku itu Ratu angkat sendiri tanpa meminta bantuan ke cowok yang menjabat sebagai suami di depan nya.

"Mau aja. Gw sumpek."

Zidan berdecih menatap cewek yang menampilkan raut dan tatapan dingin selama tiga hari ini.

"Gw risih sama tatapan lu."

Satu sudut bibir Ratu terangkat, "Tutup mata lu atau nggak usah lihat gw. Simple."

Setelah mengatakan itu Ratu keluar dari kamar yang menemaninya beberapa bulan kebelakangan ini.

Meninggalkan cowok yang tengah mengusap kasar rambut dan wajahnya. Sudah seperti manusia yang sedang frustasi dengan sesuatu. Itu bisa dilihat dari rambut ke acak-acak, kedua tatapan nya, rahang yang mengetat dan tidak lupa bibir sedikit tebal yang mengeluarkan umpatan kasarnya.

Di samping kamar cowok itu, terdapat kamar yang akan menjadi tempat istirahat Ratu untuk bulan selanjutnya, setelah melewati bulan-bulan satu kamar bersama Zidan. 

"Tidak terlalu buruk."

Kali ini bibir itu tersenyum simpul bukan senyuman miring lagi yang tadi ia tunjukan ke pemilik kamar sebelahnya.

"I'm happy."

Raut itu memang menggabarkan perasaan nya saat ini.

Cerah menderang seperti matahari di hari weekend, yang sedang ia nikmati di balkon yang bawahnya langsung ke kolam renang.

"Benar kata orang. Jika kita bersama dengan orang toxic kita merasa tidak bebas," ujarnya sambil menikmati sinar matahari masuk ke tubuhnya. Dengan cara merentangkan kedua tangan sambil memejamkan mata seperti berada di film titanic yang ia tonton bersama abang nya.

Bibir itu masih tersenyum dan kedua tangan masih merentang menikmati cahaya surya yang sudah lama tidak ia nikmati. Tetapi kedua sudut bibir itu lama kelamaan menurun bersamaan kedua tangan nya yang ikut menurun saat mendengar suara seseorang.

"Senang banget kayaknya jauh dari gw." Sindir Zidan yang sangat tepat.

Tubuh yang di sindir itu berbalik. Menatap biasa cowok yang berjalan mendekati balkon.

"Fakta sih. Seharusnya kita dari awal pisah kamar, nggak usah bareng. Jadi itu buat gw leluasa menghirup udara segar di sekitar gw," ujarnya santai tanpa beban.

Senyuman terpantri di bibir Zidan. Cowok itu menaikan kedua sudut bibirnya hari ini dengan sangat mudah tidak seperti biasanya yang terasa sulit.

Wajah itu mendekat ke pemilik mata yang menatapnya datar. Menyalurkan aura dingin itu lewat tatapan nya.

"Lu salah mengartikan perkataan gw." Bisik Zidan di depan telinga Ratu yang tidak lagi tertutup anak rambut. Pasalnya anak rambut itu sudah disingkirkan terlebih dahulu oleh jari Zidan.

Bibir itu tidak tersungging biasa lagi tetapi berbentuk miring.

"Ada saatnya lu bakal tau." Imbuhnya. Lalu menjauhkan wajahnya setelah memberikan kecupan ringan di cuping Ratu. Membuat pemilik cuping itu reflek menjauh dan memberikan benteng pertahanan di depan Zidan.

Mata angel itu beralih ke arah lain. Memperhatikan sekitarnya beberapa detik sebelum kembali beralih ke asal suara.

"Gimana caranya gw tau? Sikap lu ke gw dan dia, sama."

Gigi rapih itu terlihat sedikit, "Nothing all. Gw pernah melakukan apapun dengan lu. Gw melihatkan tubuh gw dari atas sampai bawah ke lu."

Ratu berdecih, "Karena gw istri lu. Coba kalo bukan?" Ujarnya gantung.

Satu alis milik Zidan menaik, bermaksud meminta untuk dilanjutkan perkataan di depannya.

"Lanjutin." Wajah itu mendekat membuat Ratu yang tidak mau melanjutkan kalimatnya langsung menahan dada terbalut kaos itu.

Ratu dengan cepat membuang wajahnya ke arah lain ketika Zidan semakin mendekatkan wajah dan tubuh itu.

"Stop! Apaansih!"

Zidan terkekeh sambil mengacak rambut istrinya. "Gw mau cium. Kangen."

Sial!

Zidan benar-benar cowok yang handal dalam mempermainkan perasaan perempuan. Contohnya saat ini cowok itu dengan handal menarik ulur benang kusut hubungan nya antara Ratu.

"Cih! Buaya!"

Bukannya marah cowok yang mendapatkan gelar buaya itu tertawa. Mengeluarkan alunan suara tertawaanya yang bisa menghipnotis mata Ratu.

Suara tawa itu lama kelamaan berhenti digantikan keheningan yang melanda mereka.

Mata itu sama-sama menatap. Melemparkan tatapannya masing-masing ke lawan tatapan nya.

Wajah Zidan yang belum menjauh malah semakin mendekat ke Ratu. Mengikis jarak di antara mereka.

"You always same on the way. Your words just be a cover to close your heart."

Ratu tetap terdiam. Terdiam karena perkataan Zidan sangat benar. Sangat tepat buatnya.

Semua kalimat ya ia layangkan ke Zidan hanya sebuah tembok pembatas yang lagi-lagi akan cepat roboh hanya melihat sepasang mata angel milik Zidan.

Bodoh!

"Nggak ada yang bisa menyentuh lu selain gw. Begitupun sugar daddy yang lu maksud. Orang yang bakal gw lukain."

🌷

Ayok!! Spam komen disini!!!

MARRIED WITH RATUOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz