Chapter 7 : Kembali atau Menetap?

23 9 3
                                    

"Maya, gue berhasil nemuin buku soal tanda di tangan kita," ucap ku. Maya yang tengah melihat-lihat rak buku segera menghampiri ku dan duduk di samping ku, mata nya kini benar-benar fokus melihat ke arah buku yang ku taruh di hadapan ku. "Coba buka!" Aku pun membuka buku tersebut dan membaca terlebih dahulu daftar isinya sebelum mencari di halaman berapa kami akan membacanya.
Setelah berhasil menemukannya, kami berdua pun membaca halaman tersebut dengan fokus.
Selama membaca, suasana diantara kami berdua benar-benar terasa menegangkan. Pada halaman tersebut memuat banyak jawaban dari segala misteri yang ada.

───────────────────────────────

Simbol ini bernama 'Magic of Sirius' yang berarti Sihir dari bintang yang bernama Sirius. Pada simbol ini, bentuk tengahnya menggambarkan sebuah bintang. Hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki simbol ini, yaitu orang-orang terpilih yang masuk ke dalam dunia parallel. Hal ini yang membuat mereka berbeda dengan penduduk asli dunia parallel tersebut.

Simbol ini dapat digunakan untuk membuka gerbang dua dunia, jika orang tersebut ingin kembali ke dunia asalnya. Namun jika orang tersebut benar-benar memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya, maka seluruh ingatannya akan dunia parallel ini akan terhapus begitu saja. Garis waktu dan takdir pun akan berubah.

Jika kamu ingin kembali ke dunia asal mu, maka kamu tidak akan pernah bisa kembali lagi ke dunia parallel ini. Salah satu cara termudah untuk kembali ke dunia asal mu adalah dengan cara menemukan suatu pohon besar dan tua di sekitar mu, tiuplah simbol mu itu dan berdoa lah dalam hati meminta agar kamu dapat kembali ke dunia asal mu.

───────────────────────────────

Refleks aku tersenyum setelah membaca halaman tersebut. "May, ini berita bagus buat kita! Ini- Maya?" Aku mengerutkan dahi ku bingung ketika aku melihat ekspresi Maya saat ini, ia... Ia nampak seperti ketakutan. "Maya!" Panggil ku sembari mengguncangkan bahunya. Ia menoleh ke arah ku dan tersenyum kaku, "I-iya kenapa? Maaf gue tadi ngelamun," jawabnya.

"Tunggu apalagi? Ayo kita pergi sekarang!"

"T-tunggu!"

Aku terkejut sesaat ketikan Maya menahan tangan ku, ia menundukkan kepalanya dan tak berani menatap ku. "Gue gak mau ninggalin mereka gitu aja, Arka..." lirihnya. Ah benar juga... Setelah berbulan-bulan disini, Maya sudah melewati banyak hal dengan orang-orang yang ada disini. Ia tak mungkin meninggalkan mereka begitu saja tanpa berpamitan, terlebih lagi mereka sangat istimewa bagi Maya.

"Hari ini gue anter lo ketemu sama Bang Difta dulu, ya? Setelah itu kita ketemu Chandra dan lo habisin sisa waktu lo sama keluarga lo." Aku mengusap pundak Maya dan berusaha menenangkannya, tentu saja aku mengerti bahwa ini berat baginya.

***

Arka mengantarkan ku ke rumah Kak Difta. Hari ini perasaan ku benar-benar terasa kacau, sejujurnya... Aku tak siap meninggalkan mereka semua yang berada disini. Aku tak mau pulang, aku ingin terus berada disini. Kehidupan ku di dunia asalku tak seindah disini. Setidaknya disini... Disini aku bisa melihat Kak Difta tumbuh dewasa dan tetap hidup dengan sehat.

Setelah menekan tombol bel, Kak Difta membuka pintu rumahnya dengan tatapan heran. "Bang, gue titip Maya sama lo, ya? Puas-puasin deh lo bareng sama dia," ujar Arka lalu pergi meninggalkan kami berdua. Kak Difta kemudian menyuruh ku untuk masuk ke dalam rumahnya dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kak... Arka dan Maya udah nemu jalan pulang ke dunia asal Maya..." lirih ku sembari menunduk. Mata ku kini terasa panas, rasanya air mata ku kini siap untuk jatuh. "May? Lo serius? Terus... Terus lo mau gimana?" tanya Kak Difta. Aku mengepalkan kedua tangan ku dengan sangat keras untuk menahan tangis. "Aku gak mau pulang... Tapi kalo aku gak pulang, Arka gimana disana...? Terlebih lagi, dia gak punya siapa-siapa lagi selain aku..." lanjut ku. Aku pun kembali melanjutkan cerita ku tentang apa saja informasi yang telah ku dapati.

[✓] Evanescent ¦¦ Mitsuya Takashi.Where stories live. Discover now