3.1 : Berduaan di Apartemen

7.4K 404 22
                                    

—°HAPPY READING°—

***

"Lo bisa diem, atau nggak sih, huh?"

"Kata dokter tadi, Kak Raja jangan jalan-jalan dulu. Kepalanya takut sakit lagi."

Raja menghentikan langkahnya di koridor rumah sakit, kemudian menghadap belakang. Telapak tangan kanannya menempel pada kening gadis itu, membuat pergerakan Karin ikut terhenti.

Gadis itu refleks menelan ludahnya. Karin lantas mendongak, menyingkirkan tangan Raja dari kepalanya. Sementara cowok itu menatapnya datar.

"Lo udah bilang begitu, lebih dari sepuluh kali. Paham?"

"Maaf. Aku cuma … mau ngingetin doang." Pandangan Karin mendadak tertunduk.

Raka menggulirkan matanya. Menggosok pangkal hidungnya, geram. "Bisa nggak sih, kalo lagi ngobrol, nggak usah nandak nunduk. Nggak ada duit, dibawah."

"Maaf."

"Maaf maaf. Udah lah. Males gue, disini lama-lama sama lo."

Raja kembali membalikkan badan. Berjalan cepat meninggalkan Karin yang masih menunduk. Gadis itu saling mengaitkan jemarinya akibat rasa gugup. Pikirannya kini bercabang-cabang. Hingga seseorang menepuk bahunya dari arah belakang.

"Dek, jangan berdiri ditengah jalan. Banyak orang mau lewat."

"Maaf, Pak." Segera Karin pergi dari situ. Baru beberapa langkah, dirinya sudah berhenti, lagi.

Astaga! Ia baru ingat, jika tadi Raja dengannya pergi ke rumah sakit menggunakan taksi. Lantas sekarang, cowok itu pulang naik apa? Kan Raja tidak membawa uang.

"Mampus! Gimana nih. Apa dia ngemis di lampu merah dulu ya?"

"Ah nggak mungkin, sih. Masa Kak Raja berani banget ngemis ngemis."

Ia meraba tas selempang yang ia bawa. Berniat untuk mengambil handphone, menghubungi Riska. Namun, melihat wallpaper nya, ia merasa aneh. Tidak. Ini bukan ponselnya. Jika ini bukan, lantas, dimana ponsel miliknya?

Oh God! Ia baru ingat. Saat di pemeriksaan tadi, ia meninggalkan ponselnya di atas nakas, bersamaan dengan ponsel milik Raja.

Dengan posisi ponsel yang sama-sama terbalik, juga memiliki casing yang sama-sama hitam, membuatnya asal mengambil ponsel tanpa mengeceknya terlebih dahulu.

"Ini kenapa nggak dikunci, sih."

"Apa aku coba telfon nomer aku pake handphone ini?"

Karin berjalan ke samping, menuju tempat duduk. Ia mendudukkan dirinya di kursi tersebut. Jemarinya terus menari di atas ponsel dengan nomor-nomor di papan keyboardnya.

+62 8XX-XXXX-XXXX
ringing…

"Please angkat, please angkat."

Beberapa kali menelepon, pada akhirnya panggilan itu terjawab. Karin melebarkan senyumnya.

"Halo, Kak. Handphone kita ke tuker, tadi. Aku minta maaf. Kak Raja sekarang dimana? Biar aku yang nyusul ke sana, ya?"

"Nyusahin." Balasan Raja terkesan ketus. Wajar jika cowok itu marah. Karena kecerobohan yang ia buat, kepala Raja mungkin saja bertambah sakit.

Disini, Karin meringis tak enak hati. "Maaf, Kak. Posisi kakak sekarang dimana?"

"Apartemen."

"Alamatnya dimana, kak?"

"Biar gue share location aja."

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang