MWR - 36

4.5K 177 8
                                    

Time to camp —

"Ra!"

Ratu langsung menghampiri Aurora dan Rere yang berada di sekitar anggota eskul.

Mereka berpelukan, seperti tak bertemu bertahun-tahun.

"Nggak dianterin doi?"

Karena Aurora dan Rere sudah mengetahui hubungannya, jadi Ratu tak sungkan membicarakan tentang dirinya dan Zidan.

Keromantisan nya saja. Kebajingan nya, Aurora dan Rere yang menambahkan. Karena mereka berdua tau sendiri kelakuan Zidan bersama Aura di sekolah.

Jadi, mau dilarang pun, Aurora dan Rere tetap menyinyir sampai puas.

"Nggak. Naik taxi."

Tentu Aurora dan Rere tidak terkejut lagi, karena buktinya Aura muncul dari mobil Zidan.

"Nggak tau diri ya."

Ratu tak peduli.

"Gw nggak peduli. Gw mau camp ini, seru."

Mata Aurora dan Rere beralih ke Ratu yang memancarkan raut senang.

"Udah pada lengkap semua?!"

Atensi semua orang beralih ke guru pembimbing eskul pecinta alam.

"Sudah Pak!"

Guru itu mengangguk, "Okay! Kalian semua langsung masuk ke mobil yang sudah disediakan!"

Semuanya langsung masuk, tanpa terkecuali. Berebut kursi dengan orang lain, sudah hal lumrah.

"Re, kita di sini aja."

Rere dan Ratu pun mengikuti perkataan Aurora yang langsung menempati 3 kursi.

Sedangkan Aura, duduk dibelakang tempat Ratu dekat jendela.

Cewek itu menatap pacarnya yang masih menunggu sampai bus ini berjalan.

"I love you." Ucap Aura tanpa suara.

Zidan tersenyum ke Aura yang dekat sekali dengan Ratu.

"I love you too." Balas Zidan tanpa suara, membuat Aura tersenyum kayak orang gila.

Ratu yang melihat itu, memutar bola matanya malas. Sudah mendapat insting, kalo manusia dibelakangan nya ini, selingkuhan suaminya.

Poor Ratu.

Ting!

Zidan
Jaga diri lu dan jaga Aura.

Doain gw aja.

Setelah itu, Ratu tak membalas chat dari Zidan. Karena bisa dipastikan cowok itu akan bertanya macam-macam yang membuatnya terusik.

Ya, Zidan memang terlihat perhatian dan menyayangi nya, tapi jika diperhatikan lagi cowok itu mulai seperti dulu. Ingin berperang dingin. 

Padahal dirinya tak ingin berperang lagi bersama Zidan, tapi ya sudah. Ratu menikmatinya saja. Mengalah dan menanggapinya dengan kewarasaan yang ada.

Karena jika seseorang berselingkuh, orang itu pasti berada di ambang ketidakwarasan.

🌷

"Okay semuanya! Bangun tenda sendiri-sendiri ya! Jika tidak bisa, minta tolong ke orang yang bisa!"

Tenda yang dibangun Ratu dan sahabatnya akhirnya selesai juga.

Setelah melewati masa misuh-misuh dan berantem, ketiga manusia itu akhirnya bisa beristirahat di dalam tenda yang hanya terisi tas.

"Ah! Akhirnya selesai juga!"

Rere mengangguk, "Ini semua berkat gw."

"Berkat kerja keras kita goblok."

Ketiganya terkekeh.

"Enaknya kayak gini, makan mie."

Ratu menggeleng, "Nanti malam aja. Sekalian curcol."

Aurora mengangguk.

"Akhirnya gw bisa lihat keindahan pohon juga." Tutur Rere lebay.

"Lebay banget. Kayak besok mau mati aja."

Ratu langsung menabok Aurora.

"Kalo ngomong dijaga bego."

Aurora menyengir lebar, "Sorry."

"Ini di hutan, kalo apa-apa itu dijaga."

"Kayak perasaan." Imbuh Rere.

🌷

Malam hari di dalam tenda, Ratu dan sahabatnya bercerita sambil memakan makanan ringan yang dibawa oleh mereka.

Mereka bertiga anteng sekali, seperti camping private. Padahal mereka sedang camping bersama eskulnya.

"Kalian habis lulus pada mau kemana? Kuliah atau kerja?"

Ratu menaikan bahunya tanda masih bingung dengan pilihan labilnya. Maklum masih muda.

"Gw mau kuliah."

"Gw mau satu kampus sama kalian."

Rere langsung menjauhkan tubuh Aurora yang bersiap memeluknya.

"Kalo bisa. Kalo nggak?"

Aurora berdecak ke Ratu yang menggagalkan ekspetasi nya.

"Kita kan cuma ber—"

"Tapi Tuhan yang menentukan." Sambung Ratu tanpa melihat ekspresi kedua sahabatnya. Terutama Aurora yang bergumam kesal.

"Untung aja sahabat."

"Kalo bukan?"

"Gw jatuhin lu ke jurang."

Mereka bertiga pun tertawa aneh. Karena tidak ada yang harus ditertawakan.

Beberapa detik keheningan melingkupi tenda itu. Namun dengan cepat terpecah akibat suara Ratu.

"Gw capek." Cetus Ratu tiba-tiba.

"Jangan lari Ra, jalan aja."

Helaan nafas terdengar.

"Tetap aja capek."

"Namanya juga hidup." Cetus Rere.

"Kalo nggak capek, itu berarti bukan hidup. Lagian ada adrenalinya juga." Imbuhnya.

Ratu tak mengangguk ataupun menggeleng. Cewek itu sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting baginya dan rumah tangganya bersama Zidan.

Zidan.

"Menurut lu gw lebih baik cerai nggak sama Zidan?"

Aurora dan Rere langsung mengangguk kuat.

"Cerai! Gw dukung lu seribu persen!"

"Gw juga. Demi kebahagiaan lahir dan batin. Lagian lu masih muda, ya kali mau di madu. Gw mah ogah!" Tukas Rere yang sangat disetujui Aurora. Bukan Aurora aja, benda yang ada di sana pun setuju jika bisa berbicara.

Ratu menatap Aurora dan Rere bergantian.

"Thanks atas jawaban dan persetujuan nya."

Aurora tersenyum.

"Sorry nih, gw mah selalu setuju kalo lu mau pisah sama si brengsek itu. Nggak terlalu ganteng, tapi buat anak orang nangis kejer."

Ratu tersenyum tipis.

"Tapi gw cinta sama dia."

Rere berdecih.

"Bulol kok dipelihara, situ sehat?"

"Sedikit stress, tapi gak papa." Respon Ratu yang dibumbui tawaan ringan.

"Sedikit stress, banyak gilanya." Imbuh Aurora greget dengan kisah rumah tangga Ratu.

🌷

MARRIED WITH RATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang