Si Pendek

157 10 0
                                    


Dia tak pernah memberikanku waktu untuk beristirahat,

Dia benar-benar bos yang menyebalkan!

.
.
.
.

Gadis itu tak berhenti menatap layar komputernya yang masih setia menyala sejak 10 jam lalu, tak mempedulikan apakah PC kesayangan perusahaan itu berakhir menjadi bom waktu yang setiap detiknya dapat meledak karena over heat ataukah jari-jari kedua tangan nya yang mendadak kram menjurus lumpuh pada ligamen sendi sekujur tubuh.

Sasha baru saja datang beberapa menit yang lalu dengan membawakan setumpuk berkas cinta dari para klient, berbagai macam model resepsi kini menggunung tinggi di atas meja. Bahkan ruang untuk sekedar meletakan mug berkarakter panda tak lagi tersedia, ia harus meminta pimpinan direksi membelikannya meja yang lebih luas di tahun baru bulan depan.

Penghujung tahun yang harusnya ia nikmati dengan suka cita kini hanya impian belaka, orang-orang berduit itu membutuhkan jasanya untuk menggelar acara pernikahan. Menghela nafas yang hanya ia bisa lakukan, besok pagi-pagi sekali dirinya harus melakukan pengecekan tempat sebelum memerintahkan divisi perlengkapan menjalankan tugasnya.

" Ah, kepalaku rasanya mau pecah..  "

Lampu-lampu sudah di matikan separuh, hanya ruang karyawan dan jalan koridor menuju lift yang masih tampak benderang. Tinggal dirinya dan juga Mikasa serta Armin yang tampak bergelut dengan tugas lembur malam, AC masih di biarkan menyala menciptakan suasana dingin yang menusuk tulang di saat musim salju mulai datang.

Jika ada yang patut di salahkan untuk semua kesialan yang dirinya dapatkan maka laki-laki bernama lengkap Levi Ackerman adalah pelakunya. Seorang bos diktaktor tanpa hati dan sorot mata tajam yang dapat membuat jiwa-jiwa para budak korporat menjerit histeris karena ketakutan bukan main. Lihat? Dimana pemuda yang selalu menerima pujian dari seluruh wanita di kantor ini. Pasti atasan nya itu sudah pulang dengan menggandeng salah seorang wanita bernama Petra untuk menikmati malam panjang dengan bercumbu mesra di dalam kamar.

" ( Your Name ) Chan, apakah tugas laporan keuangan Minggu ini sudah di rekap? Aku harus mengirimkan nya segera kepada tuan Erwin Smith 2 menit lagi " Mikasa setengah berteriak, posisinya berada di ujung meja namun suaranya menggema ke seluruh ruangan.

" Akan ku kirimkan lewat Email, apa ada yang harus ku selesaikan lagi? "

" Tidak ada, cukup itu saja. Selebihnya, biar aku dan Armin yang akan menyelesaikan nya "

Gadis itu hanya mengangguk acuh, segera mengirimkan beberapa file kepada Mikasa. Mengusap muka dengan kasar lalu berdiri dari kursi dengan merenggangkan tulang belakang.

" Mau kemana? " Armin tampak seolah memperhatikan sejak awal, wajah lelahnya terlihat penasaran.

" Hanya ke toilet untuk mencuci muka, sekalian mengambil kopi. Kau mau? "

" Aku minta teh saja " - Armin

" Seperti biasa, Kopi Americano " - Mikasa

" Baiklah, aku akan segera kembali " gumam ( Your Name ) lalu mulai melangkah menuju toilet, membasuh wajahnya dan sedikit meringis. Kantung mata itu, terlihat seperti rubah milik karakter Poe dalam animasi Bungo Stray Dogs yang di tonton kemarin oleh Connie.

Setelah selesai menyegarkan wajahnya, wanita berseragam selutut itu segera pergi ke ruang dapur. Lalu kembali ke meja kerja dengan menerima ucapan terima kasih dari Armin juga Mikasa.

Fase itu terus berulang sejak 3 bulan belakangan ini, kalau bukan tuntutan ekonomi maka sudah pasti ( Your Name ) akan dengan senang hati memilih resign dini. Gaji yang ia terima tak sesuai dengan kerja keras yang ia berikan, tak ada hari libur dan cuti hanya di dapatkan oleh pegawai yang hanya akan menikah.

Apa perlu dirinya membutuhkan pacar sewaan hanya untuk memperoleh mimpi indah dengan menerima libur selama satu Minggu penuh?

Kalau saja si pendek itu tak menggantikan posisi Mr. Pixis dengan memimpin perusahaan, mungkin saja hari-hari nya tak akan seberat itu. Peraturan yang di buat Levi kadang tak masuk akal dan sulit di terima oleh pikiran, tapi kenapa sampai saat ini para karyawan tetap setia menjadi anak buah di perusahaan nya?

Oke, ulangi sekali lagi. Bahkan ( Your Name ) sekalipun masih menapakkan kedua tungkainya di gedung setinggi 59 lantai itu.

Heart's ProposalWhere stories live. Discover now