30. Raka/Daren

25 5 2
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Up!!!

Happy Reading 🤗

Terakhir kali aku ketemu Yeonjun, dua hari lalu. Dia bilang masih ada urusan sama mamanya, jadi waktu habis nganterin aku pulang dia mau balik lagi. Nitip absen juga sama surat izinnya.

Soal bolos hari itu emang sempat ditanyain sih sama guru, aku bilangnya sakit, hampir kicep juga gak bisa jawab apa-apa. Alhasil absensiku diisi gak ada keterangan. Sempat misuh mau nyalahin Yeonjun tapi aku gak bisa juga bohong kalau emang nikmatin banget hari itu. Hari dimana untuk pertama kalinya aku ketemu mama Yeonjun, walaupun dia gak lagi dalam kondisi yang baik.

"Kak, ini diminum dulu!"

Daren nyodorin botol air mineral ke aku. Dia yang beliin dikantin tadi, karena kami habis latihan buat lomba yang akan datang.

"Thanks!"

Aku minum air itu lumayan banyak saking hausnya.

"Kenapa gak bilang kalau dua hari lalu sakit?"

Ntahlah, harusnya aku santai nanggepin itu. Gak tahu kenapa rasanya gelisah banget harus bohong lagi. Aku bohong sebab satu hal tapi buat banyak alasan untuk nutupinnya.

"Gak pegang handphone!"

Dia ngangguk, diam bentar baru lanjut minum lagi. Kayaknya diantara kami dia emang paling kerja keras untuk ekskul ini.

"Kita ini apa, kak?"

Bukan sekali dua kali, pernah juga dia nyinggung hal ini. Dan mungkin gak akan bosan untuk selalu mengungkit nya.

"Huh?"

"Aku udah bilang kan? Aku udah tunjukin juga. Apa selama itu buat buka hati kakak?"
"Gimana kalau Daren ulang?"

Kaget, aku shock banget waktu Daren ambil tanganku tiba-tiba. Buat aku hadapan sama dia.

"Kak Lea, mau gak jadi pacarku?"
"Kasih aku alasan paling masuk akal kalau kakak jawab nggak, terima aku karena kakak emang gak punya alasan bagus untuk nolak!"

Aku gak punya alasan selain hatiku yang emang belum terbuka buat Daren sepenuhnya. Tapi apa itu bisa dibilang alasan bagus? Aku juga udah ngasih harapan yang terbilang besar buat Daren, kalau aku nolak sama aja gak mikirin gimana perasaannya.

Tanganku gemetar, tapi tertahan.

"Iya, aku mau!"

Dan jawaban itu keluar tanpa hambatan dari bibirku. Bisa kulihat gimana Daren yang tadinya sempat ingin tertunduk mendadak menegakkan kepalanya, tersenyum lebar seperti orang paling bahagia didunia. Aku bahkan tidak bisa mendefinisikan ekspresi nya sekarang ini.

"Iya aku terima kamu. Dan tolong beri kesan yang menyenangkan, it's first for me!"

Dia mengangguk, melompat kegirangan setelah itu. Aku jadi ketawa lihat tingkahnya yang biasanya kaku jadi sekonyol ini.

"Sure!"

Sudah pasti aku penuh pertimbangan, mengingat ibuku yang senang sekali dengan Daren. Sampai mengira aku dan dia sebelumnya punya hubungan khusus.

"Makasih buat kesempatan nya kak!"

Daren ngambil tanganku lagi, ditangkup nya kembali lebih erat. Tadinya aku gak ngerasain apapun buat yang pertama tapi kali ini beda, hangat. Aku jadi tahu, dia segitu bergantungnya pada suasana hati.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang