⚠+16
"Berawal dari tatap, kemudian menetap. Sayang." Senyumnya mengembang. Lesung pipi itu mulai terlihat.
Gadis itu ikut tersenyum. Menopang dagu.
"Gimana kalau suatu saat nanti kita berpisah? Jodoh 'kan bukan berawal dari tatap, tapi dari Sang Pen...
Hi! Sorry bgt baru UP. Akun aku susah bgt untuk UP story ada kesalahan sistem. Tapi alhamdulillah aku kembali! Tenang aja, ALZYDCARS akan rutin UP setiap malam minggu.💕
Happy Reading.
And don't forget for vote coment.
Capek, ya nunggu ALZYDCARS tamat? Sama kok, saya juga capek ngarangnya wkwk.
***
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
'Membalas perbuatan seseorang itu harus curang. Misalnya menusuk dari belakang.'
Mengamati layar laptop, jari Cecil sibuk mengotak-atik tombol keyboard. Pandangannya lurus serius, di sampingnya berdiri Aldran dan Geo ikut memperhatikan sesuatu yang muncul pada layar.
"Kalian tahu 'kan gue orangnya overthinking banget. Gue jadi kepikiran gimana kalau ternyata Zey di pihak Tirez?"
Pertanyaan Cecil sontak mengalihkan fokus dua orang cowok yang sedari tadi diam.
"Apa yang buat lo berpikir kayak gitu?" Tatapan Al berubah datar.
"Lo sadar gak, sih, sampai hari ini Zey belum ceritain fakta sebenarnya tentang kejadian di CCTV itu. Kita tahu Zey bukan pelakunya, tapi kenapa dia ada di lokasi kejadian? Seakan ada hal yang ia sembunyikan," jelas Cecil seraya bersedekap dada.
Bangkit dari tempat duduknya, Cecil berjalan beberapa langkah kemudian menoleh sejenak. "Al, kayaknya lo perlu pastiin lagi perasaan Zey buat lo. Dia beneran tulus atau punya akal mulus."
Menarik knop pintu, sebelum terbuka lebar dan melangkah keluar. Suara Al berhasil menghentikan langkah Cecil.
Sembari tersenyum kecil, Al mengingat kebersamaanya dengan Zey dulu. "Gue gak akan mengulangi kesalahan yang sama. Hati gue udah jadi milik dia. I trust my girl."
Mengendikkan bahu acuh tak acuh Cecil melanjutkan niatnya keluar dari ruangan.
Bersandar pada meja, Geo menaikkan sebelah alisnya sembari tersenyum aneh. "Sepercaya itu?"
Menunduk beberapa saat, menatap layar handphone di genggamannya, seringai kecil terbit disertai anggukan. "Ya."
