Chapter 5 : Dunia Parallel?

23 8 1
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk menginap di rumah Difta. Suasana rumah Difta hari ini cukup sepi, Ibu dan Ayahnya pergi berlibur ke pantai, sementara ia memutuskan untuk berdiam diri di rumah dikarenakan tugas sekolahnya yang cukup banyak. Karena suasananya terlalu sepi dan hening, suara dentingan jam bahkan sampai terdengar dengan jelas.

Aku merebahkan diriku di kasur Difta, pikiran ku kini dipenuhi banyak hal, terutama tentang Maya. "Dif.." Panggil ku. Difta yang sedang sibuk memainkan nintendo nya menoleh sekilas ke arah ku. "Hm?" Jawabnya. Aku menatap ke arah langit-langit kamar Difta, aku menghela nafas ku dengan berat.

"Lo kan deket juga nih ama Maya.."

"Terus?"

"Lo ngerasa sikap dia ada yang janggal kagak?"

Difta terbangun dan mematikan nintendo nya. Ia kini duduk menghadap ke arah ku dengan tatapan serius. "Gue kira gue doang yang mikir gini.. Sejak Maya sembuh dari penyakitnya, gue mulai ngerasa aneh pas dia hilang ingatan. I mean like itu bagi gue gak make sense. Penyakit dia tu gak ada hubungannya sama masalah otak," Ujar Difta. Aku termenung sesaat memikirkan ucapan Difta, menurutku opininya cukup logis untuk ku fahami.

"Lo tau kan luka ini? Luka ini gue dapetin pas gue kena pukul ama Arga. Dan lo tau apa yang terjadi setelah gue kena pukul? Lo pasti tau kan kalo Maya sama sekali gak bisa bela diri, tapi saat gue terluka dia bener-bener kayak Maya yang bukan gue kenal." Timpal ku. Difta menaikkan satu alisnya dengan tatapan yang bingung.

"Maksud lo?"

"Maksud gue, dia jadi jago bela diri."

Mendengar hal tersebut, Difta tercengang. "Bahkan dia yang gendong gue ke rumah sakit buat dapet pertolongan," Lanjut ku. Difta menganggukkan kepalanya mengerti, kami berdua pun kini sama-sama terdiam dan sibuk berpikir. "Dra.. Sejak Maya hilang ingatan, jujur gue ngerasa ada yang aneh dalam diri gue sendiri. Kayak.. Kayak gue ngerasa rindu sama dia. Kek perasaan seorang Kakak ke Adiknya gitu.." Difta memalingkan wajahnya dan menatap ke arah luar jendela, pikirannya menerawang jauh.

"Ini baru asumsi gue soal Maya. Gak logis si alesannya, tapi menurut gue Maya yang kita kenal bukan Maya yang asli."

"Terus Maya yang asli..?"

"Menurut gue, dia udah meninggal pada saat 'itu'."

Aku terdiam sesaat setelah mengatakan hal tersebut kepada Difta. Sejujurnya, aku pun mengatakan hal ini sedikit ragu. Jika apa yang ku katakan ini ternyata benar, tentu ini akan mengejutkan banyak pihak, terutama Mikey. "Terus Maya yang selama ini sama kita siapa..?" Tanya Difta.

Aku kembali teringat akan teori dunia parallel. Dimana ada dunia lain selain dunia yang ku tempati saat ini. "Lo tau teori parallel universe? Gue pikir, dia sebenernya dateng dari dunia parallel itu." Ucap ku.

***


"Lo tau teori parallel universe? Gue pikir, dia sebenernya dateng dari dunia parallel itu."

Deg.

Aku tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa setelah mendengar berbagai asumsi yang telah Chandra lontarkan kepada ku. Teori yang menurut kami tidak masuk akal tersebut kini menjadi masuk akal jika dikaitkan dengan keberadaan sosok 'Maya' yang saat ini terlihat lebih misterius. "Lo tadi bilang kalo lo ngerasa rindu sama Maya sejak Maya hilang ingatan. Kemungkinan terbesar, lo juga hidup di dunia yang sama kayak Maya yang sekarang. And that's why dia keliatan shock banget pas liat lo waktu itu," Lanjutnya.

[✓] Evanescent ¦¦ Mitsuya Takashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang