Chapter 2 : Dunia Asing.

15 9 0
                                    

"Maya! Arka udah ada di depan tuh!"

Setelah mendengar teriakkan Ibu, secepat mungkin ku kemasi beberapa barang-barang yang akan ku pakai saat bersekolah nanti. "Ibu, Maya pamit ya!" Ku cium punggung tangan Ibu ku dan menalikan tali sepatu. Ku buka pintu Rumah ku dan mendapati Arka tengah menunggu ku dengan ekspresi kesalnya. "Lama ya princess siap-siapnya..." Ledek nya. Ku beri tatapan tajam ke arahnya karena kesal mendengar kata "princess" yang keluar dari mulutnya. "Diem atau mau gue cubit?" Tanya ku. Arka lalu tertawa dan meminta ampun kepada ku.

"Lo si lagian pake acara telat segala, mana lumayan jalan dari Rumah lo ke Sekolah tu. Bentar lagi mau upacara ini," Ujar Arka. Kami berdua kini tengah berlari mengejar waktu agar kami berdua dapat lolos dari Pak Wiryo yang akan segera menutup gerbang Sekolah.

Dengan nafas yang terengah-engah, kami berhenti tepat di perempatan lampu merah. Ah menyebalkan sekali... Aku terjebak di lamlu merah ini. Sedangkan lampu merah ini memiliki waktu stop yang cukup lama bagi pejalan kaki menunggu. Sembari menunggu lampu berubah menjadi warna hijau, ku putuskan untuk memasang ear phone di telinga ku. Ya setidaknya ini cukup mengurangi rasa bosan ku selama menunggu.

"Lo semalem gadang?" Tanya Arka. Aku menoleh sekilas ke arahnya dan kembali fokus ke layar ponsel ku. "Enggak, cuman gue kecapek an gara-gara Ibu kemaren ngajak gue jalan-jalan mulu." Jawab ku. Kami berdua kembali terdiam dan fokus dengan ponsel kami masing-masing, aku pun membuka aplikasi Twitter ku dan melihat beberapa topik yang sedang trending.

Ting!

Karena mendengar suara lampu merah telah berganti menjadi warna hijau, dengan santai aku berjalan begitu saja tanpa memperhatikan suasana sekitar ku. Lagipula Arka pasti mengikuti ku dari belakang meski aku tak menyuruhnya pun.

"MAYA AWAS!"

Mendengar teriakkan kencang dari Arka, ku lepas salah satu ear phone ku dan menoleh ke arah kanan ku. Terlihat sebuah mobil truk besar mengemudi dengan kecepatan yang kencang dan mengarah ke arah ku. Aku hanya bisa terdiam mematung dan berusaha mencerna kejadian ini, tubuh ku kini bahkan tak bisa ku gerakkan sama sekali.

Seluruh orang yang berada di sekitar ku berteriak ke arah ku untuk segera menyingkir, namun tubuh ku benar-benar tak mau bergerak. Bahkan untuk mengedipkan mata ku saja aku tak bisa. Truk itu kini semakin cepat melaju ke arah ku dan menyalakan klaksonnya untuk menyuruh ku pergi.

Brak!

Tubuh ku kini terhempas setelah truk tersebut menabrak ku, rasanya seluruh tubuh ku kini terasa mati rasa. Kini tubuh ku kembali terjatuh dan kepala ku menubruk trotoar. Apakah ini benar-benar hari terakhir ku hidup di dunia ini? Apakah setelah ini aku benar-benar akan mati...?

"Maya!"

Dengan pandangan yang kabur, aku masih dapat melihat sosok Arka berlari menghampiri ku. Jari-jari ku mencoba untuk meraih tangannya, tetapi semakin lama justru aku mulai kehilangan kesadaran ku. Perlahan seluruh pandangan ku mulai menggelap hingga pada akhirnya aku tak lagi dapat mendengar suara apapun di sekitar ku lagi.

