Chapter 4 : Kejanggalan

13 9 3
                                    

Sejak pertemuan Arka dan Maya yang tak disengaja tersebut, Arka benar-benar meminta kejelasan yang pasti dari Maya. Namun karena Maya tahu ia tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi padanya di depan Chandra, maka Maya meminta Arka untuk menemuinya dua hari lagi di sebuah Kafe yang tak jauh dari letak perumahan tempat Maya tinggal saat ini.

Sembari meminum segelas americano nya, Arka menatap ke luar jendela. Ia kembali menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi padanya dan Maya. Mengapa ia bisa ada disini? Tempat apa ini? Semuanya terasa asing baginya.


***


Dua minggu telah berlalu, semenjak peristiwa kecelakaan yang terjadi pada Maya saat itu membuat Arka merasa sangat bersalah. Ia terus menerus berada disisi Maya dan menunggu gadis itu tersadar dari tidur panjangnya, ia bahkan tak memperdulikan tentang kewajiban Sekolahnya. Yang ia inginkan hanyalah Maya segera sadar. "May.. Ayo bangun.. Gue kangen lo," Lirih Arka sembari meneteskan air matanya. Terlihat dari tatapannya bahwa ia sangat mencintai gadis itu melebihi apapun.

"Ayo bangun, May.. Gue gak mau lagi kehilangan sosok yang gue sayang.."

"Arka.."

Arka menoleh ke arah pintu kamar Maya yang terbuka. Seorang wanita yang berumur sekitar 35 tahun menghampirinya, wanita itu lalu mengusap bahu Arka, berharap bahwa tindakannya ini dapat sedikit menenangkannya. "Arka sekarang pulang, ya? Kasian loh nanti Mama mu.. Biar Tante aja yang jagain Maya." Ucap wanita itu. Wanita tersebut adalah Ibu kandung Maya.

"Tapi Tan-"

"Pulang, ya? Jangan khawatir.."

Arka tak lagi bisa membantah ucapan yang sekaligus perintah baginya tersebut. Dengan langkah yang lemas, ia lalu pergi keluar meninggalkan kamar rawat Maya. Ia memutuskan untuk pergi menuju tempat tersepi yang berada di area Rumah Sakit tersebut.
Setibanya disana, ia kemudian menyandarkan tubuhnya di sebuah dinding. Pikirannya kini benar-benar berpikir keras bagaimana caranya agar Maya dapat segera sadar dari komanya tersebut.

Namun, ketika ia sedang sibuk memikirkan berbagai cara tersebut, tiba-tiba saja dinding yang Arka jadikan sebagai tempat sandarannya tersebut melunak. Tubuhnya lantas refleks tertarik masuk ke dalam dinding tersebut. Kini tubuh Arka terasa mati rasa, ia tak dapat menggerakan bagian tubuhnya. Ia lalu memejamkan matanya dan berdoa agar tetap selamat.

Setelah ia merasakan tubuhnya terombang-ambing, ia kini mulai merasa sesak. Perlahan ia membuka matanya dan terkejut bahwa ia kini sedang berada di dalam sebuah air, Arka kemudian berusaha meraih permukaan air dengan salah satu tangannya. Hingga akhirnya ia berhasil muncul ke permukaan air dan mengejutkan banyak orang disekitarnya. Arka melihat ke arah sekelilingnya dengan tatapan bingung.

Tempat apa ini?
Taman..?


***


"Arka!"

Arka tersentak ketika seseorang memanggil namanya dengan lantang, ia kini tersadar dari lamunannya. Maya kini sudah duduk di hadapan Arka dengan penampilan yang cukup tertutup. "Lo ngapain pake baju serba item gitu?" Tanya Arka terheran-heran. "Gue gak mau ada seseorang yang gue kenal ngeliat gue ngomong sama lo," Jawab Maya.

[✓] Evanescent ¦¦ Mitsuya Takashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang