2.5 : Penyerangan Mendadak

6.4K 391 74
                                    

HAI! AKU UCAPIN TERIMAKASIH BUAT KALIAN YANG UDAH NUNGGUIN CERITA INI UP DENGAN SABAR. MAKASIH BUAT YANG VOTE, KOMEN, SHARE, AND FOLLOW.

MALJUM! Siapa yang keliling???

HAPPY READING ‼️

100 VOTE 80 KOMEN❕
KITA NEXT!!

***

Sesuai dengan perkataan Anres di chat tadi, malam ini mereka berkumpul di rumah Axel. Bantal sofa berserakan dimana-mana, serta plastik-plastik bekas snack terkumpul di atas meja. Beruntung orang tua Axel sedang ada perjalanan ke luar kota, jadi mereka bisa lebih leluasa tanpa canggung.

"Gue aja gedek banget sama tuh ketos. Belagu banget jadi human!" cerca Jordy memukul bantal yang berada di pangkuannya.

Saat ini para inti DIÁVOLOS tengah ber-ghibah mengenai kejadian tadi di sekolah. Raja sedari tadi masih diam menyimak mereka semua.

"ANJIR!" seru Sean dan Yogi tiba-tiba. Membuat beberapa diantaranya menoleh.

"Ada apa?" tanya Anres menaikkan dagunya.

"Ini foto di samping WaDang, Bara, sama beberapa anak yang ada di sana lagi di serang!" papar Yogi.

Axel dan Anres langsung berdiri, mengepalkan tangannya hingga menampakkan buku-buku putih. "Ja, kita ke sana sekarang?" tanya Axel.

Mata yang berkilat tajam itu memancarkan amarahnya. Pipi dalamnya ia gigit sebagai bentuk pelampiasan amarah. Ia mengangguk tanpa menoleh. Mengambil jaket, lalu berjalan cepat keluar rumah. Sementara yang lain mengikuti di belakangnya.

"EH TUNGGU WOI! Aduh! Kampret banget sih. Kenapa mendadak susah masuk tangannya!" Sean berjalan cepat sambil memasang jaket, namun sayangnya tangannya tersebut tersangkut saat ingin memasukkannya ke dalam.

"RES GUE NEBENG LO." Dengan kecepatan penuh, Sean berlari menyusul mereka yang sudah berada di garasi.

"Motor lo ke mana emang?" tanya Anres dengan sengit.

"Lo lupa? Tadi kan gue abis jatoh ke selokan. Jadi motor gue harus di rawat inap."

"CEPET RES!" seru Jordy yang sudah ada di depan gerbang. Sean buru-buru naik ke atas motor. Sedangkan Anres langsung melajukan motornya.

***

Sesampainya di sana, pandangan mereka semua tercengang. Melihat tempat yang awalnya tertata rapih, kini mulai berantakan. Kursi-kursi terbalik, beberapa toples jatuh ke tanah, serta banyak makanan yang terbuang sia-sia.

Di tambah, tiga orang pemuda duduk di tanah sembari menyenderkan bahunya ke tembok. Tangannya memegang bagian yang terasa nyeri akibat pukulan-pukulan tadi. Wajah yang tadinya bersih, kini terdapat bercak darah di beberapa bagian wajahnya.

Jordy, Yogi, dan Sean langsung menghampiri ketiga pemuda itu, dan membantunya bangkit.

"Akh ... pelan-pelan bang," ringis salah satunya yang kini di papah oleh Jordy.

"Ini gue juga pelan-pelan, tahan bentar."

Sementara Raja, Axel, dan Anres membereskan kekacauan yang baru saja seseorang buat. "Mang, Mang Dadang nggak kenapa-napa kan?" Anres bertanya.

Mang Dadang menggeleng. "Cuma warung saya...?" Dari suara dan sorot mata yang sayu, terlihat jelas kesedihan yang terpancar.

"Biar saya yang ganti rugi semuanya, Mang," ucap Raja membuat Mang Dadang terkejut.

"Eh- tapi kan bukan kalian yang salah. Ini salah mereka tadi yang jahat."

