29. Hurt

36 5 6
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

HAPPY READING ❤️

Pagiku sangat kacau, pertama sekali bensin nya Yeonjun habis. Alhasil aku harus bantu dia ngedorong motor kira-kira 200 meter buat nyari pombensin terdekat. Aku lihat jam udah jam 7 lewat lima belas. Jam segini gerbang juga tutup pastinya.

"Bolos aja lah! Kamu gak capek apa sekolah kayak robot. Ngurus absensi, ngurus lomba, organisasi, sama pr matematika?"

Yeonjun ngomong dengan santainya dibalik helm. Aku juga sempat marahin dia karena kecerobohannya yang niat mau jemput, mau meringankan beban ku jadinya malah nambahin.

"Gila kamu? Apa kata anak kelas kalau sekretaris sama ketuanya sama-sama gak datang?"

Yeonjun ketawa, "Wah, iyaya? Keren juga udah kayak di drama-drama. Biasanya sih sekretaris nya CEO!"

"Yeonjun bisa diam gak? Aku minta turunin aja deh disini." Aku udah cengkeram bahunya. Mau ancang-ancang turun walaupun gak akan beneran turun juga.

"Eh, jangan Lea! Nanti kamu di culik om-om gimana?"

Aku yang tadinya megangin botol mineral yang udah kosong langsung pukul belakang helmnya.

"Jelek banget pikiranmu!"

Gitu aja, aku gak protes waktu Yeonjun ternyata bawa aku bukan ke sekolah. Dia tadinya emang bilang bolos aja, lagi pula memang mata pelajaran hari ini gak seserius mata pelajaran jurusan. Dan katanya ada kemungkinan jam terganggu sama rapat guru, dia paling tahu soal itu karena bakat menguping nya.

"Kemana nih jadinya? Awas kamu bawa aku ketempat yang aneh-aneh ya?"

"Ketempat kesukaan ku. Mau gak? Mau ya?"

"Kemana?"

Yeonjun gak jawab, malah nambah kecepatannya. Beruntung banget aku pakai jaket buat nutup kekurangan dari rok yang aku pakai. Dan lagi-lagi harus duduk menyamping, nggak nyaman banget, merasa sedikit dingin jujur saja. Saking dinginnya gak sadar tempat yang kulewati ini beda banget sama biasanya, ini agak jauh sama keramaian.

"Astaga, bisa gak sih bawanya gak usah ngebut. Kamu gak mikir aku yang cuma pegangan belakang motormu apa?"

Kalau aku yang harus diam aku gak bisa, biarin mau gimana dia mikirnya. Kakiku sedikit ngilu karena ini.

"Oke, ntar gak lagi!"

"Hah?"

"Iya, udah sampai!"

Aku lihat sekeliling ku, semacam taman kecil. Yeonjun berhentiin motornya sedikit berjarak sama taman. Bukan itu saja, dibelakang ku ada rumah juga. Semacam villa minimalis. Kenapa aku bilang villa? Karena ini bukan seperti rumah biasa. Dari sini aku bisa ngelihat gimana susunan tembok bata merah itu ditutupi sama tanaman Ivy. Sedikit panggung, punya teras depan yang balkonnya dibatasi kaca transparan.

"Ini dimana?" tanyaku yang langsung turun gitu motornya udah parkir.

"Ketempat mama! Kenalan ya? Kayaknya dia bakalan senang deh kalau aku bawa kamu!"

"Oh? Rumahmu?"

Dia jingkatin bahunya, "Bukan, rumah mama!"

Yeonjunnya duluan, gak bilang apa-apa. Aku ragu banget awalnya, cuma berdiri didekat motor aja sambil lihatin didepanku kebun bunganya yang lagi mekar juga, mirip seperti punya ibu.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant