Chapter 6 : Maya dan Segala Misterinya.

13 9 3
                                    

Beberapa hari ini aku sibuk menyiapkan diriku untuk memberitahukan identitas asli ku pada Mikey dan keluarga ku yang lain. Sejujurnya aku takut, namun Chandra dan Kak Difta meyakinkan ku bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Setelah aku mengungkapkan segala kebenaran tentang diriku, maka aku sudah siap menghadapi konsekuensi yang akan datang. Aku tak berharap lebih bahwa aku akan begitu mudah dimaafkan atau pun diterima, namun aku harap mereka semua dapat mengerti mengapa selama ini aku menyembunyikannya.

Aku pun keluar dari kamar ku dan melihat keluarga ku sedang sibuk, mereka saling membantu satu sama lain dalam urusan rumah. Kak Ryan dan Kak Izana sibuk membersihkan rumah, Mikey dan Emma sibuk memasak di dapur, sementara Kakek hanya duduk santai di depan TV kesayangannya. Sepertinya aku tahu apa yang akan ku lakukan, ku putuskan untuk pergi ke dapur dan membantu kedua Adik ku.

"Sini Kakak bantu,"

"Idih Kakak-kakak.."

"Berisik lo, Mikey."

Ku raih sebuah pisau yang terlihat tajam dan memotong beberapa bawang daun di atas talenan kayu. "Emma tumben di rumah aja? Draken gak ngajak keluar?" Tanya ku sembari melihat sekilas ke arah Emma. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum. "Draken sibuk, Kak. Dia ada urusan di bengkel katanya, jadi dia gak ajak aku jalan hari ini." Jawab Emma.

"Omong-omong.. Gimana nih, Kak? Jadinya pilih Kak Chandra apa pilih Kak Arka?" Mata ku terbelalak setelah mendengar pertanyaan Emma. "Pilih temen lama apa kenalan baru nih.." Ejek Mikey dengan senyum jahilnya. Aku memalingkan wajah ku dari tatapan jahil kedua Adikku itu, mereka benar-benar menyebalkan.

"Tapi serius deh, sebenernya Kakak suka siapa si?" Tanya Emma dengan wajah yang serius. Jantung ku kini berdegup kencang mendengar pertanyaan yang Emma lontarkan. Namun hanya satu orang yang terpikirkan olehku saat ini, yaitu Chandra. Entah mengapa, sejak pertemuan pertama kami, aku merasakan dada ku sesak akan kerinduan. Seolah-olah aku benar-benar merindukannya, meskipun ini pertama kalinya kami bertemu. Disampingnya, aku selalu merasa aman dan nyaman. Itu yang membedakan antaran dia dan Arka.

Ku masukkan bawang daun yang sudah ku potong ke dalam sebuah wadah. "Mungkin.. Ada deh.." Gumam ku sembari menunduk dan tersenyum. Aku pun berjalan menghampiri kulkas dan mengambil sebuah sirup jeruk, ku siapkan enam buah gelas dan ku tuang sirup tersebut ke masing-masing gelas itu dengan takaran yang tidak terlalu banyak. Setelah itu, ku masukkan beberapa es batu dan air ke dalam gelas-gelas itu.

"Duluan ya, Kakak tunggu kalian di meja makan." Aku pun pergi beranjak menuju meja makan dan menata gelas-gelas yang ku bawa dari nampan, selain itu juga aku menyuruh Kakek dan yang lain untuk menunggu di meja makan karena makanannya sudah matang. Tak lama kemudian, Emma membawa enam buah mangkuk dan menatanya. Disusul oleh Mikey yang membawa enam piring yang berisikan nasi dan beberapa hidangan lainnya.

Kami semua pun menyantap jatah makan kami masing-masing, tak ada satu pun yang berbicara di meja makan ini. Benar-benar hening... Ini membuat ku gugup. Harus darimana kah aku mengawali pembicaraan ini?

"Ehm... Maaf... Sebelumnya, Maya mau ngasih tau tentang suatu hal yang selama ini Maya rahasiain dari kalian..." Ujar ku pelan. Semua mata kini tertuju padaku, menunggu kelanjutan ucapan ku. "Maya... Maya sebenernya bukan orang asli dunia ini." Mendengar ucapan ku, Kak Izana tertawa bersama Mikey.

"Lo lagi ngelawak? Apa lagi ngelindur?"

Aku menundukkan kepala ku dan meremas rok ku. "Maya serius. Sebenernya... Selama ini Maya bohongin kalian, Maya bukannya gak inget apa-apa disini, tapi Maya beneran gak tau apa-apa" Jelas ku. Kini mereka semua nampak terlihat kebingungan, karena hal tersebut ku putuskan untuk menunjukkan sebuah tanda di pergelangan tangan ku kepada mereka.

[✓] Evanescent ¦¦ Mitsuya Takashi.Where stories live. Discover now