9. She Cries in Front of Him

1.3K 366 138
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Ya, kemarin.. Jaemin sudah mengurus soal Jang Kibum. Pria itu tidak akan berani mengusik Lia lagi. Entah apa yang dikatakan oleh orang suruhan Jaemin, tapi Jang Kibum menyampaikan pesan bahwa dia tidak akan pernah lagi mengusik Lia.

Wow! Dedikasimu untuk menjaga Nona Lia ternyata besar, ya?”

“Kalau hanya menjaga tanpa menghentikan ancaman yang datang. Sampai kapan pun Lia akan tetap berada dalam bahaya. Itu sebabnya sekarang, aku akan mencoba bicara dengan Tuan Choi. Aku akan mencoba menghentikan dari sumbernya dulu. Kalau memang tidak bisa, aku tidak akan ikut campur lagi. Aku akan mengambil opsi kedua yaitu mengentikan mereka yang membahayakan Lia. Entah itu dengan cara membunuh sekalipun.”

Jeno menutup mulutnya karena merasa takjub akan dedikasi seorang Jaemin. Jeno tidak berharap lebih.. Tahu Jaemin bertahan saja sudah cukup membuatnya bersyukur.

“Tapi, Jae.. Sepertinya kau tidak akan bisa menghentikan Tuan Choi,” ujar Jeno. “Maksudku, apa yang membuatmu sangat ingin melindungi Nona Lia? Bahkan sampai berkata kau akan membunuh mereka yang membahayakan?”

Jaemin mengedikkan bahu. “Entahlah, aku juga tidak tahu. Lagi pula, ini memang pekerjaanku yaitu menjaganya. Jadi, ya sudah.”

Bosan dan kesal karena menunggu sendirian di luar, Lia kembali masuk lalu membuka pintu ruangan Jeno dengan keras hingga kedua laki-laki itu terperanjat kaget.

Karena sudah hampir terbiasa dengan ke bar-baran Lia, kini Jaemin hanya mengelus dadanya pelan. Beda lagi dengan Jeno yang sampai mengumpat.

“Bisa tidak, kalau buka pintu itu yang pelan? Di rumah, di kantormu bahkan di sini, sama saja. Apa kau akan membuka pintu rumah orang seperti ini juga?” cerca Jaemin.

“Ya, aku akan membuka pintu rumah orang dengan keras kalau bertamu dan aku akan berkata bahwa kau yang menyuruhku,” balas Lia cuek. Jaemin hanya geleng-geleng kepala sedangkan Jeno menatap mereka bergantian dengan wajah heran. “Ayo, bicaranya nanti lagi.”

“Aku pergi, Jen. Nanti kita bicara lagi,” ujar Jaemin dan menarik lengan Lia lalu mendorongnya pelan untuk keluar dari ruangan Jeno.

“Jae,” sahut Jeno dan Jaemin menoleh. “Tidak jadi, nanti saja.”

Jaemin sesekali melirik ke arah Lia, memperhatikan bagaimana sumringahnya wajah perempuan itu saat akan bertemu dengan ayahnya.

Sebenarnya, Jaemin akan bertemu dengan Tuan Choi besok atau bisa lusa. Intinya kapan saja, Jaemin bisa datang. Tapi dia memutuskan untuk datang sekarang setelah tahu bahwa Lia pasti akan memilih ikut karena Lia ingin bertemu dengan ayahnya.

Mereka akhirnya sampai di depan ruangan Jaksa Choi. Setelah mengetuk pintu, Jaemin dan Lia masuk.

“Silahkan duduk.” Tuan Choi beranjak dari kursi kerjanya menuju sofa. Tatapannya tertuju pada Lia. “Kau tunggu di luar saja.”

“Biarkan saja, Tuan. Tidak apa-apa.” Jaemin menimpali karena saat itu juga, raut wajah Lia berubah masam.

Hatinya terasa sakit, ucapan ayahnya membuatnya tersinggung. Padahal hanya kalimat sederhana, tapi Lia tahu bahwa dibalik semua itu, ayahnya memang tak ingin bertemu dengannya.

Lia beranjak dengan mata berkaca-kaca. “Ya, aku akan keluar. Silahkan bicarakan apa yang mau kalian bicarakan tanpaku,” ujarnya kemudian berbalik dan keluar dari ruangan ayahnya. Sebab, Tuan Choi membuang muka dan belum mau memulai pembicaraan karena Lia masih ada di dalam ruangan.

BODYGUARD [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang