Akhir yang bukan Akhir

81 11 1
                                    


Apa ruangan ku baru saja kemasukan maling?

Eh, kan aku tak punya barang berharga,

Biarkan saja deh.

.
.
.
.
.

     Mendengus kesal takkala ada seorang ibu-ibu rese yang menyerobot antrian kasir sambil mendorong troli belanjaan hingga menyenggol pinggangnya, ( Your Name ) akhirnya bisa keluar dari supermarket dengan menghela nafas lega dengan membawa banyak buah-buahan serta bahan pangan pokok untuk ia masak siang nanti.

Diskon akhir tahun memang mengerikan, tak hanya harga yang miring 180° melainkan para pembelinya juga demikian. Sebenarnya ia tak mau terjebak di antara para wanita bertubuh gempal dengan riasan menor juga kalung gelang emas sederet memenuhi sekujur tubuh, kalau saja bahan makanannya tak habis maka mungkin ia kini berada di apartemen sambil menyeduh bubur instan atau membuat jus lemon hangat.

Kemarin malam, kemenakannya yang bernama Dazai Osamu datang. Lelaki yang hobi andalannya bunuh diri namun punya otak encer itu akan melanjutkan pendidikan tingginya di Tokyo setelah hidup begitu lama pada kota Yokohama. Harusnya sang keponakan berada di kampus untuk menghadiri masa orientasi mahasiswa namun kini bergelung di dalam kasur dengan pleater penurun panas pada keningnya. Ia sudah meminta Hanji untuk datang dan merawat Dazai karena ( Your Name ) harus pergi bekerja - Di baca melanjutkan kembali penyiksaan nya kepada Levi Ackerman - namun wanita berkacamata kuda itu memiliki rapat penting dengan Kanbe Daisuke, pemilik perusahaan penelitian dan pengembangan senjata Kanbe Group.

" Awas saja kalau stok tali tambang ku habis untuk usaha bunuh dirinya, akan ku benar-benar seret dia ke kandang harimau " gumam sang gadis lalu keluar dari lift dan berjalan menuju area ruangannya.

Pintu berada dalam posisi terbuka lebar, sejenak ia menghentikan langkah sambil berfikir cepat. Membayangkan ada pembunuh kiriman Levi yang datang dan mengeledah isi kamarnya dengan pistol api bersumbu laras panjang, namun seketika ia mendengar suara seseorang yang teramat begitu jelas.

( Your Name ) melangkah mendekati pintu semakin dekat, mengintip untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dazai menoleh padanya, tersenyum lembut dan menjelaskan suatu hal yang masih tidak ku pahami. Levi mulai bicara begitu banyak untuk menjawab pertanyaan nya, begitu panjang sampai-sampai aku tak bisa membedakan. Apa dia bercerita atau sedang melakukan rap solo.

Aku menutup mulutku, mataku membulat karena terkejut mengenai ucapan sang direktur menyebalkan yang tengah mempersiapkan kenaikan jabatan ku. Di otak ini telah terisi banyak hal mengenai seberapa banyak skin care yang dapat ku borong dengan Sasha dan Christa di acara festival new year, atau berapa banyak daging Wagyu A5 yang bisa ku bakar di atas perapian.

' Aku kaya! Aku tak akan miskin dan melarat lagi !!! '

Levi menoleh menatapku datar, tak ada raut berarti dari wajah nya. Ia bangkit dari sofa lalu berjalan bersisian denganku, keluar dari ruang Apartemen sambil membisikkan sesuatu kata padaku.

" Katakan pada pacarmu itu untuk tidak bersikap menjijikkan dengan memujimu terus menerus di depan ku " - Levi

Belum sempat aku berkilah, ia sudah menghilang begitu saja. Ingin ku kejar namun Dazai menarik salah satu lenganku, menatapku lekat sambil tersenyum kecil.

" Biarkan dia berjalan bersama pikirannya, Nee-chan tak perlu mencemaskan nya "

2 hari berlalu sejak kejadian itu, Levi benar-benar menutup mulutnya dan tak bicara apapun. Aku tak mengerti dengan apa maksud dari kata ' Pikiran ' yang Dazai ucapkan. Walaupun sang tuan diktaktor tetap menuruti segala perintah yang ku layangkan, tapi untuk ribuan detik yang telah kamu habiskan. Ia benar-benar menjadi sosok yang berbeda.

Padahal aku sudah terbiasa dengan tatapan tajamnya, mulut dan kata-kata yang seolah sama menyakitkan nya dengan irisan pisau juga raut wajahnya yang arogan serta sombong. Menolak untuk mengingkar, aku merindukan sisi menyebalkan dari direktur pendek itu.

" Sebenarnya ada apa denganmu?! "

Tak tahan lagi, ku ucapkan kalimat itu. Seluruh astitensi karyawan menoleh pada kami berdua, bahkan Reiner melotot tak percaya dengan tindakan apa yang ku lakukan pada atasanku sendiri.

Dia berdiri dari kursinya setelah melihat jam di pergelangan tangan, menarik kasar lengan ku ke rooftop perusahaan. Menghempaskan begitu saja sambil menatapku penuh emosi.

" Sebenarnya apa yang salah padaku? Kau bertanya APA YANG SALAH DENGANKU?! tak bisakah kau melihatnya sendiri! " - Levi

" Aku tak bisa paham dan mengerti kalau kau tak menjelaskan nya padaku, bodoh! Kalau aku memang melakukan kesalahan kau hanya harus bicara dan memberi tahuku. Bukannya diam seperti anak kecil! "

" KAU SALAH KARENA TELAH MEMBUAT SESEORANG JATUH HATI ! Padahal kau sudah memiliki kekasih yang mencintaimu begitu besarnya. Tak bisakah kau pahami itu?! " - Levi

Wajah kami sama-sama memerah karena melepaskan semua teriakan itu, helai rambut hitamnya tertiup angin, ku dapat melihat peluh mengalir melewati keningnya.

" Dazai bukan kekasihku, dia itu Keponakan ku. Aku tak punya pacar ataupun kekasih. "

" Tapi, kalian... "

" Dia hanya mempermainkan mu, bodoh sekali. Bahkan orang sepertimu bisa jatuh ke dalam tipu dayanya, benar-benar tak bisa di percaya " Ujarku pelan, matanya kini melembut. Wajahnya tak lagi setegas dan sedatar ketika kami berkonflik tadi.

Hening melanda kami berdua, aku sadar jika ia mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

" 6 hari " - Levi

" Hah? Tu..tunggu?! Apa maksudmu? "

" Ini adalah hari ke 6, perintah mu tak lagi berguna dan berlaku kepadaku. "

Aku meneguk air liur yang begitu serat melewati tenggorokan, karena terlalu pusing memikirkan sikapnya yang tiba-tiba berubah sampai-sampai membuatku tak sadar telah ada beberapa hari yang di lalui. Rasanya begitu takut ketika ia berkata demikian, apakah ia akan membalaskan dendam nya padaku? Apa alasan kenapa ia menarikku ke rooftop adalah untuk mendorongku dari ketinggian gedung?

' Apa dia mau membunuhku? '

" Aku tak peduli dengan jawaban iya atau tidak darimu mengenai uang saham itu, dan sebagai perintah pertama dariku setelah lima hari kau siksa aku dengan berbagai ulah mu itu, kau harus menerimaku " Ucapannya yang benar-benar tak berintonasi, dengan jemari-jemari besar itu yang kini tanpa ku sadari telah bertaut helai surai anak rambutku.

Jarak kami begitu dekat, hembusan nafasnya dapat ku rasakan. Begitu hangat dan memabukkan, deret gigi putih itu terlihat bersama dengan kurva sunggingan senyum tipis yang ia tunjukan.

" Ku ulangi sekali lagi, ini adalah perintah. "

Dia, Levi Ackerman. Bos diktaktor yang di kenal kejam juga tak berperikemanusiaan, di incar seluruh karyawan wanita dan hidup bergelimang harta, sifat yang keras juga tegas menjurus arogan. Direktur perusahaan pernikahan Maria's Company of Wedding.

" Dengan senang hati, aku akan menerimanya " entah setan mana yang berbisik padaku, kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir ini.

Ya, lagipula si pendek ini tak begitu buruk kan?

Heart's ProposalWhere stories live. Discover now