3. Menjadi Atom Karbon

3.1K 1K 161
                                    

.
.
.

    Cukup lama para siswa itu tak bergerak dari duduknya, akhirnya Jaemin memilih untuk membersihkannya sendiri karena tau tak akan ada yang mau mematuhi perintahnya sekarang. Tangannya yang terluka masih begitu nyeri karena kemarin dia nggak pergi menemui Jungwoo agar lukanya dijahit.

    Jaemin melepas semua kertas itu dari dinding bagian depan, segera setelah itu perban putihnya kembali menampakkan noda merah darah, menandakan jika luka itu kembali terbuka. Masih tak ada yang bergeming melihat walikelas mereka yang membersihkan kelas sambil terus meringis kesakitan.

 
  "Aku saja yang menyapu, Pak." Salah seorang siswi merebut sapu dari tangan Jaemin, dia menoleh dan melihat jika siswi itu adalah yang membuatnya menusukkan cutter ke telapak tangannya.

  "Kenapa?" Tanya Jaemin sambil tersenyum.

  "Melihatmu membuatku tak nyaman. Apalagi aku yang membuatmu jadi sangat merepotkan seperti ini. Jangan salah, kalau tanganmu tak terluka, aku tak akan sudi membantumu." Jawabnya.

    Siswa yang kemarin Jaemin beri uang juga berdiri dari duduknya dan melepas semua kertas dari dinding dan papan tulis. Dia tak berkata apapun, hanya terus melepasnya dan meremasnya menjadi kecil.

  "Jangan senang dulu!" Teriak salah seorang—siswa yang sama dengan yang menjadikan trauma Hongjoong sebagai candaan kemarin lusa.

  "Gua bisa menemukan semuanya tentang masa lalu lu dengan mudah! Pokoknya lu harus menderita di kelas ini!" Teriaknya.

    Jaemin menghadapnya, "kau mengakuinya? Jika kau yang melakukan semua ini?"

  "Ya! Aku mengakuinya! Kenapa? Apa lu pingin laporan gua ke kepala sekolah bodoh yang membunuh bapakmu itu?! Lakukan! Maka seluruh aibnya akan terbongkar saat itu juga!" Teriaknya.

    Jaemin menggeleng, "Saya hanya ingin bertanya, kenapa kau melakukan itu."

  "Gua udah bilang tadi! Gua mau semua guru yang ngajar di kelas ini menderita!" Katanya.

  "Apakah kau tak merasa bersalah karena membuat Pak Hongjoong harus meminum prazosin setiap hari karena apa yang kau lakukan ini?" Tanya Jaemin.

    Dia tertawa sarkas, "merasa bersalah? Ahahaha! Aku justru sangat senang mendengar ketika dia pingsan dan mimisan kala itu!"

    Jaemin tersenyum miring, "kau sebut apa dirimu sekarang?"

  "Psikopat jenius mungkin?" Tawanya sombong, "gua bisa meretas segala sistem, mendapat informasi pribadi orang orang yang gua benci dan membuatnya hancur, itu sangat mudah—"

  "Seorang jenius yang aku kenal tidak akan melakukan itu." Jaemin menyela, "jika kau bisa menghancurkan hidup seseorang dengan mudah, maka orang lain juga bisa menghancurkanmu dengan mudah."

  "NGGAK USAH SOK JADI ORANG SUCI, LU! JIJIK!" Teriaknya marah.

  "Jangan memanggilku sok suci. Apakah kau sudah begitu suci sampai berani mengatakan itu padaku?" Jaemin bertanya.

  "Setidaknya lebih baik daripada lu." Katanya.

  "Aku mengetahuinya." Ucap Jaemin tertawa kecil, "wanita itu—"

  "HENTIKAN!" Dia berteriak terkejut, dia menatap Jaemin tidak percaya. "Hentikan itu.."

    Jaemin tersenyum manis, "aku akan menyimpannya baik baik, tapi untuk itu," Jaemin menunjuk sapu di sudut ruangan, "ajak teman temanmu untuk segera membersihkan ruangan ini, ya?"

    Siswa itu merasa dipermainkan lantas membanting meja, "makin lama makin ngeselin ya, lu?! Eneg banget gua liat muka lu. Kalo lu mau sebar itu, sebar aja, bangsat! Tapi jangan harap lu bakal hidup tenang setelah ini!"

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.3 : ArjunaWhere stories live. Discover now