"Nggak, ini juga salah kita." Cowok itu mengambil sebuah dompet, mengeluarkan lima belas lembar uang kertas berwarna merah. "Saya baru bawa segitu. Kurangnya nanti saya transfer segera. Boleh minta nomer rekeningnya?"

"Aduh kasep, kamu baik pisan. Tapi beneran nggak papa, segini aja udah lebih dari cukup kok," jawab Mang Dadang.

"Kalo si Mamang engga mau, mendingan buat gue Ja." Perkataan ngawur yang keluar dari mulut Sean langsung membuat Jordy menginjak sebelah kakinya.

Kemudian mendesis, membisikkan sesuatu. "Lo kalo ngomong, tau tempat napa."

"Shh ... sorry. Abisnya sayang banget, gue tau Raja mau transfer berapa soalnya," balas Sean masih meringis sakit.

Berhubung yang lain masih memperhatikan Raja dan Mang Dadang, Axel kini berpisah dari mereka. Duduk di sebuah kursi di samping Bara- adik kelasnya sekaligus anggota DIÁVOLOS GANG.

"Bisa lo ceritain, gimana kronologisnya?"

Bara menatap Axel sambil memegangi bahunya yang sakit, kemudian mengangguk. Bibirnya bergetar menceritakan kejadian tadi. Mulai saat ia dan teman-temannya duduk di warung, lalu tiba-tiba saja suara motor terdengar keras mendekat. Mengobrak-abrik isi warung, dan saat itulah adegan baku hantam terjadi. Ia dan teman-temannya terkapar, akibat jumlah pasukan yang tidak seimbang. Bayangkan saja, 10 melawan 3. Belum lagi setengah dari sepuluh orang tadi membawa senjata tajam.

"BANG SAKIT BANG." Suara teriakan terdengar bertepatan dengan selesainya cerita Bara.

Di sana, seorang lelaki bermata sipit, kulit putih yang tadinya putih kini memerah menahan sakit. Kakak kelasnya- Jordy, menekan luka yang ada di lengan Ciko dengan kapas yang sudah di basahi alkohol. Siapa yang membawa P3K? Tentu saja Sean, yang mendadak beli di apotek tadi.

"Lo mukul orang aja nggak sakit, masa gini doang sakit. Lemah banget."

Ciko meringis, kali ini bukan karena sakit, tetapi ucapan Jordy yang seperti cabai. "Udah, udah. Biar gue aja yang ini."

Ciko menarik tangannya saat akan di beri hansaplast. "Ini kenapa gambar Elsa sih. Yang coklat aja napa!"

"Si Sean yang beli."

Seorang pemuda yang baru selesai menata barang-barang itu menoleh merasa namanya yang sangat indah, terpanggil. "Apa lo nyebut-nyebut gue, heh?" tanya Sean, sengit.

"Bang, lo ngapain beli yang gambar Elsa, elah..." kesal Cio melupakan rasa sakitnya.

"Banyak bacot banget jadi human! Tinggal pake aja si. Orang adanya itu."

Sementara di lain tempat. Seseorang yang sudah berumur duduk di kursi, sebuah rokok terjepit di antara jari telunjuk dan tengah. Pandangan matanya hang tajam kini mengamati tumpukan kertas. Pintu yang tiba-tiba saja di ketuk dan masuk, membuatnya menoleh.

"Ada apa?"

"Saya mempunyai beberapa kiriman video dari seseorang, Tuan."

Pria itu, mengamati setiap detik dan apa saja gerakan yang di lakukan oleh orang yang berada dalam video itu. Seringaian sinis, mulai terbentuk. "Simpan dulu. Kirimkan video lainnya jika 'dia' berulah lagi, dan bersikaplah seolah tidak ada apapun."

Ajudan pria itu mengangguk patuh. "Baik, Tuan. Saya permisi."

***

TO BE CONTINUED ‼️

MAAF DAN MAKASIH. JUJUR, DARI KEMARIN EMANG NIAT MAU PUBLISH PART INI. TAPI WAKTUNYA BENER-BENER FULL NGURUSIN TETEK BENGEK DI SEKOLAHAN.

Pengen deh ngilangin rasa males ngetik😩
Yang tau caranya, tolong spill di komentar.

Btw, berapa lama saia ngaret pren??😶

SEE YOU NEXT PART‼️

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang