10. Penghinaan Nama

3.1K 1K 375
                                    

.
.
.

    Setelah selesai memberikan kesaksian pada polisi, Jaemin diizinkan untuk meninggalkan kantor polisi. Sebenernya dia belum boleh keluyuran dulu mengingat kepalanya yang bocor gara gara kena pukul tongkat kasti dan pelipisnya yang ditonjok berulang ulang. Tapi Jaemin nggak peduli, kata dia, 'kepala bocor kagak bisa bikin gua mati! Nggak tau aja gua pernah ditembak pistol berulang kali'—gitu.

    Tujuan pertama Jaemin nggak lain dan nggak bukan adalah.. toko brownies yang kawannya Felix kelola. Sampai di toko itu, Felix kaget bukan kepalang melihat perban yang terlilit di kepala kawannya. Felix segera keluar dari dapur dan menghampiri Jaemin dengan tatapan khawatir.

  "Kepala lu kenapa? Kok diperban?" Tanya Felix.

  "Bolong." Balas Jaemin.

  "Lu sebenarnya jadi guru atau badan intelejen, sih? Bisa bisanya, ama negara lu dikasih tugas bikin pinter anak orang, bukan simulasi jadi bantalan tembak." Felix mengomel dengan suara yang nggak sinkron dengan sosoknya yang melipat tangan di depan dada sambil menggelengkan kepala—membuat poni rambutnya ter-ayun ke kanan kiri dengan menggemaskan.

  "Utututu, temen gua gemesin banget." Kata Jaemin sambil menarik kedua sisi pipi Felix sebelum memeluk kawan yang lebih pendek darinya itu.

  "Lu butuh apa kesini?" Tanya Felix to the point.

    Jaemin melepaskan pelukannya lalu memamerkan senyum manis namun mengintimidasi miliknya itu pada Felix, "gua butuh bantuan lu, Lix."

  "Gua udah berhenti. Sekarang gua jualan brownies." Balas Felix.

  "Satu orang aja, Lix.." Kata Jaemin.

  "Koneksi lu pada kemana, hah?" Tanya Felix dengan nada sewot.

  "Cepetan juga lu, Lix." Kata Jaemin, "lagian gua nggak nyari orang hilang. Gua nyari pelaku bajingan yang seenak dengkul jadi provokator di urusan keluarga orang lain."

    Felix memutar mata malas, "gua nggak mau."

  "Ayolah, Fel. Satu doang, habis itu nggak lagi." Jaemin tetap memohon dan Felix tetap bersikukuh nggak mau.

  "Gua udah berhenti, Jaem. Sekarang gua penjual brownies." Kata Felix.

  "Demi siswa gua, Fel. Dia sekarang jadi penghuni kelas kita dulu, sebagai fosil yang belum punah, tunjukkan kalo lu peduli ama kenangan kenangan yang ada di kelas itu.. Ya? Ya? Ya?" Kata Jaemin.

    Felix yang risih akhirnya menuruti Jaemin. Dia melepas apron dapur yang dia kenakan lalu pergi ke ruang istirahat. Jaemin senantiasa mengikutinya dari belakang seperti anak ayam. Felix mengambil laptopnya dan membuka sebuah situs online disana.

  "Ciri cirinya?" Tanya Felix.

  "Goblok." Kata Jaemin.

    Felix menatap Jaemin dengan tatapan lelah, "Jaem :)"

  "Lah emang, kepala ama dengkulnya berdekatan. Kayaknya otaknya di dengkul." Kata Jaemin dengan kesal.

  "Oke, ciri cirinya orangnya pendek." Felix mengambil kesimpulan.

  "Kulit putih, hidungnya mancung ke dalam, bibirnya tipis. Gua terakhir liat dia di kantor polisi antara jam 8.44 sampai 9.00." Jaemin memberikan detail lain.

    Jemari kecil Felix bergerak cepat di atas keyboard. Dia membuka sebuah sistem CCTV yang ada di kantor polisi yang Jaemin maksud dan Jaemin langsung menunjuk seseorang yang ada si video itu. Felix pun mulai mengunggah foto orang itu disebuah laman yang nggak pernah Jaemin tau, setelah beberapa menit gambar itu di upload, Felix mendapatkan banyak email. Dengan acak Felix membuka email itu dan Jaemin tersenyum lebar ketika mendapatkan informasi terkait pelaku.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.3 : ArjunaWhere stories live. Discover now