Sementara itu, kini yang ku rasakan tubuh ku seperti sedang digendong oleh seseorang, guncangan tubuh ku ini menandakan bahwa orang yang sedang menggendong ku ini sedang berlari. Aku pun mengumpulkan segala kekuatan ku agar aku dapat mengembalikan rasa sadar ku kembali seperti semula, setidaknya agar aku dapat membuka mata ku saja.

Perlahan, ku buka mata ku dan melihat seorang pria berambut hitam tengah menggendong ku. Terasa detak jantungnya kini sangat berdebar-debar, seolah-olah ia sedang panik. Ku tatap area sekitar ku dan merasa asing, kini otakku kembali berpikir tentang apa yang terjadi. Mata ku kemudian terbelalak dan lalu mendorong tangan ku dari bahu lelaki tersebut.

"Loh kok gue digendong? Turunin!" Tanya ku bingung. Dengan sisa energi ku, aku pun memberontak ke arah pria tersebut. Ia nampak kewalahan dan memarahi ku. "Lepasin! Lo ngapain malah narik rambut gue?!" Bentak nya.

"Lo siapa?! Gue dimana?!"

Pria itu lalu menurunkan ku dan menatap ke arah ku dengan tatapan marahnya. Tak lama kemudian, dua pria asing lain menghampiri ku dengan tatapan mereka yang nampak khawatir kepada ku. Salah satu pria yang berambut abu-abu menghampiri ku dan berusaha untuk menyentuh bahu ku, namun dengan cepat ku tangkis tangannya tersebut. "Lo siapa?! Ngapain deket-deket?!" Bentak ku.

Pria berambut hitam yang tadi menggendong ku menghela nafasnya. "May... Lo kenapa si?" Tanya nya. Aku membelalak mata ku karena terkejut, dia... Bagaimana caranya dia dapat mengetahui nama ku begitu saja? Aku bahkan tak mengenalkan siapa diriku kepada pria itu. "Lo darimana tau nama gue Maya?" Mereka bertiga mengerutkan dahinya bingung, seolah-olah pertanyaan ku terdengar aneh di telinga mereka.

"Oke... Oke... Kita gak akan nyentuh lo. Kita diem dulu di Taman itu, kita omongin apa yang sebenernya terjadi." Ucap salah satu pria tinggi dengan rambut yang dikepang. Kami berempat pun pergi menuju sebuah Taman yang letaknya tak jauh dari kami. Aku pun duduk di salah satu kursi taman dan menatap ke arah dua tangan ku. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa baju ku berganti begitu saja? Bukan kah tadi aku seharusnya mengenakan seragam Sekolah, kan?

"May... Lo gak inget? Tadi lo nyamperin gue pas gue lagi nongkrong. Dan secara tiba-tiba lo malah pingsan apa mati suri dah, yang jelas detak jantung lo tadi berhenti." Ujar pria berambut hitam. Namun kini kepala ku terasa pusing setelah mendengar perkataannya. Jelas-jelas aku yakin bahwa tadi aku mengalami kecelakaan, seharusnya tubuh ku kini bersimbah darah dan mengenakan seragam. Namun apa yang ku lihat saat ini benar-benar berbeda. Apa ini mimpi?

"Lo... Coba cubit tangan gue," Lirih ku sembari menunjuk ke arah pria berambut abu. Ia nampak kebingungan dengan perintah ku, namun ia tetap menghampiri ku dan lalu mencubit tangan ku. "Aw!" Tidak... Ternyata ini bukan mimpi. Ku tutup kedua telinga ku dan menunduk, kepala ku kini kembali berpikir kembali apa yang sebenarnya terjadi padaku saat ini. Ini benar-benar tidak masuk akal.

"May.."

Tidak... Kenapa aku ada di tempat asing ini...

"Maya?! Lo kenapa?!"

Aku menengadahkan kepala ku dan mendapati seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah yang galak menghampiri ku dengan tatapan khawatir. Ia lalu memegang kedua bahu ku dan mengecek seolah-olah tidak ada yang terluka dari tubuh ku.

Deg.

"Kak... Kak Difta...?"

Next Chapter 3.

[✓] Evanescent ¦¦ Mitsuya Takashi.Where stories live. Discover now