Beneran ya Jen?

6 3 0
                                    


Ekhemm..

Tumben kang kue double-up? 😅

Ya ilah, kadang aku tuh baik hati taukkkkk. .

Wkwkwkkwwk..

Lama banget enggak update, bikin mendadak lupa akutuh sama kesalahan aku..
😂😂😂

Apa kabar nih kamu??

Kangen aku enggak sih?? #plak
Wkwkwkwk..

Enggak ding, becanda aku..

Masih inget sama Andiesa Reno gak nih??

Kalo lupa, boleh dong dibaca ulang..

Kali aja belum di klik vote nya kan..

Yuk di klik dengan ikhlas..

Ngarep banget ya aku..
Hahaha..

Oke, aku mulai ya..
Silahkan dinikmati lagi.. #gubrakk

Makanan kali ah..
😅😅

******

Andiesa berjalan di koridor sekolah menuju ke ruang kelasnya yang terletak dibagian tengah gedung sekolah. Kelas XII IA 3, kelas Andiesa, berada di tengah deretan ruang kelas XII, mulai dari IA 1 yang ada dipaling depan, dan IA 5 ada dipaling ujung, dekat kantin tengah. Juga lapangan basket, tempat paling favorit anak-anak untuk nongkrong. Andiesa salah satunya, karena dia salah satu anggota basket, meskipun sering sekali hanya jadi cadangan. Senengnya udah tingkat kecamatan.

Kelas X ada di deretan gedung bagian belakang, berderet dengan kantin dan toilet belakang, juga ruang peralatan. Dan kelas XI ada di deretan gedung bagian depan, berderet dengan ruang guru, laboratorium, ruang seni, juga ruang osis.

Dibagian depan juga ada gedung aula, mushola dan tempat parkir yang luas. Disebelah kiri mushola, ada lapangan rumput kecil sekitaran halaman depan yang biasanya digunakan untuk upacara kecil, tapi lebih sering sebagai tkp menjalani hukuman untuk anak-anak terlampau rajin yang suka sekali terlambat datang ke sekolah. Seperti berjalan jongkok dengan tangan diatas kepala, atau sekedar lari keliling lapangan, bolak-balik, berkali-kali. Andiesa tentu pernah sesekali.

Salah dua tempat favorit Andiesa adalah perpustakaan, terletak disamping kanan sebelah lapangan besar yang digunakan untuk sepak bola, upacara besar, dan kegiatan ekstra lainnya. Perpustakaan bagi Andiesa adalah tempat dia bisa melepas stres dari soal-soal yang dia paling benci. Membaca komik kesukaannya atau sekedar membolak-balik gambar kadang bisa membuat dia lupa segala kerumitan rumus kolaborasi matematika, fisika dan juga kimia. Yang kalau isi otaknya diibaratkan baterai ponsel, semua komponen didalamnya sudah drop atau bahkan menggelembung karena tidak kuat menampung daya, untuk Andiesa ya beban hidup.

Sepertinya dia salah mengambil jurusan dulunya. Harusnya dia pilih bahasa, kenapa ikutan Jeni ke IPA. Dosa besar dia rasa sekarang.

Dengan senyuman yang masih tersungging, dan blush on instan dipipinya, Andiesa melangkah menuju ruang kelasnya. Menyapa teman dan menjawab sapaan teman dengan tawa dan hati gembira. Meskipun siapa saja yang dia sapa dia juga tidak terlalu memperhatikan. Bahkan teman dari kelas lain yang tidak terlalu akrab pun ikut mendapat sapaan Andiesa, membuat mereka bertanya satu sama lain, kenapa Andiesa menyapa mereka.

Sesampainya diambang pintu kelas, mata Andiesa memencar mencari sosok yang pasti adalah orang pertama yang akan dia beri tahu kabar menggemparkan dunia, bukan didunia nyata, dunia gaib mungkin.

Dan matanya berhenti pada sosok yang duduk dibangku paling belakang, kursi kedua dari pojok kelas. Jeni, sudah memegang buku tebal, entah apa, yang jelas Andiesa tidak mau tahu itu buku apa, ataupun berisi pelajaran apa, apalagi sampai ikut duduk mempelajarinya, tentu saja big NOP !!

MorenoWhere stories live. Discover now